Kalau kita mempelajari sejarah para Nabi dan Rasul utusan Allah mereka adalah manusia luar biasa yang dipilih Allah.
Mereka amat luar biasa dalam menjalankan perintah Allah dari sisi sosial maupun spiritualnya. Atau kita tengok saja kehidupan para Sahabat Nabi Saw dalam beribadah di bulan ramadan.
Ada Sahabat yang mampu mengkhatamkan Al-Quran berkali-kali selama bulan ramadan sodakohnya luar biasa, salat dan dzikirnya menakjubkan. Pendek kata ibadah vertikal dan horisontalnya luar biasa.
Untuk beribadah seperti mereka semua, kita tidak bisa. Bagaimanapun syahwat, nafsu dan gemerlapnya dunia masih menggelantungi hati, menari di fikiran sehingga menjadi sebab lemahnya kekuatan ibadah.Â
Berangkat dari semua itu, bagi kita yang hidup dijaman akhir seperti ini ada satu ibadah yang ringan, gampang, mudah dan tidak cape mengamalkannya. Yakni memasang niat ibadah pada semua aktifitas yang kita kerjakan.Â
Semuanya, ya semuanya. Tapi ini untuk hal yang bersifat positif, maslahat. Hal maksiyat, madharat tidak bisa pasang niat ibadah. Semisal mencuri, menggarong, merampok, korupsi tidak bisa diniatkan sebagai ibadah.
Pasalnya Halalun bayyinun wa kharamun bayyinun, yang baik, halal, maslahat itu sudah jelas dan pasti sedangkan yang tidak baik, haram, madharat, merugikan itu pun sudah pasti.Â
Mengapa niat? Ya karena Innamal 'amalu binniyat, segala sesuatu itu bergantung pada niatnya. Berolehnya pun bergantung juga pada niatnya.
Aktifitas kerja apapun seperti dikantor, ASN, tentara, polisi, politisi, advokat, seniman, menulis dan sebagainya bisa menjadi amal ibadah dengan pasang niat yang baik karena Allah.
Bagitupun bertani, mencangkul sawah, memelihara kambing, sapi dan sebaginya bisa menjadi amal ibadah.
Kesimpulan