Mohon tunggu...
toriq
toriq Mohon Tunggu... Wiraswasta - wirausahawan

Otomotif, Perfeksionis, Social

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyulam Cahaya dari Bayangan Kehidupan Amrizal Salayan

8 Desember 2024   20:35 Diperbarui: 8 Desember 2024   21:18 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Wawancara (Sumber: Ghassan Agam)

Namun, tantangan perjalanan di IKIP tidaklah mudah. Ekonomi tetap menjadi penghalang besar, hidupnya sering berpindah-pindah tempat tinggal dan ia bergantung pada bantuan teman dan dosen. Salah satu trofi kemenangan lomba bahkan harus ia titipkan di ruang dosen karena tidak memiliki tempat tinggal yang tetap. Setelah beberapa waktu, Amrizal memutuskan untuk meninggalkan IKIP Padang. Meski ia mendapat tawaran untuk melanjutkan studi tanpa biaya, ia merasa tidak sanggup melanjutkan karena tekanan hidup yang begitu besar. Langkah ini membawanya merantau ke Jakarta, kemudian ke Bandung, kota yang kelak menjadi titik balik dalam karier seninya. Di Bandung, Amrizal kembali menghadapi realitas hidup yang keras. Ia

bekerja di warung nasi milik saudaranya untuk bertahan hidup. Namun, di sela-sela kesibukannya, ia tak pernah berhenti bermimpi. Di tengah perjuangan ekonomi yang sulit, di tahun 1980 dengan penuh keberanian, secara diam-diam ia mendaftar ke Institut Teknologi Bandung (ITB). Tanpa sepengetahuan kakak-kakaknya, ia mengikuti seleksi masuk ke Fakultas Seni Rupa ITB. Hasilnya tidak ada yang menyangka bahwa ia akan diterima di salah satu institusi seni terbaik di Indonesia.

Namun, keterbatasan biaya sekali lagi menjadi tembok besar yang hampir menghalangi langkahnya untuk melanjutkan studi. Tekanan itu nyata, seperti bayangan gelap yang terus menghantui, hampir memadamkan harapan yang ia genggam erat. Namun, di tengah keterbatasan itu, ia tidak pernah menyerah. Dengan tekad yang kukuh, doa yang tulus, dan keyakinan akan jalan yang telah ditetapkan, datanglah pertolongan tak terduga, tepat pada saat yang paling ia butuhkan. Bantuan itu bagai angin segar di tengah gurun kering, memberikan ruang napas untuknya melanjutkan perjuangan.

Dosen-dosen di ITB yang mengenal potensi luar biasa dalam dirinya tidak hanya memberinya kesempatan, tetapi juga memberinya sayap. Mereka menunjukkan kepercayaan melalui berbagai bentuk bantuan, termasuk pembebasan biaya kuliah yang sebelumnya terasa mustahil untuk ditanggungnya sendiri. Mereka tidak sekadar melihat seorang mahasiswa; mereka melihat seorang individu yang, meski didera keterbatasan, memiliki semangat besar untuk belajar dan berkarya. Keberhasilannya untuk mendaftar ulang, melanjutkan pendidikan, dan bertahan di tengah badai adalah bukti nyata bahwa perjuangan dan keyakinan tidak pernah sia-sia. Dalam setiap langkahnya, ia mengajarkan bahwa mimpi yang besar membutuhkan keberanian untuk terus maju, bahkan ketika jalan di depan penuh kerikil tajam. Apa yang tampak sebagai kemustahilan perlahan berubah menjadi batu pijakan menuju keberhasilan, membuktikan bahwa semesta memang bekerja dengan cara yang misterius bagi mereka yang tidak pernah menyerah.

Perjuangan ekonomi tetap menjadi bagian dari hidupnya. Namun, dosen-dosennya kembali memberikan dukungan dengan membiayai sebagian besar kebutuhannya. Sebagai bentuk balas budi, Amrizal membantu pekerjaan dosen-dosennya di luar jam kuliah. Figur para dosen dan guru yang mendukungnya menjadi inspirasi utama bagi Amrizal dalam mengembangkan diri, baik sebagai seniman maupun pendidik. Dukungan moral dan materi dari dosen-dosen ITB menjadi

salah satu faktor yang membentuk keyakinan Amrizal bahwa seni dan pendidikan adalah panggilan hidupnya.

Perjalanan Amrizal di ITB juga menjadi momen penting dalam pengembangan gaya dan filosofinya sebagai seniman. Ia mulai memahami bahwa seni bukan hanya tentang meniru alam, tetapi juga mengambil inspirasi dari esensi alam untuk menciptakan sesuatu yang baru. Dalam proses berkaryanya, ia belajar untuk berpikir abstrak, mencari makna di balik bentuk, dan melihat dunia dari sudut pandang yang lebih dalam. Baginya, seni adalah interpretasi abstrak dari alam, di mana seniman harus mampu mengambil esensi alam dan mengkomunikasikannya melalui bentuk dan medium tertentu. Ia belajar bahwa seni bukan hanya tentang keindahan visual, tetapi juga tentang bagaimana seni dapat mencerminkan nilai-nilai, ideologi, dan pengalaman manusia.

Salah satu inspirasi terbesarnya adalah pohon, tetapi bukan pohon dalam bentuk literalnya. Ia tidak menciptakan replika pohon, melainkan menangkap esensi pertumbuhan yang tersirat di dalamnya---sebuah perjalanan dari akar kecil yang tersembunyi dalam gelap, hingga batang besar yang kokoh menjulang ke arah cahaya.

Dalam beberapa karya yang ia ciptakan dari logam, Amrizal menghadirkan paradoks yang memukau. Meskipun materialnya berat dan keras, bentuk patungnya memberikan ilusi ringan dan mengalir, seolah-olah melawan sifat dasarnya. Teknik ini mencerminkan kemampuannya untuk melampaui batas material fisik dan menjadikan seni sebagai ekspresi gagasan yang lebih besar. Konsep ini tidak hanya berbicara tentang pertumbuhan fisik, tetapi juga pertumbuhan spiritual dan intelektual manusia---sebuah proses yang dimulai dari kecil, berkembang, dan akhirnya mencapai puncak.

Karya-karya tersebut bukan hanya objek estetis, melainkan sebuah dialog yang mengundang penikmatnya untuk merenungi perjalanan hidup. Ia mengajarkan bagaimana setiap tahap pertumbuhan manusia adalah refleksi dari hubungan dengan alam, diri, dan Sang Pencipta. Dengan memahami tanda-tanda yang terkandung dalam setiap elemen karya, Amrizal membawa pesan mendalam: bahwa seni bukan sekadar meniru alam, melainkan menemukan inspirasi darinya untuk menggambarkan hal-hal yang tak terlihat.

Setelah menyelesaikan pendidikan yang penuh tantangan dan pengorbanan, Amrizal Salayan tidak sekadar melangkah menjadi seorang seniman, tetapi menjelma menjadi pelukis jiwa manusia dan penafsir rahasia alam. Ia memahami seni bukan sebagai sesuatu yang terhenti pada keindahan fisik, melainkan sebagai medium untuk menyuarakan kemanusiaan, spiritualitas, dan hubungan hakiki manusia dengan semesta. Dalam setiap goresan, ukiran, dan bentuk yang ia ciptakan, terkandung pesan mendalam yang mengundang setiap penikmatnya untuk merenung, bertanya, dan menemukan kembali makna kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun