Namun UU atau Perda diatas belum mendapatkan landasan sosiologis yang cocok karena langkanya sosok yang memiliki daya motivasi dan persuasif yang memadai.
Generasi milenial seperti Kaesang tentunya mampu mengelola ketertiban umum dengan caranya sendiri sehingga lebih humanis namun tetap tegas dan berwibawa. Kalau kakaknya Gibran punya kiat mengatasi ketertiban umum dengan cara "wedangan", tentunya Kaesang punya kiat lain yang lebih unik.
Selama ini perda ketertiban umum justru mendapat reaksi keras dan tidak jarang menciptakan gejolak sosial. Terwujudnya ketertiban umum akan memperlancar pembangunan infrastruktur kota.
Sebagai pelaku startup dan sukses menerjuni industri kreatif, Kaesang tentunya tidak sulit mewujudkan kota cerdas. Istilah cerdas tersebut mengandung pengertian penggunaan virtualisasi dan konsolidasi untuk menekan biaya, menaikan penggunaan aset dan kecepatan untuk memenuhi suatu layanan segenap warga kota.
Efisiensi telah menjadi faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kota. Pengelola kota harus memiliki kemampuan untuk menentukan ukuran optimal kota.Yakni ukuran di mana tingkat efisiensi mencapai puncaknya. Efisiensi ditentukan melalui produktivitas tenaga kerja. Ukuran kota, sebaran penduduk, dan kecepatan pergerakan merupakan unsur yang menentukan luas pasar tenaga kerja. Pasar tenaga kerja ini yang akan mengelaborasi produktivitas tenaga kerja dan menentukan tingkat efisiensi kota .
Visi kota cerdas memiliki ciri spesifik yakni berkembangannya sel-sel kreatif hingga ke kampung-kampung. Sebagai sosok yang sukses menggeluti industri kreatif, Kaesang mampu merumuskan skema pengembangan UMKM industri kreatif yang telah mengadopsi keunggulan desain dan inovasi.
Kemampuan tersebut pada gilirannya bisa menerapkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri. Kaesang tentunya sangat mumpuni terkait dengan berbagai jenis desain industri untuk warga kota.
Kota-kota di dunia sangat membutuhkan pemimpin muda zeitgeist. Yakni pemimpin yang mampu mengendalikan semangat zaman dengan inisiatif besar lewat berbagai inovasi.
Pemimpin belia itu mesti mampu menciptakan nilai tambah seluas-luasnya. Istilah Zeitgeist berasal dari bahasa Jerman yang secara harfiah berarti jiwa dari suatu waktu (time spirit). Tata ekonomi dunia sekarang ini diwarnai dengan digitalpreneur yakni kewirausahaan dengan memanfaatkan teknologi digital.
Keniscayaan, Kota Depok membutuhkan pemimpin belia yang punya terobosan dan visi yang luar biasa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H