Bangun Pabrik Mini Pet Food untuk Menekan Biaya Pemeliharaan HewanÂ
Biaya pemeliharaan hewan di negeri ini tergolong mahal. Baik hewan peliharaan di rumah maupun hewan ternak dan perikanan. Semua menghadapi persoalan yang rumit terkait dengan mahalnya pakan hewan ( pet food). Hal itu disebabkan karena dominasi produk pet food yang di impor dari luar negeri. Ironisnya eksistensi pet shop yang kini menjamur justru didominasi dengan produk impor yang harganya sangat mahal.Â
Banjir impor produk pet food dibiarkan begitu saja di negeri ini. Inilah biang kerok tingginya biaya hewan peliharaan. Tingginya harga pakan hewan dampaknya merembet kemana-mana, antara lain menyebabkan tingginya harga daging ayam dan telur saat ini.
Sangat mengherankan, kenapa Indonesia yang kaya raya dengan sumber daya alam yang bisa dijadikan bahan baku pakan ternak tetapi harus impor pakan ternak dalam jumlah yang luar biasa. Penulis yang berlatar belakang teknik mesin melihat bahwa mesin untuk memproduksi pakan ternak sebenarnya sangat sederhana atau teknologi tepat guna dan bisa dibuat oleh bengkel di desa sekalipun. Sebenarnya pabrik mini pakan ternak bisa dirancang secara mandiri oleh lulusan SMK dengan biaya yang relatif tidak terlalu besar.
Penulis meyakini, pabrik mini pakan ternak ini bisa menjadi wahana yang jitu untuk swasembada bermacam produk pet food. Seperti pakan ikan, ayam, sapi, hingga hewan peliharaan seperti kucing dan anjing. Apalagi di Indonesia ini telah banyak perguruan tinggi yang memiliki prodi peternakan dan kedokteran hewan. Tentunya sudah banyak hasil riset dan inovasi terkait dengan pakan ternak yang berkualitas dan cocok untuk diterapkan di negeri ini karena sebagian besar berbahan baku lokal.
Mengutip data International Trade Center (ITC), ternyata impor pet food di Indonesia sebagian besar berasal dari Thailand, China, Prancis, dan Amerika Serikat. Keempat negara itu adalah pengekspor utama pakan hewan di Indonesia untuk ritel, dengan Thailand menguasai 70 persen ekspor. Impor dari Thailand meningkat sebesar 22,1 persen pada tahun 2021. Pasar pet food Indonesia terdiri dari 95 persen merek internasional, dan hanya 5 persen pangsa pasar yang masuk ke pemain lokal.
Karena pet food pada umumnya mengandung produk asal hewan, fasilitas produksinya tentunya mesti mendapat persetujuan dari Kementerian Pertanian dalam hal ini Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sebelum importir dapat mengimpor dari fasilitas penghasil pet food. Kini ada kecenderungan yang meningkat bagi konsumen berpenghasilan tinggi untuk memberi makan hewan peliharaan mereka makanan mentah yang bergizi seimbang. Semakin banyak merek premium yang memasuki makanan anjing dan kucing, akibat tren humanisasi dan premiumisasi yang semakin intensif.
Perlu revitalisasi industri pakan hewan di Indonesia yang berbasis pabrik mini di pedesaan atau oleh pelaku UMKM. Sungguh ironis, kondisi pasar makanan hewan Indonesia cukup terkonsolidasi, dengan beberapa pemain utama mendominasi pasar. Merek internasional menguasai lebih dari 95 persen pasar, sedangkan merek lokal 5 persen sisanya.
Secara umum, pet foods dapat dibedakan menjadi beberapa kategori berdasarkan tujuan penggunaan dan kandungan airnya. Berdasarkan tujuan penggunaan, pet foods dibagi menjadi empat kategori utama, yaitu makanan nutrisi umum, makanan ringan (snack), makanan terapeutik, dan makanan lainnya. Meskipun makanan ringan tidak diperlukan sebagai suplemen nutrisi, makanan ringan dimaksudkan untuk diberikan dalam jumlah terbatas untuk latihan disiplin, olahraga, dan hadiah bagi hewan peliharaan. Sementara itu, untuk makanan terapeutik ditujukan sebagai diet nutrisi khusus bagi hewan peliharaan saat mengobati penyakit dan hanya dapat direkomendasikan oleh dokter hewan. Makanan ini membantu pengobatan penyakit dengan menyesuaikan jumlah dan rasio komponen nutrisi dalam makanan sesuai dengan yang direkomendasikan dan di bawah pengawasan dokter hewan.
Beberapa contoh produk nutrisi khusus hewan antara lain produk untuk dukungan ginjal, urolithiasis, diabetes, gangguan dermatologis dan alergi, pengendalian berat badan dan lain sebagainya. Adapun makanan tujuan lain dikhususkan untuk kebutuhan tertentu seperti penyesuaian profil nutrisi, menambah kalori, meningkatkan kelezatan dan sebagainya yang biasanya disediakan bersama dengan makanan pokok hewan peliharaan.
Masalah pakan hewan sangat serius pada saat terjadi kekeringan seperti yang terjadi pada saat ini. Kekeringan yang sedang mendera berbagai daerah di Indonesia menyebabkan peternakan rakyat mengalami kesulitan pakan hewan. Pentingnya program padat karya yang bertujuan untuk mengusahakan pakan ternak. Program itu sekaligus juga bisa mengatasi masalah pengangguran di desa akibat musim kering.
Usaha rakyat untuk memproduksi pakan ternak saat ini sebenarnya sudah ada pengalaman dan riset dan inovasi oleh Kementerian Pertanian terkait dengan produksi pakan hewan dengan mesin mini feedmill yang lebih murah dibanding dengan pakan ternak pabrikan. Mestinya pemerintah mengucurkan bantuan permodalan untuk membangun pabrik pakan hewan skala kecil, utamanya yang tersebar di sentra produksi bahan baku pakan seperti jagung dan kelapa sawit.
Kinerja pabrik pakan mini tersebut memiliki kapasitas produksi hingga 20 ton per hari. Konstruksi permesinan pabrik bisa dibuat dengan komponen lokal. Secara engineering, pada prinsipnya jenis mesin yang diperlukan adalah mesin laser ( penggilingan ), mixer, lotter pain ( pencetak butiran ) dan unit oven untuk pengeringan. Dari pengalaman pilot project Kementerian Pertanian bisa diketahui bahwa untuk mendirikan pabrik mini diatas dibutuhkan dana investasi sekitar Rp 200 juta per unit. Setelah pabrik itu selesai dibangun sebaiknya dikelola secara mandiri oleh gabungan kelompok tani atau ternak. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H