Pendahuluan
Laut China Selatan memegang peranan krusial sebagai salah satu jalur maritim paling strategis dan vital di dunia, dengan lebih dari sepertiga perdagangan global, yang bernilai triliunan dolar, melintasi perairan ini setiap tahunnya. Kawasan ini merupakan jalur utama untuk transportasi minyak, di mana sekitar 80% minyak yang dikonsumsi oleh negara-negara Asia Timur, termasuk China dan Jepang, melalui perairan ini (Mamchii, 2023). Selain itu, Laut China Selatan juga merupakan rute kritis untuk perdagangan barang-barang manufaktur dan komoditas lainnya, menjadikannya sebuah titik penting bagi ekonomi global dan stabilitas regional.
Di samping perannya dalam perdagangan, Laut China Selatan juga kaya akan sumber daya alam. Berdasarkan laporan U.S. Energy Information Administration (2024) bahwa diperkirakan Laut China Selatan menyimpan cadangan minyak yang cukup besar, dengan estimasi sekitar 11 miliar barel minyak dan 190 triliun kaki kubik gas alam. Kekayaan hayati laut di kawasan ini juga luar biasa, dengan beberapa spesies ikan dan habitat terumbu karang yang mendukung keanekaragaman hayati dan perikanan yang berkelanjutan. Namun, potensi ini juga membawa kerumitan geopolitik, di mana terdapat beberapa negara yang bertumpang tindih klaim wilayah atas sebagian atau seluruh Laut China Selatan, seperti China, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan. Klaim-klaim tersebut seringkali menyebabkan ketegangan dan konflik di kawasan, yang jika tidak dikelola dengan baik, dapat mengancam stabilitas regional dan mengganggu arus perdagangan maritim global.
Tabel 1. Cadangan Laut China Selatan menurut negara, tahun 2023
Negara
Cadangan terbukti dan terkira minyak (juta barel)
Cadangan terbukti dan terkira  gas alam (triliun kaki kubik)
Indonesia
44
1.1