CN: Halahhh... kan sudah jelas juga omonganku. Apa sampean mau nyari alasan pembenaran soal sohibmu. Siapa namanya..?", jelas ngeledek pikirku. Tapi saya gak mau segera mengiyakan.
TK: Barangkali CN tau soal itu. Kenapa tidak?
CN: Begini duduk persoalannya. Masyarakat kita kan terlanjur percaya kalau mBah Maridjan itu sakti karena, konon..., bisa mengalihkan arah awan panas (wedhus gembel) Â yang sangat mematikan itu. Â Itu kan pesan simbolik (sanepan) buat yang pokok.... yaitu:
...aku (mBah Maridjan) cuma orang bodoh. Siapa tahu yang pinter (pemerintah saat itu: wapres JK, Gubernur DIY, BMKG dan sebagainya) lebih benar (dapat dipercaya).
Jawaban pastinya sampean lebih tahu dari pada saya. Lha soal kedua, jawabannya sama seperti pernyataan mBah Maridjan. Apa saya disuruh ngomong kalau sohib sampean itu korban perselingkuhan sama Nyi Roro Kidul? Lha ...(nanti) ketahuan siapa yang lebih gendeng. Ya kan...??
TK (sambil tersenyum): Ya... bukan begitu maksudku Cak. Sampean kan pernah ngomong juga soal gempa Jogja yang pusatnya ada di sekitar makam raja-raja Mataram, Imogiri, Bantul. Gara-gara iming-iming 30 juta yang dijanjikan wapres JK saat itu , orang-orang Bantul yang mulai bangkit dari duka dan lara berubah jadi memelas. Di situ saya jadi lebih akrab sama Den Tutur.
CN: Ya sudah... terus apa hubungannya sama pertanyaan pertama?Â
TK: Semua orang tau kalau sampean itu satu diantara 9 tokoh yang bisa melunakkan hati Pak Harto supaya mundur dari tahtanya yang sudah digenggam puluhan tahun. Kenapa sama Kyai Ma'ruf gak bisa ngomong gitu. Kan lebih elegan kalau beliau tetap di jalurnya sebagai ulama.Â
CN: Ohooo....sampean mau njebak aku. " Gak  sudi... aku mbok pepetke ngono (aku koq disudutkan dengan cara seperti itu)", sambil terbahak.Â
Seperti biasa, cara tokoh utama kita dalam menghindar itu ribuan atau jutaan jalan. Di antara beragam sanepan yang dilontarkan kepada publik dan jamaahnya, selalu ada ajakan untuk tidak tergesa-gesa menilai sesuatu yang tidak pasti. Semacam pernyataan"bodoh"-nya mBah Maridjan atau "tidur"-nya mBah Surip.Â
Ketergesaan menilai sesuatu akan membuat kita hilang akal dan nurani kemanusiaan. Hiruk pikuknya dunia politik Indonesia saat ini tidak berdampak apapun bagi siapapun yang bersikap rendah hati. Pernyataan bodoh dari sesuatu yang samar boleh jadi adalah kebenaran hakiki yang muncul dari keikhlasan.Â