Masalah penyakit Antraks menimbulkan implikasi yang amat luas. Juga memungkinkan dipergunakan oleh pihak teroris untuk melancarkan aksinya.Â
Penulis tidak bermaksud memperkeruh kondisi atau membuat resah, tetapi sekedar menggugah kewaspadaan kita semua, bahwa bioterorisme itu masih berpotensi terjadi di seluruh muka bumi ini.Â
Spora Antraks yang sangat mudah berkembang dan menyebar secara sporadis bisa digunakan sebagai modus terorisme.
Bioterorisme bukan tidak mungkin muncul lagi dalam kondisi dunia sekarang ini, baik yang dilakukan oleh para terorisme maupun modus-modus perang asimetris demi kepentingan korporasi atau negara yang ingin menghancurkan ekonomi negara lain.Â
Saya tidak berprasangka buruk kepada pihak intelijen asing atau korporasi tertentu. Dulu pernah terjadi kasus bioterorisme lewat sepucuk surat yang dikirimkan kepada pejabat tertentu lewat kertas di dalam amplop yang diolesi dengan spora Antraks.Â
Modus teroris seperti itu pada saat ini tidak mustahil terjadi lagi. Sasaran bioterorisme mungkin tidak hanya kepada aparat atau pejabat, bisa jadi juga menyasar kepada tempat-tempat publik.
Oleh sebab itu masalah Antraks ini hendaknya jangan hanya menjadi urusan Kementerian Pertanian, khususnya Balai Besar Veteriner yang tersebar di berbagai kabupaten/kota.Â
Hendaknya Badan Koordinasi Intelijen Daerah (Bakorinda) meningkatkan kewaspadaan dan bertindak cepat terkait dengan masalah Antraks.Â
Setiap hewan yang terkena Antraks hendaknya ditangani dengan prosedur yang tepat. Jangan sampai dipergunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Secara ilmiah bakteri penyebab antraks apabila terkontaminasi dengan udara akan membentuk spora atau bibit yang sangat banyak jumlahnya dan mudah menyebar kemana-mana.Â
Dalam beberapa referensi Antraks (Anthrax) merupakan penyakit hewan menular yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Antraks umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba, dan lainnya serta dapat menular ke manusia.
Bakteri penyebab antraks, apabila terpapar udara, akan membentuk spora yang sangat resisten terhadap kondisi lingkungan dan bahan kimia termasuk desinfektan tertentu dan dapat bertahan selama puluhan tahun di dalam tanah.Â
Karena keberadaan spora yang merupakan sumber infeksi ini ditemukan di tanah, dahulu oleh masyarakat disebut penyakit tanah. Dikira itu adalah masalah yang ditimbulkan oleh faktor tanah.
Penularan Antraks terjadi melalui spora yang dihasilkan oleh bakteri penyebab Antraks. Spora yang tahan di tanah ini, apabila masuk ke dalam tubuh ternak melalui makanan atau minuman, akan menyebabkan infeksi.Â
Ternak yang telah terserang Antraks akan mengekskresikan bakteri penyebab Antraks menjelang kematiannya.Â
Oleh karena itu, apabila ternak terserang Antraks dipotong, maka bakteri akan membentuk spora dan menyebar kembali ke lingkungan dan sulit untuk dimusnahkan. Penularan secara langsung antar ternak tidak lazim terjadi.
Antraks adalah penyakt zoonosis, artinya antraks dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Manusia dapat tertular apabila terpapar melalui luka terbuka di kulit, menelan atau menghirup spora antraks.Â
Lebih dari 90 persen kasus antraks yang dijumpai pada manusia adalah jenis antraks kulit.Infeksi melalui luka terbuka di kulit merupakan transmisi yang paling umum terjadi pada manusia.Â
Gejala yang muncul meliputi ruam, benjolan, dan kemerahan pada kulit yang disertai perih dan gatal dan pada bagian tengah berwarna kehitaman.Â
Di sekitar kulit yang terinfeksi juga umum terjadi pembengkakan kelenjar getah bening. Selain itu, sering pula disertai dengan demam, lemah, mual dan muntah.
Ternak yang terserang atau diduga terserang Antraks harus diisolasi atau dipisahkan dari ternak lain. Isolasi hendaknya dilakukan di tempat atau kandang dimana ternak tersebut ditemukan sakit.Â
Ternak tersebut tidak boleh dipindahkan ke tempat lain. Sangat dilarang untuk menyembelih maupun menjual ternak sakit.Â
Ternak yang mati karena Antraks atau diduga Antraks, harus dimusnahkan dengan cara dibakar habis atau dikubur dengan kedalaman minimal 2 meter.
Lembaga yang terkait dengan penanganan Antraks perlu bekerja sama dengan aparat keamanan. Karena masalah ini bisa menimbulkan efek yang fatal bagi keselamatan umum.Â
Perlu memberi pengertian dan pemahaman kepada masyarakat desa terutama kepada para petani dan peternak. Supaya mereka paham dalam menangani masalah Antraks.
Aparat keamanan hendaknya tidak kendor dalam mengantisipasi risiko yang terkait dengan modus serangan teroris saat ini tidak pandang bulu dan menimbulkan kengerian bagi masyarakat. Masyarakat bersama aparat keamanan harus bisa mengantisipasi aksi teroris sedini mungkin.
Bisa jadi kelompok teroris semakin nekat lalu melakukan aksi brutal tidak hanya dengan senjata api dan bom, tidak mustahil juga akan menggunakan bom sunyi dalam aksinya.Â
Bom sunyi itu bisa berbentuk racun terhadap bahan pangan maupun melakukan aksi bom kimia maupun bom bioterorisme terhadap infrastruktur publik.
Aksi teroris tersebut datangnya selalu tidak terduga dengan modus yang bermetamorfosis dengan kondisi lingkungan. Aksi keji teroris diatas merupakan peringatan keras agar tidak lengah sedikitpun untuk melindungi berbagai infrastruktur dan bahan pangan.
Otoritas keamanan di tanah air hendaknya mulai memikirkan dan lebih waspada terhadap aksi teroris dalam bentuk bioterorisme.Â
Jaringan teroris di Indonesia yang saat ini disinyalir telah memiliki markas di desa-desa serta di daerah terpencil merupakan tempat yang sangat strategis untuk membuat bom biologis.
Langkah teroris untuk mendapatkan bom biologis sangat mudah pasalnya dengan kondisi Indonesia seperti sekarang ini pihak teroris begitu gampang mendapatkan berbagai ekstrak dan inokulasi aneka bakteri patogen dari lembaga ilmiah dan tempat-tempat lainnya.Â
Lebih gawat lagi hingga saat ini tempat-tempat semacam itu belum memiliki sistem proteksi yang andal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H