Kisah sukses Femini, atlet paralympic Kabupaten Kebumen nomor atletik yang malang melintang di ajang internasional dan kini menikmati hasil jerih payahnya dengan beragam  cerita indah acapkali menjadi intro dalam berbagai kesempatan pertemuan keolahragaan.Â
Tak kurang dari kesan Marinus Yosa, pelatih tinju bertangan dingin yang telah melahirkan banyak atlet berprestasi Kabupaten Kebumen untuk tingkat provinsi maupun nasional menegaskan hal itu.Â
Sebagai atlet paralympic Pelatda Jawa Tengah, sering saya panggil Yus, dia memang merasa "iri" dengan Femini yang diceritakannya telah memiliki rumah bak rumah dinas bupati, mobil dan motor keluaran terbaru serta simpanan ratusan juta rupiah dalam nada sejuta tanya.
Masih dalam alur yang sama, kisah sukses para atlet paralympic hendaknya menjadi pelecut bagi yang normal. Begitu kata Mas Priyambodo, Pengurus KONI yang Pengurus cabang olahraga bola volley dan pernah berlatih sepakbola bersama ketika dilatih oleh Bupati Kebumen, Bapak Supeno Suyodiprojo, tahun 1977.Â
Satu-satunya Bupati yang sangat dekat dengan masyarakat karena kesederhanaan sikap dan kehalusan budi bahasanya. Meskipun beliau dari kalangan militer (polisi, saat itu). Tidak hanya melatih, beliau juga memberikan sepatu dan kelengkapan latihan sepakbola. Â
Ada juga lapangan tenis dan shooting wall-nya yang sekarang tinggal kenangan. Di samping dua monumen kebanggaan masyarakat yakni Tugu Lawet dan Goa Jatijajar.Â
Kembali kepada kegilaan Yus dan saya pernah membuat "geger" kontingen Kabupaten Kebumen pada POR Provinsi Jawa Tengah 2009 di Kota Solo yang membuat pelatih tinju ini dipanggil oleh mantan Setda, Adi Pandoyo dan dipermalukan di depan anak buahnya. Â
Saat itu, saya adalah atlet cabang olahraga bridge yang lolos kualifikasi sebagai juara satu se ex  Karesidenan Kedu mengalahkan tim kuat Kabupaten Temanggung yang didukung penuh oleh pemerintahnya dengan kekuatan sepuluh kali lipat dari pada kami bermodalkan dedikasi atas nama olahraga dan hobi.Â
Pemateri Perencanaan Program Latihan yang senantiasa berkesan eksentrik ini adalah mantan atlet klub  bola volley kenamaan, Yuso Jogja, dan chief de mision kontingen POMNAS Provinsi D.I. Yogyakarta 2019 ini sebagaimana telah disinggung pada tulisan pertama adalah penyemangat KONI dan para atlet cabang-cabang olahraga berprestasi Kabupaten Kebumen.Â
Bersama tim beliau, perkembangan dunia keolahragaan di daerah yang senantiasa dinyatakan miskin secara statistik dan dua kali diguncang OTT KPK ini terus dipantau dan berusaha diurai masalah mendasarnya : mentalitas.Â
Artinya, daerah yang kaya sumber daya alam sangat potensial tidak diimbangi dengan dukungan serius dari pengambil kebijakan pembangunan daerah.Â
Dengan modal kapasitas sumber daya manusia keolahragaan yang berkualitas baik cukup tersedia, momentum kepelatihan ini akan menjadi pemicu dan pemacu prestasi olahraga di masa depan. Terutama menghadapi POR Dulongmas (2020), Prakualifikasi PORProv (2021) dan PORProv (2022).Â
Banyak hal memprihatinkan karena minimnya dukungan pengambil kebijakan daerah yang dibincangkan dengan penulis. Harapan yang acapkali harus berhadapan dengan realita ironis.Â
Banyak prestasi yang telah digenggam dan akan semakin banyak potensi prestasi yang sangat mungkin diraih oleh para atlet cabang atletik binaannya yang mengharumkan nama daerah. Sang pelatih yang sangat layak mendapat predikat terbaik dalam kegiatan Workshop kali ini.Â
Tapi cukup ukur saja dengan prestasi olahraga dan kegiatan apresiasi budaya berkualitas yang didukung oleh pemerintah kabupaten. Meskipun hal ini debatable , dari sini akan nampak jelas bahwa faktor birokratik (DPRD dan Pemkab) yang sering gagal paham dalam memaknai dunia olahraga prestasi yang identik dengan hasil /capaian kontingen Kabupaten Kebumen di ajang PORProv.Â
Karena itu, bagaimanapun hebatnya talenta serta kapasitas  seorang Marinus Yosa memandu bakat dan melatih para generasi muda lewat tinju, susur gua dan paralympic untuk menjadi atlet berprestasi yang mengharumkan nama daerah akan menjadi hal yang sangat tidak masuk akal dan kontra produktif tanpa dukungan memadai dari Pemerintah, DPRD dan masyarakat keolahragaan Kabupaten Kebumen.Â
Begitu juga dengan Coach Edy Suparman (Edy Vijay) di bidang atletik yang mampu mengantarkan Fathma Hilmiya dan kawan-kawan menjadi kebanggaan daerah jika tack latihan saja tidak memadai untuk mendukung usaha mencapai peak performance .Â
Kecintaan yang berkembang menjadi kegilaan menekuni cabang-cabang olahraga prestasi yang dilakukan oleh para pelatih dan atletnya tidak akan berujung dengan prestasi maksimal yang mengharumkan nama daerah tanpa dukungan positif dan optimal para pemangku kepentingan. Khususnya pengambil kebijakan pembangunan daerah.Â
Pengalaman bertahun-tahun dan banyaknya atlet potensial hengkang ke luar daerah hendaknya jadi pelajaran berharga. Bukan hanya sekadar nyanyian sendu untuk menutup keprihatinan dan ketidakberdayaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H