"Dengan penutupan TikTok Shop ini menurut saya tidak akan terlalu mengganggu sebenarnya bagi para seller, karena para pelaku UMKM yang jualan online bisa memanfaatkan promo produk di medsosnya, di TikTok. Nah, kalau penjualannya di-direct kepada link misalnya nanti di multiplatform," kata Teten, di Kompleks Istana Kepresidenan.
Mestinya Menteri Perdagangan dan Menteri Koperasi dan UKM memberikan solusi alternatifnya. Termasuk solusi untuk mewujudkan value creation untuk pasar tradisional yang berbasis platform. Sebaiknya platform ini hasil karya startup dalam negeri.
Untuk mengelaborasi social commerce yang mendisrupsi bisnis ecommerce dan marketplace, saya sempat berdiskusi panjang lebar dengan Sang Inovator Bangsa, Kiwi Aliwarga.Â
Pria pendiri UMG Idealab ini adalah jebolan Massachusetts Institute of Technology (MIT) USA dalam prodi System Dynamics. Dia juga berhasil meraih gelar Doktor dari UGM dan tengah menyelesaikan program doktoralnya di Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran (biomedik) Research in Reverse Aging.
Menurut Kiwi banyak pedagang UMKM yang memilih TikTok Shop karena lebih memiliki peluang untuk menjual produknya lebih banyak, karena pengguna TikTok kebanyakan range umur delapan belas sampai dua puluh lima tahun. Kebanyakan mereka mengunggah produknya ke TikTok Shop 1 hingga 3 konten promosi per-harinya.
Mereka sangat berharap akun berhasil masuk ke For You Page (FYP), hal tersebut akan menghasilkan dampak yang lebih besar secara organik terhadap branding dan penjualan. Apalagi kalau videonya masuk FYP. Dampaknya luar biasa dan lebih berkali lipat dibandingkan dengan memakai influencer.
"Social Commerce ini mendisrupsi bisnis ecommerce dan marketplace yang telah berkembang selama 25 tahun di dunia. TikTok memberikan product-market fit pada zamannya.Setiap inovasi dan keputusan atau policy pasti ada plus dan minusnya.Â
"Yang kita harus evaluasi terhadap penutupan TikTok Shop adalah tujuannya dulu lalu analisa dan solusinya," kata Kiwi yang kini juga menjabat sebagai Sekjen Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI) dan juga sebagai Pengurus Yayasan Pengembangan Teknologi Indonesia (YPTI).
Menurutnya sebenarnya Pasar Tanah Abang dan pasar tradisional yang lain sejak adanya e commerce sudah semakin menurun dan sepi. Tiktok dengan live streaming salesnya hanya mempercepat tambah sepinya, jadi bukan root cause-nya.
Menurut Kiwi prinsipnya ada tiga faktor: