Jika ditarik garis lurus ke masa terjadinya gerakan reformasi 1998 yang semangat dan urat nadinya adalah kekuatan masyarakat sipil. Â Dengan fokus pada praktik demokrasi berkeadaban sebagai tatanan hidup baru.Â
Penghapusan praktik KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dalam menyelenggarakan kehidupan kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Maka, partai politik yang diberi amanah untuk meneruskan gerakan reformasi yang menelan begitu banyak korban jiwa, harta benda dan "nasib" anak-anak bangsa. Semestinya menjaga semangat dan urat nadi itu dengan segenap kesadaran dan kehormatan diri. Tentu lewat perilaku yang patut diteladani.Â
Bangsa Indonesia memiliki catatan sejarah gemilang dalam melewati masa-masa sulit sebelum dan di sekitar Proklamasi Kemerdekaan. Para pemimpin, tokoh dan orang biasa berperan dalam mengupayakan terwujudnya tatanan hidup baru sebagai bangsa yang merdeka. Mereka adalah pejuang hidup sejati senantiasa menjaga asa di tengah situasi kehidupan yang penuh kepedihan dan kesulitan.Â
Sekadar mengingatkan diri, banyak hal yang dicita-citakan dalam semangat dan tatanan kehidupan baru Indonesia Merdeka. Yaitu bersatu, berdaulat, adil dan makmur.Â
Semangat yang kian menipis karena kian menguatnya keangkuhan dan ketidakdisiplinan diri dalam memaknai kemerdekaan. Mungkin juga karena menganggap cita-cita kemerdekaan hanya utopia. Karena lebih menyenangkan jadi manusia terjajah yang nampak memesona dengan segala daya pikatnya.Â
Wallahu a'lam bissawwab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H