Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tabrakan KA di Cicalengka, Apakah Masinis Dijadikan Kambing Hitam?

5 Januari 2024   13:59 Diperbarui: 5 Januari 2024   13:59 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kecelakaan KA di Cicalengka (sumber : AP/VOA  Indonesia)

Tabrakan KA di Cicalengka, Apakah Masinis Dijadikan Kambing Hitam ?

Sungguh ironis, tabrakan kereta antara lokomotif dengan arah berlawanan dalam satu jalur atau biasa disebut dengan adu banteng terjadi di dekat Stasiun KA Cicalengka. Apakah masinis akan dijadikan sebagai kambing hitam kecelakaan KA tersebut ?

Apa dan siapa yang menjadi penyebab kecelakaan KA ? Pertanyaan di benak publik yang muncul ketika terjadi kecelakaan. Apakah faktor human error, faktor teknis, atau faktor alam ? Pengusutan dan persidangan kasus kecelakan KA biasanya menempatkan pekerja garis depan sebagai terdakwa yang harus bertanggung jawab, yakni masinis, petugas stasiun (PPKA) atau teknisi sebagai pihak yang harus bertanggung jawab.

Pihak manajemen PT KAI selama ini bebas dari tindak pidana jika terjadi kecelakaan fatal. Padahal sebenarnya merekalah yang membuat dan mengelola sistem dan prosedur. Mestinya para petinggi PT KAI dan juga pejabat Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan juga turut diusut dan mesti ikut bertanggung jawab.Karena masalah pembangunan dan kelayakan infrastruktur rel KA dan stasiun adalah wewenang dan tanggung jawab Kemenhub. Apalagi baru-baru ini sedang terjadi pengusutan kasus korupsi terkait dengan pembangunan jalur KA.

Sejatinya tidak ada faktor tunggal penyebab kecelakaan KA. Banyak faktor yang saling terpaut. Apalagi kondisi lingkungan Stasiun Cicalengka sedang terjadi pembangunan jalur rel ganda dan proses transformasi teknologi persinyalan dari sistem konvensional menuju sistem elektronik atau digital yang lebih modern.

Kecelakaan Kereta Api (KA) terjadi di dekat Stasiun Cicalengka, Kabupaten Bandung (05/01/2024) sekitar pukul 6 WIB. Rangkaian KA eksekutif Turangga dari Surabaya menuju Bandung dengan kecepatan tinggi menabrak rangkaian KA Komuter Bandung Raya yang akan memasuki Stasiun Cicalengka. Menewaskan tiga orang awak KA, yakni masinis, asisten masinis dan pramugara KA.

Penulis cukup memahami bahwa kondisi masing-masing masinis dan beban kerjanya saat terjadi kecelakaan itu sangat berat. Masinis KA Komuter Bandung Raya sebelum subuh sudah mempersiapkan dirinya untuk menjalankan rangkaian KA yang melayani kaum penglaju (komuter) di kawasan Bandung Raya. Dedikasi masinis komuter sungguh luar biasa. Sedangkan masinis KA Turangga yang merupakan kereta jarak jauh tentunya kondisinya sangat lelah karena sejak tengah malam mengoperasikan kereta eksekutif itu.

Beberapa kali penulis naik KA Turangga dari Surabaya ke Bandung, hafal betul ketika melintasi stasiun Cicalengka, KA Turangga memang melaju dengan kecepatan tinggi. Lalu melewati lagi Stasiun Haurpugur, Rancaekek, Gedebage, Kiaracondong dan langsung sampai ke Stasiun Hall Bandung dalam waktu tempuh sekitar 20 menit. Selama ini Turangga sangat perkasa merajai jalur KA selatan Pulau Jawa. Kereta komuter sudah barangkali minggir atau dikalahkan jika terjadi persimpangan dengan Turangga. Maklum jalur Bandung Cicalengka belum sepenuhnya ganda.

Kondisi jalur KA antara Stasiun Bandung dengan Stasiun Cicalengka hingga kini sedang berlangsung pembangunan jalur ganda dan pembangunan Stasiun Cicalengka. Kondisi pembangunan jalur ganda yang belum tuntas dan berlarut-larut diduga menjadi penyebab kecelakaan KA tersebut.

