Bahkan, menurut penelitian yang dilakukan oleh konsultan internasional Hay Group menyatakan bahwa tipe kepemimpinan yang paling efektif pada era sekarang ini adalah yang punya deposit jenaka alias sarat humor.Â
Bahkan untuk menghadapi krisis, perusahaan multinasional sekarang ini telah menggencarkan budaya tertawa lepas. Aktivitas terapi tertawa, senam tertawa, dan kreator konten humor telah menjadi tren.
Ikwal tertawa mendapat perhatian yang cukup besar dalam bentuk penelitian terkait kinerja otak manusia. Seperti yang dilakukan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang terus melakukan riset mengenai kebiasaan tertawa dan fungsi otak.
Secara ilmiah tertawa lepas atau tertawa tulus sangat berbeda efek dan maknanya dengan tertawa palsu. Tertawa lepas sangat berguna untuk menyehatkan jiwa, memompa motivasi diri, terapi penyembuhan jasmani dan rohani, serta obat pengusir stress atau depresi yang paling ampuh.
Tertawa lepas atau senyuman sejati oleh pakar psikologi Ekman disebut dengan istilah tertawa Duchenne. Istilah tersebut diambil dari nama seorang neurologis asal Perancis Duchenne de Boulogne.Â
Dia melakukan riset pertama dalam bidang tersebut pada 1980-an. Teorinya menyatakan bahwa senyuman yang tulus melibatkan secara simultan dua otot wajah , yakni otot zygomatic major, yang memanjang dari tulang pipi dan mengangkat sudut-sudut mulut.Â
Dan yang kedua bagian luar dari otot orbicularis oculi, yang mengelilingi mata, dan terlibat dalam menarik ke bawah alis mata dan kulit di bawah alis mata, dan menarik ke atas kulit di bawah mata, dan mengangkat pipinya. (TS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H