Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Puskeswan, Ujung Tombak Namun Tumpul

1 Juli 2023   00:02 Diperbarui: 4 Juli 2023   00:51 1592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kucing yang sedang mendapat penanganan medis dari petugas di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Ragunan, Jakarga. Sumber: Kompas.com/Garry Lotulung

Kasus Rabies yang menyentak perhatian publik merupakan indikasi bahwa masalah kesehatan hewan di masa mendatang semakin serius. Penyakit hewan tidak hanya Rabies, masih ada sederet penyakit yang juga mengancam.

Kasus infeksi dan kematian akibat rabies di Indonesia pada periode Januari hingga Juni 2023 terus meningkat. Kasus ini, bahkan sudah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) di sejumlah daerah di NTT. 

Ironisnya tindakan yang dilakukan bersifat eksesif, belum merupakan langkah yang mendasar. Pemerintah daerah belum totalitas menghadapi penyakit hewan.

Lingkaran setan masalah kesehatan hewan berpangkal dari persepsi masyarakat bahwa pengobatan hewan itu susah dan mahal. Pergi ke dokter hewan biayanya lebih mahal dibanding dengan biaya berobat manusia ke dokter umum.

Istri saya setahun belakangan ini cukup pusing dan terkuras isi dompetnya karena beberapa anabul atau kucing peliharaannya sakit flu dan pilek bergantian. 

Satu per satu kucing kesayangan yang terserang pilek itu dibawa berobat ke dokter hewan habis sekitar 200 ribu rupiah. Satu sakit, semua dengan cepat ikut tertular. Berobat bergantian namun tidak pernah tuntas, karena tidak semua anabul bisa dicekoki obat dengan gampang. Ada yang sangat sulit dicekoki obat. Melawan sekuat tenaga sehingga pemberian obat tidak bisa dilakukan. Beberapa diantaranya mati dan yang masih hidup rentan terserang flu.

Tetangga saya yang memelihara beberapa ekor anjing juga mengalami masalah yang mirip. Persepsi publik sudah tertanam kuat bahwa pengobatan hewan itu mahal dan tidak terjangkau kantong rakyat. 

Suatu saat saya mendapat informasi bahwa berobat anabul ke mantri hewan lebih murah. Ternyata betul, satu anabul yang sakit biasa berobat ke mantri hanya dikenai tarif antara 50 hingga 75 ribu rupiah. Namun tindakan medis pak Mantri terhadap anabul cuma sebatas disuntik vitamin saja. Tanpa diberi obat.

Suatu hari saya mendapat info bahwa berobat ke Pusat Kesehatan Hewan ( Puskeswan ) lebih ekonomis. Sama seperti manusia, hewan juga memiliki pusat pelayanan kesehatan yang disebut Puskeswan. 

Dikelola dan dibiayai oleh pemerintah, Puskeswan adalah salah satu UPT (unit pelayanan teknis) di bawah Dinas Pertanian, Peternakan pada Kota maupun Kabupaten. Untuk biaya dokter hewan di Puskeswan lebih terjangkau karena diatur dalam Peraturan Daerah setempat.

Puskeswan yang serupa Puskesmas itu di Kabupaten Bandung ada di setiap Kecamatan. Atau paling tidak untuk 3 kecamatan terdapat satu Puskeswan. Biasanya letak Puskeswan berdampingan dengan pasar hewan.

Kesehariannya Puskeswan dikelola oleh beberapa dokter dan mantri. Hampir semua dokter di Puskeswan juga membuka praktek di tempat masing-masing atau buka praktek dokter bersama.

Beberapa kali saya bawa anabul yang sakit langsung beberapa ekor berobat ke Puskeswan. Tindakan medis hanya suntik saja. Ketika saya tanya obat, dokter Puskeswan bilang katanya untuk penyakit flu dan pilek seperti kucing-kucing saya ini cukup dikasih sedikit atau seperempat dari butiran vitamin C Ipi lalu digerus dan dicekokin. Vitamin itu disuruh beli sendiri di toko. Hanya itu yang akan dialami oleh anabul kita jika berobat ke Puskeswan. 

