Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Sosok Artikel Utama

Cak Imin dan Lampu Aladin yang Siap Digosok

30 Agustus 2023   19:12 Diperbarui: 1 September 2023   07:31 1764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar saat menghadiri halal bihalal pengurus dan kader PKB se-Bali, NTT, dan NTB, Senin (24/5/2021). (Dokumentasi/PKB via kompas.com) 

Kapan pun, dimana pun, dia selalu jenaka. Politisi yang wajahnya awet muda karena murah senyum itu hingga kini statusnya digantung oleh pasangan koalisinya. 

Ibarat calon pengantin yang sudah dipingit namun tidak ada kepastian kapan akad nikahnya. Namun dia masih tampak sabar dan tetap memproduksi humor-humor segar. Meskipun mungkin saat ini hatinya bagai diiris sembilu.

Dia adalah Abdul Muhaimin Iskandar, yang akrab dipanggil Gus Imin atau Cak Imin, lahir di Jombang, Jawa Timur 24 September 1966. Ayahnya adalah Muhammad Iskandar, guru di Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif, Jombang, Jawa Timur. 

Cak Imin yang kini menjabat Ketum PKB, menyelesaikan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jombang dan Madrasah Aliyah Negeri I Yogyakarta. Lulus dari Aliyah tahun 1985, Muhaimin melanjutkan pendidikan sarjananya di FISIP UGM.

Dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh PAN dan dihadiri oleh para petinggi koalisi gemuk, penulis mengamati ekspresi wajah Cak Imin yang luar biasa uniknya. 

Tidak seperti biasanya, pandangan supranatural saya melihat aura dia spektrumnya tampak membara. Meskipun senyum tetap menghiasi bibirnya.

Perubahan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya menjadi Koalisi Indonesia Maju ada indikasi untuk menggusur Cak Imin dari "kursi pelaminan". 

Apalagi PAN sangat agresif menyodorkan Erick Thohir sebagai calon pengantin lain untuk bersanding dengan Prabowo. Selain itu ada invisible hand yang juga bermanuver untuk mengisi kursi pelaminan itu dengan si mbarep Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.

Sudah menjadi pengetahuan publik bahwa Erick Thohir adalah pendatang baru yang lagi naik daun di jagat NU. Terlihat saat peringatan Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) beberapa bulan yang lalu Menteri BUMN Erick Thohir tampak runtang runtung dengan Yenny Wahid yang merupakan seteru abadi Cak Imin. 

Saling sindir antara Ketua PB NU dengan Cak Imin yang berlangsung akhir-akhir ini nampaknya menjadi indikasi untuk menggoyang kursi pelaminan Cak Imin.

Dalam kalkulasi politik kubu Prabowo, risiko hengkangnya PKB dari Koalisi Indonesia Maju diprediksi tidak akan berpengaruh signifikan dalam menarik dukungan massa yang berbasis NU saat Pemilu 2024 mendatang. Terutama di daerah pemilihan Jawa Timur. 

Faktor Erick Thohir yang kini lengket dengan Yenny Wahid dan Ketum PB NU diharapkan bisa menambal lubang akibat hengkangnya dukungan PKB. Benarkah kalkulasi politik sesederhana itu?

Ketum PKB Muhaimin Iskandar menerima keris pusaka dari Panglingsir Paiketan Puri-puri Sejebag Bali (Photo Chairul Amri /DetikBali ) 
Ketum PKB Muhaimin Iskandar menerima keris pusaka dari Panglingsir Paiketan Puri-puri Sejebag Bali (Photo Chairul Amri /DetikBali ) 

Menyikapi situasi kursi pelaminan Cak Imin yang tidak menentu dan cenderung diserobot oleh pihak lain, kalangan internal PKB nampaknya sudah gerah namun tetap menahan kesabaran. 

Banyak pihak yang belum tahu bahwa Cak Imin sebenarnya memiliki semacam Lampu Aladin yang siap digosok agar keluar "Jin" yang siap menuruti perintahnya untuk membuat kejutan.

Sayangnya kesempataan menggosok lampu Aladin tinggal satu kali, dan satu permintaan saja.Kalkulasi politik Prabowo bisa saja salah, karena pada saat ini kondisi internal PKB hingga ke ranting-ranting sangat solid dan bertambah militan akibat mempermainkan kursi pelaminan Cak Imin. 

Tak bisa dimungkiri bahwa mesin politik PKB sangat solid dan semakin efektif hingga tingkat ranting. Dan ketika Cak Imin menggosok Lampu Aladin, maka kejutan besar akan terjadi, konstelasi politik akan berubah dan tukang survei akan sesat jika tidak memperbarui hasil elektabilitas pasca Cak Imin menggosok Lampu Aladin.

Terkait dengan sikap politik kaum Nahdliyin menghadapi pemilu tiba-tiba saya teringat kepada sahabat karib saya bernama Agus Salim, sahabat saya sejak remaja, seorang santri NU tulen dari Desa Begadung, Kabupaten Nganjuk. 

"Lim, apa yang paling kamu kangenin (rindukan) jika NU menghadapi Pemilu ?," sergap saya. Seperti karakter santri NU lainnya, dia enggan menjawab, bisa jadi pertanyaan saya itu kurang relevan dengan kondisi batinnya. Lalu saya tegaskan lagi pertanyaan yang sama, baru menjawab, bahwa yang dia rindukan adalah kejenakaannya. 

Bukan karena sahabat saya itu termasuk NU garis lucu, tetapi menurutnya sikap kejenakaan NU itu adalah kearifan lokal yang selama ini mampu membasahi jiwa-jiwa yang kekeringan.

Kalau yang ditunggu sahabat saya dan kaum nahdliyin adalah kejenakaan, tentunya ini adalah ikon dari Cak Imin. Apalagi cak Imin memiliki pabrik humor yang sangat produktif.

Seketika tawa saya meledak, " ayo ngguyu !," jawabku spontan. Jujur saja yang saya tunggu-tunggu dan selalu saya rindukan adalah humor-humor segar dari para politisi PKB dan warga Nahdliyin apapun strata sosialnya. Di mana pun, kapan pun, NU dan PKB selalu jenaka.

Mengapa senda gurau lekat dengan NU dan PKB ? tidak seorangpun bisa memberi jawaban yang memuaskan. Tak kurang dari KH Hasyim Muzadi memberi argumen bahwa para ulama selalu menasehati rakyat lewat canda untuk mengurangi tekanan keseharian yang dialaminya. Para ulama harus siap menghibur rakyat yang dekat dengan kesengsaraan, kemiskinan dan ketertinggalan.

Suatu ketika Rais 'Aam KH Sahal Mahfudz menegaskan, ulama harus tetap segar dihadapkan pada situasi apapun. "Anda bisa bayangkan jika ulama stress, bagaimana jadinya rakyat," ujarnya saat itu.

Masih hangat dalam ingatan publik ketika Sang Maestro humor NU, yakni Gus Dur, ekspresinya menghadapi pecahnya tangisan Matori Abdul Djalil yang tersedu-sedan di pundaknya. 

Di hadapan ratusan ribu massa NU di Stadion Senayan, momen itu sangat unik penuh haru dan amat lucu. Terhadap serangan dari lawan-lawan politiknya Gus Dur sering kali membalasnya dengan humor-humor segar.

Ilustrasi gambar Muhaimin Iskandar (sumber gambar: AULA News.id)
Ilustrasi gambar Muhaimin Iskandar (sumber gambar: AULA News.id)

Bicara kejenakaan di lingkungan Nahdliyin memang tiada habisnya, bagaikan pabrik humor yang abadi. Ironisnya pabrik humor Srimulat justru sirna ditelan zaman. 

Untuk memahami filsafat humor di lingkungan Nahdliyin kita perlu membaca setidaknya dua buku yang menceritakan kisah sahabat yang paling lucu dan kocak, yaitu buku Yang Jenaka karya M Quraish Shihab dan buku Dari Canda Nabi & Sufi Sampai Kelucuan Kita karya A Mustofa Bisri.

Terkait dengan sifat jenaka, Rasulullah SAW memiliki sahabat yang baik hati, menjaga, dan bahkan bisa membuatnya tertawa. Salah satu sahabat nabi yang jenaka dan bisa membuat nabi tertawa adalah Nu'aiman bin Amr bin Rafa'ah.

Dia memiliki watak yang jahil dan kreatif, sehingga yang berada di dekatnya bisa tertawa bahagia. Meskipun wataknya lucu, Nu'aiman juga merupakan seorang mujahid sejati. Dia tercatat sebagai Ashabul Badr, pejuang yang pernah mengikuti perang Badar bersama Rasulullah.

Pada saat ini ikwal kejenakaan atau humor punya peran yang amat penting terkait dengan masalah spirit dan etos kerja. Budaya tertawa lepas ternyata semakin penting bagi semua pihak. 

Bahkan, menurut penelitian yang dilakukan oleh konsultan internasional Hay Group menyatakan bahwa tipe kepemimpinan yang paling efektif pada era sekarang ini adalah yang punya deposit jenaka alias sarat humor. 

Bahkan untuk menghadapi krisis, perusahaan multinasional sekarang ini telah menggencarkan budaya tertawa lepas. Aktivitas terapi tertawa, senam tertawa, dan kreator konten humor telah menjadi tren.

Ikwal tertawa mendapat perhatian yang cukup besar dalam bentuk penelitian terkait kinerja otak manusia. Seperti yang dilakukan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang terus melakukan riset mengenai kebiasaan tertawa dan fungsi otak.

Secara ilmiah tertawa lepas atau tertawa tulus sangat berbeda efek dan maknanya dengan tertawa palsu. Tertawa lepas sangat berguna untuk menyehatkan jiwa, memompa motivasi diri, terapi penyembuhan jasmani dan rohani, serta obat pengusir stress atau depresi yang paling ampuh.

Tertawa lepas atau senyuman sejati oleh pakar psikologi Ekman disebut dengan istilah tertawa Duchenne. Istilah tersebut diambil dari nama seorang neurologis asal Perancis Duchenne de Boulogne. 

Dia melakukan riset pertama dalam bidang tersebut pada 1980-an. Teorinya menyatakan bahwa senyuman yang tulus melibatkan secara simultan dua otot wajah , yakni otot zygomatic major, yang memanjang dari tulang pipi dan mengangkat sudut-sudut mulut. 

Dan yang kedua bagian luar dari otot orbicularis oculi, yang mengelilingi mata, dan terlibat dalam menarik ke bawah alis mata dan kulit di bawah alis mata, dan menarik ke atas kulit di bawah mata, dan mengangkat pipinya. (TS)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun