Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Teknologi Tepat Guna untuk Mengatasi Kekeringan

6 Agustus 2023   12:04 Diperbarui: 7 Agustus 2023   01:24 1602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pompa sumur bor untuk irigasi pertanian (Mabormedia.com)

Teknologi Tepat Guna untuk Mengatasi Kekeringan 

Basahi ladang kita yang butuh minum
basahi sawah kita yang kekeringan
basahi jiwa kita yang putus asa
Kemarau ini begitu mencekam

Sepotong lirik lagu Doa Sepasang Petani Muda karya Ebiet G Ade di atas sangat relevan dengan kondisi beberapa daerah di tanah air yang kini dilanda kekeringan yang parah.

Mereka kesulitan mencukupi air bersih untuk memasak dan sanitasi kesehatan. Hewan ternak dan pemeliharaan juga kekurangan air minum dan mandi. Tanaman mulai meranggas menunggu setetes air yang tak kunjung tiba.

Kondisinya bertambah mengenaskan karena pembangunan infrastruktur irigasi masih boleh dibilang minim. Sudah begitu banyak infrastruktur irigasi pertanian yang telah eksis dalam kondisi rusak. Masalah kekeringan merupakan paradoks. Karena Indonesia sejatinya memiliki potensi sumber daya air nomor lima besar dunia.

Ketika mitigasi kekeringan untuk mengatasi krisis air baku belum berjalan dengan baik. Dilain pihak di negeri ini banyak yang berambisi untuk menerapkan teknologi Internet of Things (IoT) untuk mengelola perkebunan dan pengairan. 

Bahkan tidak sedikit yang merekomendasikan proyek bertajuk Pertanian 4.0. Sungguh ironis, padahal sebagian besar masyarakat belum membutuhkan semua itu.

Mereka hanya membutuhkan teknologi sederhana, teknologi tepat guna untuk mendapatkan air yang cukup untuk keluarga, hewan ternak, dan tanamannya.

Bencana kekeringan mudah terlupakan dan baru tersadar lagi pada bencana tahun berikutnya. Kondisinya kian rumit karena sumber air baku selain dari mata air kini bermasalah karena pencemaran sungai sudah sangat parah. 

Negeri ini masih belum berhasil melindungi pengelolaan sumber daya air dari bermacam modus pencemaran limbah. Pencemaran sungai, danau, dan bangunan air semakin parah dan kurang ada tindakan sesuai dengan undang-undang. Bappenas menyatakan bahwa tingkat kerugian akibat pencemaran mencapai 2,3 persen per tahun dari PDB (produk domestik bruto) atau sekitar Rp 57 triliun.

Masalah kekeringan sebenarnya bisa diatasi dengan teknologi tepat guna mekanisasi pertanian. Saatnya menggalakkan teknologi tepat guna untuk mengeksploitasi dan mendistribusikan sumber daya air untuk kebutuhan rakyat dan pertanian. 

Teknologi itu sebaiknya bersifat ramah lingkungan, murah dan hemat energi. Seperti misalnya kincir angin, yakni alat yang mengubah energi angin menjadi energi kinetik rotasi.

Kincir angin telah digunakan di berbagai negara, namun di Indonesia penggunaan kincir angin belum optimal. Dan belum digunakan secara massal dengan berbagai proses inovasi teknologi.

Inovasi kincir angin mesti dilakukan terus menerus sesuai penggunaan dan karakteristik tempatnya. Untuk daerah yang bertiup angin kecepatan rendah lebih cocok dikembangkan kincir angin untuk pompanisasi untuk irigasi tanaman palawija.

Masalah teknologi sederhana atau tepat guna untuk mekanisasi pengairan pertanian perlu digalakkan dan menjadi agenda penting oleh Dewan Sumber Daya Air. 

Sebagai catatan pemerintah Jokowi telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres ) Nomor 10 tahun 2017 tentang Dewan Sumber Daya Air. Dibentuk lembaga khusus yang menangani persoalan permasalahan air dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden

Namun Dewan Air kinerjanya masih belum baik, belum bisa mengoptimalkan penggunaan air yang ada dan masih gagal mencegah tumpang tindih antar pemangku kepentingan.

Terkait dengan pengembangan teknologi tepat guna untuk mendistribusikan air dalam berbagai medan dengan tingkat kesulitan masing-masing, diperlukan pusat desain dan inovasi daerah untuk merekayasa beberapa jenis pompa pengairan dan mesin sederhana seperti teknologi sumur bor, kincir air, dan sebagainya. 

Pusat desain tersebut bisa menjadi rujukan dan katalog perdagangan yang efektif. Pusat desain juga sangat baik untuk mengevaluasi kinerja dan mutu alsintan yang telah dioperasikan di berbagai kondisi lapangan. Sehingga bisa dilakukan penyempurnaan desain dan efektivitas produksi secara berkelanjutan.

Pusat desain alsintan termasuk prosedur pengujian dan standarisasi pompa air irigasi. Standarisasi alsintan mengacu kepada prosedur yang dilakukan oleh BBP Mektan, Serpong, Tangsel yang berbasis SNI no 0141: 2009, yang memuat cara pengujian alat tersebut.

Ilustrasi pompa sumur bor untuk irigasi pertanian (Mabormedia.com)
Ilustrasi pompa sumur bor untuk irigasi pertanian (Mabormedia.com)

Pompa merupakan alat dan mesin pertanian yang berfungsi untuk memindahkan air dari reservoir, embung, sungai, rawa, maupun tandon atau sumur ke areal pertanian yang memerlukan irigasi.

Pada prinsipnya pompa yang banyak digunakan oleh petani dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu pompa sentrifugal dan pompa aksial.

Pompa sentrifugal merupakan jenis pompa yang digunakan untuk memindahkan air dari satu tempat ke tempat yang lain melalui gerakan sudu atau impeller). Dimana air dialirkan dengan arah tegak lurus terhadap sumbu putar impeller. Karena air dipindahkan dengan arah tegak lurus sumbu impeller, pompa sentrifugal mampu menaikan air dengan beda ketinggian yang cukup besar (head total).

Pompa ini biasanya digunakan oleh petani untuk mengairi sawah, dimana sumber air terletak di lokasi yang lebih rendah dari areal pertaniannya.

Sedangkan pompa aksial merupakan jenis pompa untuk memindahkan air dengan prinsip pemindahan dengan arah sejajar dengan sumbu impeller. Pompa aksial biasanya digunakan untuk memindahkan air dengan elevasi antara sumber dengan tujuan yang hampir rata.

Jika pada pompa sentrifugal memiliki kelebihan dari head-nya yang besar, pompa aksial memiliki kemampuan memindahkan air dengan debit yang lebih besar dari pompa sentrifugal untuk ukuran yang sama.

Secara umum, pengujian pompa yang diproduksi oleh perusahaan yang akan dijual secara masal meliputi tiga tahap yaitu uji verifikasi, uji unjuk kerja, dan uji beban berkesinambungan.

Uji verifikasi dimaksudkan untuk mengecek secara langsung spesifikasi alat yang diajukan oleh pemohon uji terhadap spesifikasi yang diukur secara langsung dari alat dan mesin yang diuji.

Uji unjuk kerja dimaksudkan untuk mengetahui kinerja aktual dari pompa tersebut, mulai dari kemampuannya menaikan air serta debit air yang dapat dipindahkan dengan variasi putaran motor penggeraknya serta menentukan efisiensi kerja maksimum dari pompa tersebut. Sedang uji beban berkesinambungan dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan pompa ketika dioperasikan pada tingkat efisiensi maksimum selama periode waktu tertentu. (TS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun