Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Keluhan Blekok kepada Kang Emil, Tolong Kembalikan Habitat Kami

12 Juni 2023   08:33 Diperbarui: 12 Juni 2023   08:46 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi Embung Gedebage di sekitar Masjid Al Jabbar (dokumen pribadi Totok Siswantara)

Terlihat seekor Burung Blekok sedang merenung pilu di bawah salah satu menara masjid yang berdiri kokoh di tengah Embung Gedebage. Komunitas Burung Blekok yang dahulu hidup riang gembira kini cerai berai akibat pembangunan perumahan elit dan sejumlah infrastruktur bangunan seperti Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), bangunan kereta cepat, gedung pemerintahan, yang semua itu telah menimbun rawa, sawah dan ladang yang sebelumnya merupakan habitat Blekok yang sangat eksotik.

Berdirinya Masjid Al Jabar yang desainnya dibuat oleh Pak Gubernur Ridwan Kamil dilengkapi dengan danau buatan yang cukup luas, yakni Embung Gedebage. Sayangnya danau buatan itu masih terlihat kurang alami. Masih sebatas genangan air dan belum menjadi ekosistem yang serasi dan lestari. 

Burung Blekok mengeluh kepada Kang Emil lantaran disekitar Embung Gedebage masih gundul, tidak ada tanaman tinggi yang bisa menjadi sarang Blekok. Perlu reklamasi agar situasi Embung Gedebage menjadi ruang terbuka hijau yang dipenuhi oleh tanaman keras yang tepat untuk menjadi habitat Blekok dan binatang yang lain.

Masih hangat dalam ingatan dan penglihatan penulis, bahwa danau buatan Masjid Al Jabbar itu airnya berasal dari aliran beberapa sungai kecil dari arah Gunung Manglayang yang melintasi jalur rel kereta api. 

Sedihnya, sempadan sungai-sungai kecil itu kini banyak yang rusak, tanggul sungai banyak yang jebol. Mestinya tanggul sungai itu di reklamasi dengan metode yang lebih alami, yakni bioengineering. Sehingga di sekitar tanggul itu tumbuh tanaman besar sepanjang aliran. 

Begitupun dengan tanggul Embung Gedebage sebaiknya juga memakai konsep di atas, hal ini bisa memperkuat tanggul, menciptakan ekosistem yang lestari dan mengembalikan ekosistem burung-burung yang dahulu menjadi kekayaan keanekaragaman hayati di Bandung Raya.

Keberadaan tanggul untuk sungai, embung, kolam retensi dan danau alami jangan dianggap sepele. Karena tanggul itu bisa menimbulkan masalah besar jika musim hujan. 

Tanggul juga sangat berperan dalam mengatasi erosi sungai yang selama ini menggunakan metode konvensional perlu ditransformasikan menjadi metode yang ramah lingkungan yaitu dengan metode bioengineering.

Seperti metode Vegetated Rock Gabion, Live Fascine dan Brush Layering. Metode-metode ini mengkombinasikan antara perkuatan akar tanaman dengan konstruksi konvensional dalam hal ini adalah bronjong.Perlu diperhatikan jika mengeruk sedimen sungai, usahakan agar tidak menebang pohon di sekitar tanggul. 

Tak bisa dipungkiri lagi bahwa pembuatan tanggul selama ini banyak yang asal-asalan dan tidak sesuai dengan standar kualifikasi. Saatnya penetapan garis sempadan sungai secara tegas tanpa pandang bulu, termasuk penertiban dan pembongkaran total bangunan di sempadan dan bantaran sungai dimaksudkan agar perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian atas sumber daya air yang ada pada sungai dapat dilaksanakan dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun