Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Cara Mereduksi Beban Kerja Petugas KPPS

30 Desember 2023   06:53 Diperbarui: 31 Desember 2023   20:23 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas KPPS saat memberikan petunjuk cara mencoblos kertas suara kepada pemilih. (Foto: Antara)

Tahapan pemilu tanpa melibatkan teknologi mustahil bisa terlaksana dengan murah, cepat dan kredibel. Sayangnya, penerapan teknologi pemilu di Indonesia selama ini belum merupakan solusi yang komprehensif. Akibatnya, teknologi pemilu yang ada selama ini mengalami resistensi yang hebat dari parlemen maupun publik.

 

Seorang petugas pemilu di India memeriksa Mesin Penghitungan Elektronik (EVM) di Agartala, 11 Mei 2019. (AFP/Arindam Dey)
Seorang petugas pemilu di India memeriksa Mesin Penghitungan Elektronik (EVM) di Agartala, 11 Mei 2019. (AFP/Arindam Dey)

Belajar dari India

Pengalaman buruk yang menyebabkan ratusan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Pemilu 2019 di Indonesia meninggal dunia setelah hari pencoblosan tidak boleh terulang. Belum diteliti secara rinci kenapa yang meninggal sedemikian banyak dan apa penyebab kematian orang sebanyak itu. Apakah secara medis karena terjadi gagal jantung akibat kelelahan dan kurang tidur. Atau karena beragam penyakit yang lain.

Sementara ini yang dituding penyebab kematian diatas adalah beban kerja berlebih dan depresi akibat tekanan jadwal waktu yang mepet. Jika kita lihat lebih dalam beban kerja diatas adalah proses penghitungan suara yang sebenarnya hanya melibatkan matematika yang sederhana.

Ironis, dalam waktu yang hampir bersamaan di belahan dunia yang lain juga diselenggarakan Pemilu serentak yang diikuti oleh pemilih yang jumlahnya jauh lebih besar dari Indonesia, namun petugas pemilu di sana tidak banyak yang meninggal akibat beban kerja.

Sebut saja negara yang dimaksud diatas adalah India yang memulai pemilu nasional pada Kamis (11/4/2019). India selalu sukses menggelar pemilihan umum terbesar di dunia yang diikuti sekitar 900 juta pemilih yang digelar selama enam pekan. Tahapan Pemilu di India sangat praktis,efektif dan murah. Dan bisa terlaksana secara jurdil dan bebas dari tudingan adanya fraud atau kecurangan.

Keniscayaan, transformasi teknologi pemilu di negeri ini tidak bisa dihindari. Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga setelah India dan Amerika Serikat harus sekuat tenaga membenahi tata kelola demokratisasi. Kondisi di India dengan pemilih sekitar 900 juta orang dihadang kesulitan besar jika tidak menerapkan pemilu elektronik.

Ada baiknya kita membandingkan Pemilu di Indonesia dengan di India. Dengan jumlah pemilih lima kali lipat dibanding Indonesia, namun hasil pemilu di India bisa diketahui dalam waktu dua hari saja dengan tabulasi suara nasional dan lokal yang lengkap serta sangat akurat sehingga tidak banyak menimbulkan kisruh atau sengketa.

Dilain pihak hitungan berjenjang hasil pemilu di Indonesia dalam waktu satu bulan belum juga tuntas. Yang sungguh luar biasa bangsa India bisa melantik pimpinan negara terpilih beserta kabinetnya lebih cepat. (TS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun