Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Soal Pilihan Ganda dan Perahu Kertas Diknas yang Terombang-ambing

23 September 2023   17:32 Diperbarui: 23 September 2023   17:39 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perahu kertas pendidikan nasional  ( sumber istockphoto )

Soal Pilihan Ganda dan Perahu Kertas Diknas yang Terombang-ambing

Pelantun lagu Perahu Kertas Maudy Ayunda sempat menjadi perhatian publik karena gagasannya terkait Soal Pilihan Ganda. Dia bermaksud menghapus soal pilihan ganda pada ujian sekolah seandainya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

"Kalau assessment-nya itu open ended question, bukan multiple choice (pilihan ganda), pasti murid belajarnya beda, guru juga ngajarnya beda, sehingga akhirnya yang di-grading itu critical thinking dan analyzing dibandingkan sama memorization (menghafal). Tapi diluar itu, misi terbesarku adalah pengen membangun cinta belajar di Indonesia," kata Maudy. 

Gagasan Maudy menjadi masukan terhadap pelaksanaan Asesmen Nasional yang pada saat ini bisa diibaratkan sebagai perahu kertas yang terombang-ambing gelombang zaman sehingga masih perlu disempurnakan. Sebenarnya aspirasi untuk merombak soal pilihan ganda searah dengan kebijakan Mas Menteri yang sedang menerapkan filosofi skolastik dan menumbuhkan talenta siswa atau mahasiswa.

Filosofinya itu sangat relevan dengan semangat zaman kini. Paham skolastik/skolatisme yg menjunjung tinggi sistem logika dalam dunia pendidikan sejak era Aristoteles kini menjadi relevan kembali.

Sudah terjadi perubahan pada seleksi masuk PTN khususnya pada soal-soal yang diujikan pada Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT). Tahun ini, soal yang diujikan dalam SNBT hanya terdiri dari dua jenis soal saja, yaitu TPS (Tes Potensi Skolastik) dan tes literasi.

Sementara TKA (Tes Kemampuan Akademik) tidak lagi diujikan dalam seleksi masuk PTN. Hal ini tentu sangat berbeda dengan seleksi masuk PTN tahun-tahun sebelumnya. Meskipun demikian, siswa tidak perlu khawatir ataupun panik karena masih ada waktu untuk berlatih mengerjakan soal tes skolastik maupun tes literasi.

Pengertian Tes Potensi Skolastik (TPS) Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) merupakan tes yang mengukur kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif sendiri mencakup penalaran umum dan kemampuan pemahaman. Maka, pada dasarnya materi TPS UTBK masih dalam ruang lingkup keduanya.

Jenis-Jenis Soal TPS UTBK :

Pertama, Penalaran Umum : Mencakup kemampuan memahami isi tabel/ teks/ grafik/ diagram sesuai dengan konteks pada teks. Kemudian simpulan logis, dimana siswa harus membuat kesimpulan logis akan sesuatu yang akan mungkin terjadi berdasarkan teks. Dan penalaran analitik, dimana siswa harus menganalisis dan menjawab soal berdasar pada data yang telah disediakan.

Kedua, Pengetahuan Kuantitatif : mencakup pilihan ganda untuk soal logika dasar atau Matematika level dasar. Disertai pertanyaan dengan informasi pilihan dan pertanyaan dengan dua informasi, dimana siswa harus menganalisis informasi (analisis kecukupan data) yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan. Kemudian analisis perbandingan dua nilai, berupa suatu informasi dengan dua variabel dimana sisa harus menentukan hubungan antara kedua variabel tersebut.

Ketiga, Pengetahuan dan Pemahaman Umum : ada empat jenis soal TPS UTBK pada bagian ini, dengan dua jenis soal dalam Bahasa Inggris dan dua jenis soal yang lain dalam Bahasa Indonesia.

Soal Pilihan Ganda sudah mengalami transformasi sejak tahun 2021 lalu, yang mana Ujian Nasional diganti menjadi Asesmen Nasional (AN) yang mengukur tiga komponen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar. Menurut menteri Nadiem, AKM adalah kompetensi dasar sebagai tolak ukur penilaian yang lebih komprehensif untuk mengukur kemampuan minimal siswa. AKM sendiri akan terdiri dari tes kemampuan literasi dan numerasi.

Tujuan AN bukan untuk menilai siswa secara individu seperti dulu dilakukan dalam ujian nasional. Namun dalam AN yang dinilai adalah satuan pendidikan secara komprehensif dari SDM hingga lingkungan belajarnya. Hal itu digunakan sebagai alat diagnostik agar satuan pendidikan dapat melakukan perbaikan.

Target asesmen untuk mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan berupa input, proses, dan hasil.Potret layanan dan kinerja setiap sekolah dari hasil AN ini kemudian menjadi cermin untuk melakukan refleksi mempercepat perbaikan mutu pendidikan Indonesia.

Sesuai dengan arah dan program Kemendikbud, AN terdiri dari tiga bagian, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.AKM dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar kognitif yaitu literasi dan numerasi. Kedua aspek kompetensi minimum ini, menjadi syarat bagi peserta didik untuk berkontribusi di dalam masyarakat, terlepas dari bidang kerja dan karier yang ingin mereka tekuni di masa depan.

Secara umum asesmen pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk landasan pengambilan keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah.

Fokus pada kemampuan literasi dan numerasi tidak kemudian mengecilkan arti penting mata pelajaran karena justru membantu murid mempelajari bidang ilmu lain terutama untuk berpikir dan mencerna informasi dalam bentuk tertulis dan dalam bentuk angka atau secara kuantitatif.

Bagian kedua dari Asesmen Nasional adalah survei karakter yang dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar sosial emosional berupa pilar karakter untuk mencetak profil pelajar Pancasila.

Bagian ketiga dari AN adalah survei lingkungan belajar untuk mengevaluasi dan memetakan aspek pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan sekolah. Program AN perlu disertai dengan peningkatan profesionalitas guru. Dibutuhkan banyak guru inspiratif dan mampu menjadi penggerak daya kreativitas bagi para siswa.

Kreativitas merupakan kunci daya saing bangsa menghadapi era Industri 4.0 dan kondisi dunia yang semakin dilanda oleh disrupsi di segala bidang kehidupan.Program AN sebaiknya dijadikan kesempatan untuk merancang postur guru nasional yang ideal untuk meningkatkan daya saing bangsa. Postur guru nasional perlu ditata ulang agar jumlah dan mutunya sesuai dengan standar.

Kondisi sekolah kejuruan saat ini postur tenaga pengajarnya masih didominasi oleh kategori guru normatif adaptif atau guru umum yang mengajar mata pelajaran seperti Agama, PPKn, Matematika, bahasa Indonesia dan lain-lain. Sedangkan kategori guru produktif yang mengajar anak-anak sesuai dengan bidang keahlian yang dipilih persetasenya masih kecil dibawah 30 persen.

Untuk mencetak guru produktif yang sesuai dengan perkembangan zaman tidak mudah. Perlu terobosan dan program yang masif di seluruh daerah. Desentralisasi pendidikan dan mengalirnya sebagian besar anggaran pendidikan nasional ke daerah menuntut kepala daerah untuk mencetak guru produktif dalam jumlah yang cukup untuk menggerakan dan mengembangkan potensi daerah masing-masing.

Salah satu target penting yang diberikan Presiden Jokowi untuk Mendikbud Nadiem Makarim membenahi program vokasional agar tidak tertinggal zaman. Guru produktif sangat berperan dalam mendukung kebijakan Merdeka Belajar dan guru penggerak.Guru produktif memiliki peran strategis untuk mengembangkan talenta-talenta muda sebagai SDM bangsa yang berdaya saing. Untuk mencetak talenta tersebut dibutuhkan guru yang mampu berperan sebagai mentorship. Sosok tersebut memiliki kapasitas untuk mempresentasikan atau menyiarkan konten-konten yang mampu membangkitkan daya imajinasi dan kapasitas inovasi bagi siswanya. (TS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun