Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banting Setir Profesi itu Asyik, Apalagi Ditunjang Program Mas Menteri

9 Juli 2023   17:30 Diperbarui: 9 Juli 2023   18:08 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banting Setir Profesi itu Asyik, Apalagi Ditunjang Program Mas Menteri 

Masalah career switch pada era disrupsi sekarang ini merupakan keniscayaan. Apalagi semakin banyak ragam profesi yang terkubur oleh perkembangan teknologi. Langkah banting setir dalam berkarir itu ternyata sangat mengasyikkan. 

Saya sendiri beberapa saat setelah lulus kuliah, justru ingin sekali ganti profesi. Namun apa daya, status saya sebagai mahasiswa ikatan dinas tugas belajar. Sehingga baru bebas banting setir setelah masa ikatan dinas saya selesai, sesuai dengan perjanjian ikatan dinas.

Sebagai orang yang berlatar belakang pendidikan teknik, saya banyak melihat kawan sejawat dan adik angkatan yang justru sukses berganti profesi. Meninggalkan profesinya yang sejati yakni dunia teknik. Salah satu yang tidak luput dari perhatian saya adalah adik angkatan saya, yakni Vino G Bastian, aktor film ternama dan sedang memuncaki jagat industri kreatif nasional. Vino adalah lulusan Teknik Kimia dari perguruan tinggi yang didirikan oleh Presiden Indonesia ke-3 BJ.Habibie, yakni Institut Teknologi Indonesia (ITI). Vino menempuh pendidikan dengan lancar dan lulus dengan baik. Dia lalu banting setir menekuni profesi artis film.

Banting setir profesi saat ini justru difasilitasi dan diakselerasi oleh Program Mas Menteri Nadiem Anwar Makarim, selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Kini Mas Menteri sedang menerapkan filosofi skolastik dan menumbuhkan talenta mahasiswa. Filosofinya itu sangat relevan dengan semangat zaman kini. Paham skolastik/skolatisme yg menjunjung tinggi sistem logika dalam dunia pendidikan sejak era Aristoteles kini menjadi relevan kembali.

Tidak perlu heran jika Prodi Teknik Kimia ITI menghasilkan SDM hebat semacam Vino Bastian. Program Kampus Merdeka Mas Menteri Nadiem telah mereformasi ( sebagian pakar bilang merevolusi ) prodi prodi di PT, sistem rekrutmen masuk PT telah diubah, menekankan aspek skolastik.

Luaran Prodi PT menghasilkan sosok-sosok yang sangat beragam, begitupun seseorang bisa masuk jalur antar prodi dengan mudah. Bidang profesi yang dicetak dari PT semakin terbarukan sesuai dgn zeitgeist alias semangat zaman. Program Mas Menteri diatas membuka lebar dan mempermudah seseorang untuk melakukan banting setir karir atau profesi.

Untuk itu Mas Menteri juga mengubah sistem akreditasi PT yang berbasis Prodi. Diberlakukan sistem Lembaga Akreditasi Mandiri ( LAM) yang memberi keleluasaan bagi konsorsium ilmu dan teknologi untuk berlari mengejar kemajuan.

UU No.12 th 2012 ttg Perguruan Tinggi menegaskan terbentuknya LAM sebagai penjaminan mutu PT dan prodi. Implikasi berlakunya LAM menyebabkan hilangnya peran BAN PT ( Badan Akreditasi Nasional PT) yang selama ini sangat " berkuasa" dalam menentukan Akreditasi Program Studi (prodi) untuk selanjutnya akreditasi prodi akan ditata lebih efektif dengan platform digital yang sesuai dengan era Kampus 4.0 yang menekankan automasi, artificial intelligence, dan big data yang sangat tepat untuk mewujudkan kampus merdeka (MBKM).

Menurut hemat hemat saya Sistem LAM itu justru lebih murah dan efektif dibanding sebelumnya. Karena otomatisasi akreditasi tidak memerlukan biaya besar. Karena yang bekerja adalah mesin, yang memantau data dari berbagai sumber. Mesin atau tepatnya disebut platform akreditasi itu mesti dibangun oleh pemerintah , meskipun membutuhkan dana yang besar.

Saat ini ada fenomena yang menyedihkan terkait sempitnya lapangan kerja layak yang tidak mampu lagi menyerap jumlah penduduk angkatan kerja.Banyak lapangan kerja namun tidak layak dan tidak menjanjikan masa depan jika ditekuni. Sempitnya lapangan kerja yang layak menyebabkan sebagian besar lulusan sekolah dan perguruan tinggi mesti banting setir profesinya.

Mestinya negara segera mengatasi akar persoalan tersebut, yang sebenarnya menyangkut pendalaman dan penguasaan ragam profesi yang sesuai dengan kemajuan zaman. Untuk itulah betapa mendesaknya program yang masif dan membumi guna mendalami berbagai ragam profesi sejak dini.Ragam profesi yang sesuai dengan era disrupsi.

Sejak duduk di bangku sekolah hingga perguruan tinggi seharusnya seseorang sudah diberikan bekal pendalaman ragam profesi secara intens. Dalam persaingan global yang sangat sengit sekarang ini, sekolah dituntut untuk mengenalkan sikap profesionalisme dan ragam profesi yang relevan dengan perkembangan zaman sejak awal.

Pemahaman terhadap ragam profesi idealnya mulai diberikan kepada para siswa sejak dini. Para siswa tidak sekedar ditanya tentang cita-cita hidupnya, tetapi yang lebih penting memberikan konten terhadap cita-cita tersebut. Pola dan sikap profesionalisme merupakan pupuk untuk menumbuhkan cita-cita seseorang. Dari sisi psikologi sosial, kebanggaan akan profesi yang dipilih seseorang dikenal sebagai Positivity. Seseorang dikatakan memiliki Positivity tinggi apabila dalam melaksanakan tugas-tugas profesinya dia memiliki keunggulan dan greget atau kepercayaan diri atas profesi yang dilakoninya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun