Jaminan kesehatan yang secara umum diberikan selama ini belum mengcover dan tidak dapat mengatasi masalah kesehatan jiwa di tempat kerja. Padahal efek negatif gangguan kerja semakin nyata. Dengan mata telanjang kita bisa mengamati air muka dan perilaku seorang buruh yang sedang bubaran pabrik di kawasan industri.
Di Beberapa negara gangguan kejiwaan di kalangan buruh sudah mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius. Di Inggris misalnya, berdasarkan data Departemen dan Federasi Industri Inggris, diperkirakan 15 - 30 persen pekerja pernah mengalami gangguan jiwa, minimal satu kali dalam masa kerjanya.Â
Persentase populasi yang mengalami gangguan jiwa di berbagai negara telah tercatat dan ditangani secara baik. Misalnya di Brasil sebanyak 36,3 persen; Kanada 37,5 persen; Belanda 40,9 persen; Amerika 48,6 persen; Meksiko 22,2 persen; dan Turki 12,2 persen.
Stres kerja selain menghancurkan produktivitas juga bisa membahayakan keselamatan kerja. Mengutip penelitian pakar sosiologi industri Dickerson dan Karminer bahwa industri atau perusahaan yang memiliki program kesehatan jiwa di tempat kerja ternyata dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi absenteisme, mengurangi kecelakaan industrial, menciptakan lingkungan kerja yang nyaman serta meningkatkan loyalitas terhadap perusahaan. Penelitian diatas sangat relevan terhadap lingkungan industri yang berat.
Kesehatan jiwa industri atau biasa disebut okupasional berkaitan dengan prevensi, diagnosis, terapi terhadap gangguan jiwa dan rehabilitasi di tempat kerja. Untuk menanggulangi gangguan kejiwaan di tempat kerja dibutuhkan jasa psikiater yang tugasnya tidak melulu untuk mengobati buruh yang sudah terlanjur mengalami gangguan jiwa, namun justru untuk membuat program kesehatan jiwa dan mencegah jangan sampai semakin banyak buruh yang mengalami stres kerja hingga mengidap neurasthenia. Yakni suatu gejala neurosa, dimana pekerja merasa lelah mental dan fisik yang diikuti rasa pegal-pegal, nyeri punggung, nyeri kepala, tukak lambung, insomnia, keluhan jantung, keluhan gastrointestinal, dan indikasi lainnya.
Implikasi langsung lainnya akibat stress kerja adalah hilangnya gairah kerja dan konsentrasi kerja yang menurun. Untuk itu pentingnya memakai jasa psikiater untuk kaum buruh, terutama bagi industri skala berat dengan fokus "merombak" tempat kerja sehingga memberikan efek positif kesehatan jiwa di tempat kerja. Sangat diharapkan perhatian pemerintah, pengusaha, dan organisasi serikat pekerja untuk memahami lebih mendalam terkait stress akibat beban kerja dengan fokus kepada aspek kesehatan jiwa di tempat kerja. (TS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H