Koalisi itu memang bukan selalu dipayungi "bulan purnama" seperti dalam puisi yang pernah ditulis oleh Presiden SBY. Juga tidak pernah ada langkah kebijakan yang bisa memuaskan semua pihak.
Sejatinya perkara koalisi itu hanya sebatas elit politik, belum ada koalisi yang benar-benar meresap hebat ditengah rakyat. Belum tentu rakyat mengamini koalisi semusim yang sarat kepentingan elite tetapi miskin solusi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Selama ini koalisi menyebabkan kabinet bisa dianalogikan seperti kerajaan Mataram pasca Perjanjian Giyanti yang terpecah belah menjadi banyak interes dan sarat perselingkuhan elite politik.
Berbagai konsep dan teori dicomot dari sana sini untuk merumuskan arah dan platform koalisi. Namun, kebanyakan hanya indah didengar. Yang terpenting dalam koalisi sejatinya adalah pentingnya menemukan sosok yang berkarakter "Walk the Talk" alias satunya kata dengan perbuatan.Â
Hal ini penting karena bangsa ini sering terganggu memorinya sehingga perlu gerakan masal melawan lupa. Para penyelenggara negara belum sepenuh hati menjalankan apa yang sering mereka serukan.Â
Rakyat sering mendengar kata-kata indah tentang pemihakan pemerintah terhadap hajat hidup rakyat luas, nyatanya pemihakan itu baru sebatas lips service.
Demokrasi di Indonesia sejak gerakan reformasi bagaikan proses evolusi yang dipercepat. Penulis bermimpi, tetapi mimpi saya tidak sebangun dengan mimpinya Pak SBY yang ingin naik kereta api Gajayana dari Stasiun Gambir.Â
Mimpi saya berada di kediaman Bu Mega. Saya melihat beliau tengah berkontemplasi sembari melakukan diskusi dengan bapak evolusi dunia Charles Darwin.Â
Dalam diskusi itu, saya melihat ilmuwan besar dibidang ilmu hayat pengarang buku terkenal "Origin of Species" mengatakan sesuatu kepada Bu Mega.Â
Darwin berpesan agar Bu Mega semakin percaya diri untuk tidak perlu repot-repot kontrak politik irasional dengan elite parpol yang disokong oleh cukong politik.Â
Sebaiknya Bu Mega dan jajarannya lebih fokus untuk menjalin hubungan yang lebih tulus dan efektif kepada rakyat semesta. Biarkan saja para elite politik "nggege mongso" dan runtang runtung mirip primata kebakaran ekor yang berlompatan kesana kemari membawa rumusan koalisi.