Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Setengah Hati Hilirisasi Batu Bara, Bagaimana Kelanjutan Kompor DME?

16 Agustus 2023   17:46 Diperbarui: 16 Agustus 2023   19:08 1598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tabung kompor DME ( photo Kontan via KOMPAS.com )

Dengan nilai kalori untuk gas hasil gasifikasi batubara sebesar 900 -- 1200 Kkal/Nm3. Hal tersebut dapat dikatakan cukup berpotensi untuk memberikan dampak emisi yang cukup tinggi. Kegiatan gasifikasi yang selama ini dilakukan oleh masyarakat secara tradisional ( gasifikasi mini ) menimbulkan permasalahan serius seperti limbah B3 dari batu bara itu sendiri.

Perlu melatih dan memperbaiki proses gasifikasi mini oleh masyarakat. Juga pengawasan kegiatan yang menggunakan gasifikasi mini ini agar sewaktu-waktu terjadi hal yang mencemari lingkungan dapat segera dilakukan langkah penyelesaian.

Ilustrasi polusi udara akibat PLTU ( dok UNSPLASH/ELLA IVANESCU via KOMPAS.com)
Ilustrasi polusi udara akibat PLTU ( dok UNSPLASH/ELLA IVANESCU via KOMPAS.com)
 

Menimbang PLTN Gantikan PLTU

Kebijakan energi nasional perlu menimbang pembangunan PLTN. Besaran investasi pendirian satu PLTN sekitar 40 triliun rupiah. Pembangkit tersebut bisa menghasilkan daya sekitar 33 GigaWatt.Untuk sumber daya reaktor bisa menggunakan cadangan mineral berupa plutonium yang terdapat di Bangka Belitung atau menggunakan uranium yang bisa diperoleh dari Kalimantan.

Menurut Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Indonesia kedepan minimum membutuhkan pembangunan empat buah PLTN. Namun, beberapa kalangan dan pakar masih menyangsikan kemampuan dari praktisi nuklir di Indonesia untuk mengoperasikan PLTN.

Masalah efisiensi, umur operasi PLTN serta tingkat keamanan masih menjadi faktor utama resistensi. Apalagi pembangunan PLTN di Indonesia rencananya melalui skema yang sangat tergantung kepada pihak asing. Lebih mengkhawatirkan lagi sepuluh tahun pertama umur operasional PLTN konsesinya diberikan penuh kepada pihak asing. Setelah itu baru diserahkan dengan kondisi kinerja reaktor yang sudah menurun dan membutuhkan berbagai perawatan dan penggantian suku cadang. Selama ini keandalan PLTN tidak pernah mencapai 80 persen seperti yang direncanakan, tapi hanya 57 persen hingga 60 persen.

Sikap masyarakat Indonesia terkait PLTN ibarat terkena Sindrom NIMBY (Not In My Backyard), jangan bangun PLTN di dekat rumah kami. Pembangunan PLTN memerlukan dialog yang jujur dan terbuka. Karena pilihan terhadap PLTN adalah pilihan yang sulit, karena berhadapan dengan risiko tinggi.

Energi nuklir telah membawa harapan di banyak kalangan sebagai solusi untuk mengakhiri krisis energi. Efisiensi yang dihasilkan energi nuklir terbukti sangat tinggi. Penelitian membuktikan hanya dengan 360 gram uranium sudah dapat mencukupi kebutuhan listrik untuk 1.000 rumah penduduk dalam waktu satu tahun. Akan tetapi resiko kebocoran reaktor nuklir juga terbukti sangat tinggi.

Data menunjukkan perbandingan bahaya radiasi nuklir terhadap aktivitas lain yakni dengan membandingkan tingkat resiko pada bidang lain. Sebagai contoh radiasi sebesar 1 milirem radiasi hanya menurunkan harapan hidup sebesar 1,5 menit. Aktivitas lain yang mempunyai dampak mengurangi harapan hidup 1,5 menit antara lain setara dengan menyebrang jalan 4 kali atau merokok 3 kali hisapan. Dalam hal kesetaraan itu merokok satu batang sampai habis sama dengan risiko 10 mrem radiasi.

Bila polusi yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik di luar PLTN diekuivalenkan dengan besaran mrem maka perbandingan resikonya adalah polusi udara dari pembakaran batu bara 150 mrem/tahun atau Polusi udara dari bahan bakar minyak 60 mrem/tahun. Sebagai perbandingan dapat ditunjukkan bahwa pada kecelakaan Three Mile Island, radiasi yang dikeluarkan rata-rata hanya 1,25 mrem/orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun