Masyarakat memiliki persepsi bahwa sekolah saat ini identik dengan Merdeka Belajar. Program Merdeka Belajar dengan berbagai kebijakan turunannya bisa kurang bermakna tanpa melancarkan proses kreatif dan membangkitkan imajinasi warga bangsa.
Proses kreatif dan daya imajinasi merupakan kunci kemajuan bangsa yang esensial. Bahkan Soekarno sebagai tokoh pendiri bangsa sangat gigih menjadi pendorong proses kreatif yang luar biasa pada zamannya. Hal itu juga tercermin dari pidato Presiden Soekarno pada tahun 1956 Â yang berbunyi "Berjiwa besarlah, ber-imagination ! Gali ! Bekerja ! Gali ! Bekerja ! Kita adalah satu tanah air yang paling cantik di dunia". Betapa pentingnya daya imajinasi menurut Bung Karno. Bahkan pada 1920 dirinya telah membentuk komunitas kreatif yang mampu mengapresiasi karya sinema dengan baik. Bung Karno ikut berperan dalam produksi film pertama bangsa Indonesia yang berjudul Loetoeng Kasaroeng yang dirilis pada 1926.
Mengalirkan imajinasi warga bangsa sesuai dengan buku The Imaginary Institution of Society karya Cornelius Castoriadis seorang filsuf dari Perancis. Dimana kekuatan imajinasi warga bangsa dan tumbuhnya budaya kreatif merupakan faktor penentu kemajuan bangsa dan memenangkan persaingan global. Secara umum pengertian imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang.
Daya imajinasi mesti ditumbuhkan sejak usia dini. Salah satu cara mengalirkan imajinasi anak yang tepat adalah dengan mengunjungi museum. Yang dibutuhkan Indonesia dalam kondisi saat ini adalah guru yang kreatif, panjang akal, inovatif, bekerja berdasarkan panggilan jiwa sehingga pikiran dan hatinya akan terus tergerak melihat lingkungan sosialnya. Kreativitas merupakan kunci daya saing bangsa menghadapi era Industri 4.0 dan kondisi dunia yang semakin dilanda oleh disrupsi di segala bidang kehidupan. Para guru mampu berperan mewujudkan gerakan Indonesia kreatif yang berbasis ruang kelas.
Semarak Merdeka Belajar perlu diimbangi dengan Merdeka Berbudaya. Yang menggambarkan kebebasan individu untuk mengekspresikan berbagai aspek kebudayaan, termasuk seni, musik, bahasa, adat istiadat, dan tradisi. Merdeka berbudaya penting dalam pembelajaran karena bisa mengalirkan daya imajinasi dan proses kreatif. Serta membantu siswa untuk mengeksplorasi dan mengembangkan minat mereka dalam berbagai bentuk ekspresi budaya, dan memahami serta menghargai keanekaragaman.
Kurikulum sekolah perlu banyak diisi dengan proses kreatif dalam bentuk kunjungan ke berbagai macam museum. Kunjungan ke museum bisa dengan cara virtual lewat internet atau berkunjung secara langsung. Warga dunia tanpa terkecuali menghadapi era disrupsi yang disertai dengan sengitnya persaingan global. Dengan demikian masalah kebudayaan menjadi hal yang strategis bagi perjalanan bangsa ke depan. Terutama usaha untuk menumbuhkan budaya inovasi sebagai kunci persaingan bangsa. Merdeka berkebudayaan jangan sekedar slogan, oleh sebab itu perlu wahana yang mampu mendongkrak Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) Nasional yang belum menggembirakan karena masih berada pada angka 53,74 persen. Skor IPK Nasional tersebut menunjukkan bahwa apresiasi, imajinasi, kesadaran serta pemahaman rata-rata masyarakat Indonesia yang terkait kebudayaan masih berada di tingkat menengah ke bawah.
Wahana kebudayaan mesti relevan dengan perkembangan teknologi terkini yang terkait dengan Revolusi Industri 4.0. Museum yang merupakan pilar merdeka berkebudayaan perlu ditransformasikan menjadi wahana yang melibatkan teknologi terkini. Kurangnya kesadaran dan pemahaman akan pembangunan kebudayaan merupakan salah satu penyebab rendahnya nilai pemanfaatan ekonomi dari berbagai cagar budaya, museum serta fasilitas dan infrastruktur kebudayaan yang telah ada.
Saatnya mengembangkan museum yang berbasis super platform atau aplikasi super yang menggunakan teknologi terkini seperti augmented reality (AR). Teknologi tersebut dapat menggabungkan objek maya/digital ke dalam sebuah lingkungan nyata, kemudian memproyeksikan objek-objek tersebut secara realtime.
Platformisasi pengelolaan museum tentu saja tidak mengurangi atau mengganggu fungsi dasar museum dalam konteks Museologi. Yang mencakup penelitian, konservasi atau pelestarian serta komunikasi yang merupakan aspek mediasi dengan masyarakat. Fungsi dasar tersebut menempatkan museum sebagai lembaga non-profit yang bertugas menyimpan, merawat, meneliti dan memamerkan koleksi.
Tetapi pada era digitalisasi sekarang ini yang ditandai dengan pertumbuhan industri kreatif yang luar biasa pesatnya, menempatkan museum sebagai wahana untuk mengalirkan imajinasi dan tempat yang nyaman untuk kontemplasi. Bangsa maju menempatkan museum sebagai navigasi peradaban. Karena perkembangan peradaban di masa lampau dan prediksi ke depan bisa di jejak.
Sebaiknya platform museum merupakan sistem informasi yang cerdas berbasis geospasial dan aspek augmented reality. Kebanyakan laman museum di Indonesia ditampilkan secara sederhana. Platformisasi museum bisa memanjakan pengunjung menikmati fasilitas ruang pamer yang atraktif dan bisa memvisualisasikan imajinasi mengenai objek tertentu.
Platformisasi museum berkelas dunia dimiliki oleh Smithsonian. Seolah kita bisa menjelajahi ruang waktu berbagai macam peradaban yang pernah ada di bumi, fenomena alam, perkembangan teknologi, antropologi, proses inovasi, semuanya ada dalam koleksi Smithsonian.
Kita juga bisa napak tilas proses kreatif atau inovatif yang terkait tentang inventing yang berkontribusi terhadap kemajuan dunia. Napak tilas tersebut sangat penting untuk merangsang daya pikir bagi kaum milenial mengenai bagaimana para penemu atau inovator kelas dunia berkarya. Smithsonian American Art Museum selama ini mampu menjadi navigator peradaban serta menjadi menggugah kreativitas warga Amerika Serikat. Koleksi karya seni di semua wahana yang membentang lebih dari tiga abad tersebut merupakan wahana yang sangat ideal untuk menstimulir kapasitas otak kanan warga dunia.
Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek telah menyelenggarakan Koordinasi dan Sosialisasi Pendaftaran Museum yang diikuti oleh perwakilan pemerintah daerah yang membidangi kebudayaan di tingkat provinsi di Indonesia. Hal itu sebagai implementasi terbitnya Peraturan Mendikbud Ristek Nomor 24 Tahun 2022 tentang Peraturan Pelaksanaan PP Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum. Tujuannya adalah mendorong pemerintah daerah untuk segera melakukan pendataan museum yang ada di wilayahnya. Hingga Maret 2023, data museum yang telah memiliki Nomor Pendaftaran Nasional sejumlah 288 museum, 239 Museum Terstandarisasi, dan koleksi museum 57.060 koleksi.
Keniscayaan pentingnya terobosan pengelolaan museum yang terkait dengan tiga faktor, yakni diversifikasi konten, pengalaman yang imersif, serta memanfaatkan desain ruang terbuka dengan prinsip sustainability. Diversifikasi konten sendiri dapat menjadi solusi yang menarik untuk menghidupkan museum dengan menjadi media bercerita serta melibatkan pengunjung museum. Sebagai contoh, museum dapat membuat miniatur benda yang dipamerkan melalui teknologi era 4.0 yakni 3D printing. Sehingga pengunjung akan lebih tertarik untuk kembali mengunjungi museum. Adapun pengalaman imersif itu menggunakan teknologi augmented reality dan virtual reality yang dapat memberikan pengalaman menarik kepada pengunjung agar dapat berinteraksi langsung dengan benda yang dipamerkan.
# Semarak Merdeka Belajar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H