Dalam aspek ketenagakerjaan, profesi sebagai masinis dalam melaksanakan tugasnya berada di dalam satu sistem kerja PT KAI. Dalam sistem kerja tersebut masinis dihadapkan kepada beberapa beban kerja yang terdiri dari beban kerja eksternal, internal dan faktor-faktor yang sangat berpengaruh kepada kedua beban tersebut secara keseluruhan. Sederet risiko kecelakaan mengintip perjalanan karir masinis. Termasuk kecelakaan akibat lemparan batu dari luar oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Selama ini beban kerja masinis belum terkompensasi dan terukur secara konkrit dan proporsional. Hal ini terlihat dari jam kerja masinis, terutama untuk KA kelas ekonomi termasuk KA Komuter Bandung Raya yang selalu molor akibat rintangan perjalanan. Akumulasi molornya jam kerja masinis KA ekonomi bisa mencapai beberapa jam setiap perjalanan dinas. Hal itulah yang membuat masinis mudah stres dan mengalami tekanan jiwa. Selama ini segitiga beban kerja eksternal di PT KAI, utamanya yang menyangkut profesi masinis belum teratasi dengan baik. Segitiga beban kerja eksternal yang terdiri dari Task, organisasi dan lingkungan di lingkungan PT KAI sudah cukup lama belum diperbarui dengan tantangan terkini, sehingga betul-betul fit dengan kemampuan, dan batasan manusia yang berprofesi sebagai masinis.

Masih ada kondisi sistem lokomotif yang bisa menimbulkan hal yang fatal. Seperti kondisi environment effect dalam kabin lokomotif yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan stamina masinis, yakni berbagai penyakit fisik dan psikis, keracunan, kemandulan, over fatigue ( kelelahan yang luar biasa ) dan lain-lainnya bisa timbul karenanya. Selain itu effort teknologi perkeretaapian yang dipilih atau ditransfer dari luar negeri seharusnya secara teknis, ekonomis, ergonomis dan sosiokultural bisa dipertanggungjawabkan, dan kompatibel dengan kondisi sosial dan lingkungan.

Perlu langkah penanggulangan dini seperti misalnya kalau lokomotif ternyata terlalu bising, kepada para masinis harus diberikan alat pelindung telinga (muff atau plug). Atau kalau terjadi polusi debu atau zat kimia, harus diberikan juga masker yang bagus. Hal ini sesuai dengan adanya prasyarat dalam era globalisasi yaitu adanya ISO 9000 dan 14000 yang harus diikuti dengan konsisten oleh PT KAI.

Yang sering dikeluhkan oleh para masinis ketika berada didalam, utamanya untuk KA yang sudah tua adalah kondisi environment effect dari lokomotif yang sangat buruk dan membahayakan organ tubuh manusia. Gangguan environment yang bersumber dari aspek mechanical tersebut berupa kebisingan, getaran mekanik dan ambient temperature di dalam kabin yang sudah jauh melebihi ambang batas. 

Akumulasi dari gangguan environment tersebut kadang-kadang diperparah lagi dengan bocornya sistem pembakaran lokomotif yang dapat menyebarkan racun ke dalam kabin, ini untuk jenis lokomotif tua yang biasa digunakan untuk menarik KA kelas ekonomi atau komuter. Selain itu masalah cooling system ( sistem pendinginan ) baik untuk manusia maupun untuk instrumentasi di dalam kabin lokomotif sering trouble, sehingga menyebabkan kepanasan yang terus menerus.

Akumulasi dari environment effect diatas dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit kronis dan psikis terhadap para masinis karena kondisi beberapa lokomotif tidak sesuai lagi dengan kaidah Ergonomi. Kaidah ergonomi sangat dinantikan para masinis dan butuh perhatian pihak manajemen PT KAI. Kaidah yang secara umum dapat diartikan sebagai terapan dari informasi faktor manusia yang meliputi kemampuan dan batasan-batasan fisik dan psikis manusia dalam konteks desain dan perencanaan dari pada integrasi peralatan, mesin dan sistem dengan tujuan manusia bisa berperan dan berkinerja secara baik, nyaman dan aman. (TS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun