Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Karya Bakti untuk Negeri: Kopdar ala Kampoeng Relawan - Bagian I

4 Juli 2014   23:08 Diperbarui: 20 Oktober 2018   03:24 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto, gerbang perkampungan warga TKN 2013 Relawan PMI di Selorejo Ngantang Kab Malang. Dokpri

Jelang masa libur di musim mudik Lebaran, banyak perkumpulan warga masyarakat menyelenggarakan silaturahmi dengan beragam acara dan daya tariknya. Perkumpulan atau komunitas itu kini dimudahkan dengan kehadiran media sosial berbasis internet dan teknologi gadget yang kian lama cenderung membuat kita tak ingin beranjak ke atau dari arah manapun. Proses komunikasi antar personal hampir tanpa halangan kecuali sinyal sedang terkendala. Tapi, hubungan antar manusia terutama dari satu latar sama entah itu asal usul daerah, suku, kegemaran atau kesamaan lain dalam wadah komunitas tak bisa dilepaskan dari sisi dasar manusiawi yang cenderung berkelompok, berkumpul dan berinteraksi dalam jalin kesepahaman yang sama tak bisa diwakili selamanya oleh produk teknologi tadi. 

Media sosial (social media) yang sering disingkat socmed berperan besar dalam proses interaktif ini. Media Sosial semakin menunjukkan eksistensinya dalam ranah budaya masyarakat. Tidak hanya lokal, tapi global. Melalui media berbasis internet ini, kian banyak jenis layanan yang mudah diakses dari manapun dan membawa dampak cukup signifikan dalam mengubah perilaku manusia saat ini. Banyak tata nilai kehidupan yang bergeser dari titik awal (baca : pakem) budaya yang hidup dan berkembang di berbagai lapis dan sisi sosial. 

Meski begitu, ada kecenderungan umum yang juga menunjukkan peningkatan relatif kuat yang oleh pakar manajemen, Gregor Mc Clelland disebut dengan istilah kebutuhan berafiliasi (need of affiliation). Dalam pandangannya, orang yang punya kecenderungan kuat berafiliasi, berkumpul dengan sesama asal daerah, suku dan sebagainya bukan termasuk kategori manusia yang punya keinginan kuat untuk menggapai sukses atau prestasi. Mereka juga jauh dari kapasitas menjadi pemimpin. Teori perilaku yang pernah diadopsi dalam berbagai pelatihan kewirausahaan di awal tahun 1990-an ini, sekarang cenderung banyak ditinggalkan karena munculnya berbagai produk teknologi dan layanan informasi berbasis internet. 

Tak kurang dari motivator dan pegiat kewirausahaan sosial terkenal, Dr. Rhenald Kasali, menyatakan bahwa media sosial adalah representasi budaya di era informasi dan komunikasi berbasis internet (sebagian orang menyebutnya dengan istilah jaman gadget) ini. Disadari atau tidak, dampak teknologi terhadap kebudayaan memang  luar biasa. 

Secara intrinsik, teknologi membawa tata nilai sendiri yang sangat mungkin berbeda. Bahkan bertolak belakang dengan tata nilai budaya lokal misalnya. Teknologi gadget telah mengubah pola komunikasi verbal dengan digital yang bisa memuat banyak hal dalam satu kesempatan. Dampaknya, orientasi perilaku cenderung mengarah pada hal-hal praktis - efektif dan individual meski belum tentu akan menjadi lebih efisien serta mengurangi atau menghilangkan kecenderungan berafiliasi. 

Kopdar atau kopi darat, adalah satu istilah yang dipakai untuk mengungkapkan keinginan bertemu di darat dalam dunia komunikasi udara para breaker. Kopdar bisa dilakukan secara individual maupun berkelompok, besar atau kecil. Momentumnya dapat dihadirkan dalam berbagai konteks. Misalnya acara ulang tahun atau menyambut peristiwa khusus lainnya seperti memperingati hari besar nasional atau keagamaan tertentu. Tradisi komunitas breaker ini sekarang banyak diadopsi oleh komunitas media sosial. Terutama facebooker dan blogger. Dua bentuk socmed yang berbeda platform tapi saling berkait. 

Satu komunitas sosial media dari kalangan para sukarelawan PMI (Palang Merah Indonesia) adalah Kampoeng Relawan. Komunitas ini mungkin berbeda dalam banyak hal dari pada berbagai komunitas di lingkungan dalam maupun luar organisasi PMI. Meski baru ada sekitar setahun terakhir, sumbangsihnya bagi PMI semakin hari kian bertambah baik secara kuantitatif maupun kualitatif. 

Dimulai dari rembug sukarelawan di markas PMI Kabupaten Bantul Mei 2013, selanjutnya mendorong munculnya pernyataan sikap Ketua DPR RI, Marzuki Alie tentang posisi Rancangan Undang-Undang (RUU) Kepalangmerahan sebagai pengganti RUU Lambang yang di – “tamat”- kan dengan jalan buntu (deadlock). Puncak kegelisahan para sukarelawan yang peduli dengan keadaan organisasi PMI yakni Aksi Damai 3 Desember yang dilanjutkan dengan audiensi kepada para anggota Panitia Khusus (Pansus) RUU Kepalangmerahan yang dilakukan sejak 5 – 18 Desember 2013 secara mandiri. 

PMI selaku organisasi tidak mendanai aksi yang merupakan pengejawantahan Prinsip Dasar ke 4 dari Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah untuk menguatkan prinsip dasar kesukarelaan yang telah dipegang teguh selama ini. Berlandaskan keduanya, para sukarelawan PMI ini tidak canggung menerapkan prinsip dasar kenetralan yang tidak mengijinkan organisasi PMI khususnya, terlibat dalam pertentangan politik, ras,agama dan ideologi.

Berpijak pada ketiga nilai dasar tadi, Komunitas Sosial Media Sukarelawan PMI ”Kampoeng Relawan” akan mengadakan silaturahmi dam rembug relawan di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah seminggu menjelang puncak perayaan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus. Ini dikandung maksud untuk mengingatkan bahwa keberadaam organisasi PMI tak bisa dilepaskan dari perjuangan Bangsa Indonesia merebut kemerdekaannya. 

Bahkan, di lingkungan Tentara Pelajar yang merepresentasikan kesadaran pribadi kaum intelektual, terutama para pelajar sekolah menengah (SMP dan SMA sederajat), ada bagian khusus yang diurus oleh staf putri untuk bagian kepalangmerahan dan dapur umum. Para personil bidang kepalangmerahan yang kadangkala di sebut Petugas PMI ditempatkan di berbagai laskar perjuangan dan rumah sakit darurat sebagai tenaga kesehatan dan perawat. 

Kabupaten Kebumen dipilih sebagai lokasi alternatif kegiatan Karya Bakti untuk Negeri 2014 karena di daerah ini pernah terjadi konsentrasi pasukan Tentara Pelajar dari berbagai kesatuan dalam jumlah tergolong yang terbesar di wilayah pertempuran yang disebut Front Barat atau fron Jawa Tengah bagian Selatan dengan puncaknya pertenpuran 2 hari di sekitar Desa Sidobunder Kecamatan Puring.  Semula, berdasar kesepakatan peserta Rembug Relawan I di Kabupaten Bantul 24 – 26 Mei 2013, Pulau Bali adalah tuan rumah Rembug Relawan II – 2014. Karena ada sedikitnya dua kegiatan besar di tahun yang sama, lokasi alternatif ini kemudian jadi yang utama.

Pada kegiatan yang direncanakan akan berlangsung selama seminggu dengan lokasi utama di Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Gombong, 11 – 17 Agustus 2014, para sukarelawan PMI akan menyelenggarakan beberapa kegiatan sekaligus. Yang pertama dan utama adalah diseminasi atau penyebarluasan gagasan gerakan kepalangmerahan kepada khalayak ramai. Pentingnya kegiatan ini karena banyak warga masyarakat, bahkan anggota DPR RI, yang menganggap kegiatan PMI sebatas donor darah, pertolongan pertama dan penanggulangan bencana.

Tidak dipungkiri bahwa 3 kegiatan ini memang yang paling banyak dilakukan oleh PMI Kabupaten/Kota selaku sektor terdekat dengan masyarakat. Tapi masih banyak cabang kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh semua anggota Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (Gerakan) yang intinya berbasis kesukarelaan dan komunitas ( volunteersm and community base). Satu diantaranya yang tengah diujicobakan secara sistematis adalah kewirausahaan sosial (social preneurship). Hal ini sejalan dengan misi pertama Komunitas Sosial Media ”Kampoeng Relawan”.

Selain itu, STIKes Muhammadiyah Gombong adalah unit pertama Korps Sukarela Perguruan Tinggi di Kabupaten Kebumen yang didirikan melalui invitasi pertolongan pertama untuk Palang Merah Remaja tingkat Wira (SMA sederajat) yang kelak diadopsi menjadi Henry Dunant Cup. Para inisiator kegiatan diantaranya Mufti Kamal yang sekarang jadi Kepala Markas PMI Kabupaten Bantul, almarhum Agus Hartanto, Kuswanto dan beberapa yang lain masih aktif di luar markas Kabupaten Kebumen sebagai pendamping PMR di pangkalan serta hanya sebagai orang biasa seperti saya.

Jadi lengkaplah alasan untuk memboyong kopdar Kampoeng Relawan 2014 dari Pulau Bali ke kabupaten ke 3 termiskin di Provinsi Jawa Tengah ini. Apalagi dengan kehadiran mereka adalah bersilaturahmi ke tempat kadusnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun