Pompanisasi dan Kolam Retensi
Banjir bandang yang melanda kawasan perkotaan dan wilayah lain tidak bisa diatasi secara konvensional. Mencegah kerawanan infrastruktur publik akibat banjir dibutuhkan sistem mekanisasi yang andal.
Kondisi jalan dan permukiman yang mengalami penurunan permukaan tanah menyebabkan volume genangan semakin besar. Kondisinya semakin parah akibat laju pembangunan kota yang mengabaikan sistem drainase dan menjadikan badan jalan sebagai saluran pembuangan air hujan.
Untuk mengatasi banjir dan genangan air hujan di jalan perkotaan dan lokasi permukiman dibutuhkan pompa mobile dengan jumlah yang cukup. Solusi mekanisasi untuk atasi banjir tersebut antara lain meliputi komponen permesinan seperti pompa air, sistem perpipaan dan berbagai jenis tanggul darurat hingga pintu air.
Menghadapi puncak musim hujan perlu disiagakan 24 jam tim satuan tugas penanggulangan banjir dan genangan yang disebar ke area rawan banjir. Terutama pada ruas jalan yang padat, pemukiman dan basement gedung perkantoran dan pusat ekonomi.Â
Menghadapi puncak musim hujan peran permesinan cukup signifikan. Terutama untuk kondisi ruas jalan dan lokasi perumahan yang terletak di cekungan atau konturnya rendah membutuhkan pompa air yang bisa menguras genangan banjir.Â
Perlu instalasi pompa yang mampu menyedot air dengan kapasitas 65 juta kubik air per jam. Juga dibutuhkan mobil pompa untuk menguras bangunan bawah tanah dan terowongan akibat banjir.
Bencana banjir yang datang dalam waktu yang cepat sangat mengancam ruang-ruang di bawah tanah seperti basement gedung perkantoran dan pusat bisnis. Juga sangat mengancam ruas-ruas jalan yang terletak di cekungan atau terowongan yang bisa menyebabkan mobil terjebak saat terjadi banjir.Â
Sistem pompanisasi memerlukan kolam retensi atau kolam penampungan dengan luas yang memadai. Untuk kasus banjir yang sering menyergap kota, pompanisasi dan kolam retensi perlu dibangun di beberapa tempat. Terutama yang terkait dengan aktivitas publik yang padat.