Teknik hidrologi sebenarnya sudah dikembangkan oleh kerajaan yang pernah hidup di tanah air. Hal itu terlihat dengan adanya situs kanalisasi dan bendungan kuno peninggalan raja Airlangga.Â
Risiko terjadinya bencana alam akibat ketidakseimbangan ekosistem sudah terpikirkan oleh masyarakat Jawa kuno. Untuk menanggulangi hal itu, Raja Airlangga memerintahkan pembangunan bendungan Wringin Sapta. Selain kemampuan dalam rancang bangun bendungan, nenek moyang kita juga telah memiliki budaya dan etika lingkungan yang berbuah kearifan tradisional.
Wilayah Indonesia dibelah oleh ribuan sungai. Ironisnya, wawasan ilmu pengetahuan dan cara pandang bangsa ini terhadap sungai justru kurang visioner, kurang ilmiah, bahkan boleh dibilang tidak berbudaya. Meskipun bangsa Indonesia memiliki ribuan sungai, namun ilmu pengetahuan tentang sungai belum berkembang semestinya.
Seorang ahli geologi Amerika yang bernama William Davis Morris tahun 1880 membuat teori yang mengatakan bahwa sungai dan lembahnya analog organisme hidup.Sungai berubah dari waktu ke waktu, mengalami masa muda, dewasa, dan masa tua.Â
Menurut teori Davis, siklus kehidupan sungai dimulai ketika tanah baru muncul di atas permukaan laut. Hujan kemudian mengikisnya dan membuat parit, kemudian parit-parit itu bertemu sesamanya dan membentuk sungai.
Kemudian memperdalam salurannya dan mengiris ke dasarnya membentuk sisi yang curam, lembah bentuk V. Anak-anak sungai kemudian tumbuh dari sungai utamanya seperti cabang tumbuh dari pohon. Semakin tua sungai, lembahnya semakin dalam dan anak-anak sungainya semakin panjang.
Ilmu pengetahuan tentang sungai terus berkembang dengan teori Robert E. Horton yang mengklasifikasikan sungai berdasarkan tingkat kerumitan anak sungainya. Saluran sungai tanpa anaknya disebut sebagai first order.Â
Sungai yang mempunyai satu atau lebih anak sungai first order disebut saluran sungai second order. Sebuah sungai dikatakan third order jika sungai itu mempunyai sekurang-kurangnya satu anak sungai second order. Dan seterusnya. Sebagai contoh Sungai Amazon yang terbesar di dunia, diklasifikasikan sebagai sungai dengan "12th order".Â
Sejak ribuan tahun yang lalu ketergantungan manusia terhadap sungai sudah diwujudkan dalam bentuk teknologi bendungan dan irigasi hingga mencapai tingkat kemajuan yang menakjubkan.Â
Ironisnya, generasi sekarang kurang visioner dalam menangani sungai. Perilaku masyarakat dan kegiatan pembangunan nyata-nyata begitu mudahnya menyebabkan destruktif aliran sungai.Â
Padahal sudah banyak contoh teladan para pemimpin dunia yang sangat visioner dalam hal sungai. Sejarah telah menyajikan bagaimana kegigihan Presiden Amerika Serikat Theodore Roosevelt yang terlibat langsung dalam memimpin ekspedisi untuk memetakan potensi dan kekayaan sungai Amazon sekaligus menguak misteri yang menyelimutinya.