Aktivitas Puskeswan (sumber gambar Kompas.com)
Aktivitas Puskeswan (sumber gambar Kompas.com)

Ternyata berobat ke Puskeswan itu gratis, namun beberapa Puskeswan menghimbau kepada para pasien yang datang untuk mengisi kotak kencleng secara sukarela. Ada juga beberapa Puskeswan yang disuruh membawa jarum suntik sendiri jika berobat ke Puskeswan.

Keniscayaan, dalam situasi dunia yang semakin dilanda oleh cuaca ekstrim dan bencana alam serta wabah penyakit, maka fungsi Puskeswan di masa mendatang merupakan ujung tombak kesehatan hewan dan ujung tombak untuk swasembada protein hewani. Namun, ujung tombak itu ternyata tumpul karena kendala anggaran, infrastruktur, dan sosialisasi terkait eksistensi Puskeswan masih lemah.

Puskeswan perlu segera dibenahi secara total dan diperkuat bukan semata-mata karena pemerintah mengandalkan dalam menghadapi wabah Rabies dan PMK. Tetapi juga mengantisipasi kebutuhan pelayanan hulu bidang kesehatan hewan masa mendatang. Beberapa alasan penguatan puskeswan adalah ; yang pertama, puskeswan adalah ujung yang berhadapan dengan entitas peternak dan masyarakat penyayang binatang.

Dibutuhkan Puskeswan yang memenuhi standar mutu dan tangguh menghadapi tuntutan pelayanan kesehatan hewan dan meredam dampak kepanikan di masyarakat. 

Selain itu puskeswan adalah kepanjangan tangan otoritas dinas yang mengampu bidang peternakan dan kesehatan hewan. Oleh sebab itu harus dapat menerapkan kebijakan dan rencana di tingkat kabupaten dan pusat, termasuk strategi dalam penanggulangan wabah penyakit hewan. 

Puskeswan idealnya mengampu satu kecamatan satu Puskeswan yang mampu berperan dalam prevensi, deteksi, dan respons merupakan kegiatan integrasi pelayanan.

Keniscayaan, di waktu mendatang Puskeswan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan hewan yang berada di tingkat kecamatan dan mempunyai fungsi diantaranya untuk melaksanakan penyehatan hewan dan kesiagaan darurat untuk wabah penyakit hewan.

Mengutip data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (Kementan), saat ini terdapat 1.691 unit Puskeswan yang tersebar di seluruh Indonesia dengan total dukungan SDM sebanyak 971 Dokter Hewan dan 1041 Paramedik Veteriner. 

Saatnya meningkatkan kinerja setiap Puskeswan dalam pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan di wilayah kerja masing-masing. Peran ini selain meningkatkan produktivitas hewan juga melindungi masyarakat dari penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia.

Pemerintah pusat dan daerah perlu menambah anggaran dan pembangunan infrastruktur untuk Puskeswan.Pemerintah perlu memberikan dukungan melalui dana alokasi khusus (DAK) fisik untuk pembangunan dan renovasi Puskeswan serta DAK non-fisik berupa operasional Puskeswan. Pemerintah daerah diharapkan bisa memanfaatkan alokasi dana tersebut secara transparan dan tepat sasaran.

Peran Puskeswan jangan justru tergusur oleh Praktik Dokter Hewan Bersama (PDHB). Praktik ini merupakan praktik yang dijalankan beberapa dokter hewan dalam satu tempat praktek.

Tak seperti praktik dokter hewan mandiri, di sini terdapat beberapa dokter hewan penanggung jawab. Biaya dokter hewan untuk setiap penanganan tentu bervariasi tergantung lokasi dan kebijakan penanggung jawab PDHB tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun