Pernah mendengar namanya? Â Kalau belum, Â saya ingin sedikit bercerita. Oyek adalah sejenis beras yang dibuat dari singkong atau ubi kayu.Â
Bentuknya butiran kecil, Â tidak beraturan. Â Cenderung bersegi banyak, dengan buliran sekira ukuran kacang hijau. Â Berwarna coklat tua dan gradatif. Semakin muda warnanya, kualitas oyek membaik. Â
Kadar karbohidrat dan glukosanya cenderung kian mengecil. Â Sebaliknya, Â kualitas oyek cenderung turun jika warnanya menua dan buliran berukuran lebih besar dari kacang hijau. Â Baunya juga kurang sedap (apak/apek) baik dalam keadaan mentah. Â Apalagi bila sudah dimasak.
Pada umumnya, Â masyarakat di sekitar Kabupaten Kebumen, Â Cilacap dan Banyumas Jawa Tengah terutama di wilayah pegunungan membuat dan mengonsumsi oyek sebagai sumber pangan utama. Di Kabupaten Kebumen misalnya, Â ada tiga kecamatan yang sampai saat ini menjadi penghasil utama oyek. Â Yaitu Karanggayam, Â Karangsambung dan Alian. Termasuk Kecamatan Sadang yang merupakan pengembangan dari Karangsambung. Â Boleh jadi, Â dua kecamatan pengembangan yakni Poncowarno dan Padureso juga menjadi wilayah penghasil oyek. Â
Beberapa bulan terakhir sebelum pandemi Covid 19 melanda dunia, Â istri saya mendapat pesanan dari saudaranya di Jawa Timur untuk menyediakan oyek seperti yang pernah dibawakan sebagai oleh-oleh. Karena jenis yang sama tidak tersedia di pasar umum, ia mencari tahu lewat kenalan. Â Selang beberapa hari diperoleh informasi kalau jenis yang dipesan habis diborong untuk konsumen Jakarta dan sekitarnya. Â Tapi ada sisa persediaan di satu pembuatnya sekira 60kg. Akhirnya diputuskan untuk mengambil 50kg dan minta diantar sampai tujuan. Â
Sebagaimana telah digambarkan di atas, Â seperti halnya beras dari padi, Â oyek juga dibagi dalam beragam kualitas. Â Kualitas terbaik bisa mencapai harga beli Rp 20 ribu/kg. Warna terang dan tidak berbau apek. Â
Tahan disimpan di tempat kering bersuhu ruang sampai 3 tahun atau lebih. Â Sementara itu, Â yang terjelek sekitar 7-8 ribu/kg. Warna lebih gelap/ kecoklatan dan berbau apek. Dengan rentang harga yang cukup lebar, bisa dibayangkan selisih harga untuk yang berkualitas sedang di pasar lokal. Â
Mahalnya harga oyek dibanding beras putih lokal yang setahun terakhir bertahan di kisaran harga pasar Rp 8 - 9 ribu/kg karena proses pembuatan. Â Dari pemilihan bahan sampai menjadi oyek siap konsumsi rata-rata membutuhkan waktu 7-8 hari dengan kondisi cuaca cerah untuk mendapatkan kualitas terbaik. Â
Terutama saat proses pembuatan tepung menjadi buliran beras. Masyarakat di tiga atau lima kecamatan di Kabupaten Kebumen tersebut cukup paham dengan faktor situasional ini. Â
Khususnya di Kecamatan Karangsambung dan Sadang sebagai satu sentra produksi oyek terbaik. Â Apalagi untuk membuat oyek yang dapat memenuhi standar kualitas tertentu. Misalnya bagi program diet dan konsumsi harian para vegan.
Kandungan nutrisi oyek dan nilai manfaatnya cukup lengkap. Kandungan gizi yang tinggi dan cukup tinggi adalah energi, Â karbohidrat, serat dan zat besi. Â Dan manfaat oyek secara umum pada Sistem Peredaran Darah adalah meminimalkan kemungkinan anemia, Â menjaga gula darah tetap stabil, meningkatkan kadar Hb (haemoglobine), meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) Â serta menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL). Beberapa manfaat oyek dapat dilihat di sini.Â
Selebriti di panggung musik,  Andien Aisyah, menuturkan pengalaman mengonsumsi nasi oyek sebagai pengganti beras. Ia mengenal oyek melalui  sang Ibu yang berasal dari Kabupaten Kebumen. Keputusan mengganti salad dengan oyek dilakukan sejak kehamilan anak pertama sampai sekarang. Dan sangat tepat karena oyek juga bermanfaat bagi pertumbuhan janin dan kesehatan ibu hamil. Â
Dulu, oyek dianggap sebagai bahan makanan orang kampung dan melarat. Â Sekarang telah naik kelas jadi bahan makanan kalangan menengah atas. Â Bahkan para pesohor seperti Andien. Â Setelah tahu kandungan gizi dan nilai manfaatnya, terutama untuk mengatasi gangguan perut yang saya alami dalam dua bulan terakhir, sarapan pagi selalu nasi singkong alias oyek dengan varian menu lokal seperti sayur penggel dan tempe mendoan.
Semoga manfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H