Gerakan sangat berarti bagi salah satu industri kreatif lokal yakni pengrajin mainan anak. Produk mainan anak perlu perhatian khusus karena memiliki nilai ekonomi yang sangat prospektif. Terutama bagi industri mainan anak yang berbasis dan berbahan baku lokal serta bercorak tradisional.
Harian The Wall Street Journal menyatakan sebanyak 85 persen mainan anak yang dijual di pasar global diproduksi di Tiongkok. Sekedar catatan produk impor mainan anak dari Tiongkok ke Indonesia mencapai 398 juta dollar AS per tahun.Â
Tiongkok berhasil mengekspor mainan ke AS senilai 19,4 miliar dollar AS. Di luar AS, pangsa pasar mainan Tiongkok di area Eropa berada di Belanda (3,2 miliar dollar AS) dan Inggris (2,9 miliar dollar AS).
Jika kemampuan desain dan relevansi tema produk mainan anak buatan Indonesia bermutu baik, maka punya kesempatan mengisi ceruk pasar global.Â
Pemangku kepentingan perlu gerak cepat membangkitkan industri lokal mainan anak dengan berbagai insentif dan program perbaikan desain.Â
UMKM sektor mainan anak dan alat peraga pendidikan perlu perhatian khusus karena hal ini bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
Pemerintah diharapkan segera memberi insentif kepada UMKM yang memproduksi mainan supaya mereka bisa memperbaiki desain dan proses produksi.Â
Agar produk mainan anak buatan Indonesia lebih relevan dengan kondisi kekinian dan produk yang ramah lingkungan. Perlu terus menerus melakukan kajian dan pengembangan produk mainan anak yang berbahan baku lokal seperti rotan dan bambu.Â
Produk mainan rotan dan bambu bersifat ekonomi hijau, dari aspek desain dan produksi juga memiliki teknik pembuatan yang mudah dan cepat serta lebih ekonomis. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H