Impian Ibu Pertiwi untuk anak bangsa terkait transmigrasi adalah kepastian untuk mendapatkan tanah yang cukup luas dan subur dengan infrastruktur perairan yang baik serta tersedianya pasar komoditas pertanian yang memadai sehingga petani bisa melakukan proses produksi dan bisnis dengan lancar sesuai dengan perkembangan zaman.Â
Publik ingin mendengar visi para capres cawapres yang bersaing dalam Pemilu 2024 untuk menjawab tantangan pengembangan ekonomi di kawasan transmigrasi yang searah dengan di era Industri 4.0. Arahnya diharapkan melahirkan model ekonomi terintegrasi dari hulu sampai hilir dan vertikal.
Mewujudkan Transmigrasi 4.0 yang merupakan impian Ibu Pertiwi perlu konsep dan strategi transpolitan untuk kawasan transmigrasi. Transpolitan menekankan pembangunan kawasan transmigrasi dengan infrastruktur produksi dan teknologi informasi terkini serta mendorong lahirnya inovasi lokal sebanyak-banyaknya. Dalam konsep transpolitan pembangunan lebih berorientasi kepada kebutuhan dan potensi di daerah tujuan serta inklusi dengan pelibatan semua pihak yang berkepentingan.
Melalui koordinasi dan integrasi serta adanya fokus untuk meningkatkan pengetahuan transmigran dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) terkait aspek pertanian, proses produksi maupun pemasaran sehingga dapat meningkatkan nilai tambah para transmigran.Â
Yang merupakan mega proyek budidaya tanaman pangan dalam skala luas yang dilakukan dengan konsep pertanian sebagai sistem industrial yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, padat modal, serta organisasi dan manajemen yang modern.
Orientasi Baru
Antara konsep dan kenyataan di lapangan masih jauh berbeda. Kondisi buram transmigrasi kini terlihat dari animo rakyat untuk mengikuti program transmigrasi semakin kecil.Â
Rakyat lebih tertarik menjadi TKI di luar negeri ketimbang menggarap tanah airnya sendiri. Kondisi tersebut jelas tidak menguntungkan dari aspek geopolitik maupun strategi pembangunan nasional. Hingga kini infrastruktur transmigrasi yang telah dibangun kurang optimal.Â
Selain itu juga belum adanya integrasi lintas sektoral termasuk koordinasi antar kementerian. Aspek konektivitas juga belum menjadi titik berat dalam program transmigrasi. Padahal konektivitas sebagai strategi utama untuk mewujudkan koridor ekonomi.Â
Sayangnya untuk mewujudkan hal di atas mengalami kendala karena sebagian koridor kekurangan sumber daya manusia.Â