Mentari tertutup awanÂ
Sedangkan angin berhembus percaya diri
Semilirnya memainkan riak kecil di tepi danau
Pipit terbang rendah di pesawahan
Mengawali mencari rezeki
Orang orangan sawah melambai
Seakan ingin menghalau sang pipit
Sedangkan kotekan ayam selang seling
Bersama paruh dan ceker mematuk tanah
Sisa kembang api berbalut embun
Ledakannya semalam di nanti nanti
Percik api membelah langit malam
Suara bertalu talu
Menyambut pergantian waktu
Antara tahun baru dan lama
Bertemunya Desember menuju Januari
Pijakan pertama disambut suka cita
Menunggu 365 yang akan datang
Akankah sahaja atau istimewa
Menunggu tentang takdir baik
Melingkupi kehidupan
Atau didera bimbang
Tentang keadilan nan tak kunjung datang
Mereka menyapa dengan gagah berani
Kepada si culas yang merampok uang negara
Tersenyum setelah terima vonis
Bahkan keadilan sengaja di tutup mata
Pijakan pertama yang terasa lunglai
Bagi kaum papa
Yang merasakan kepedihan
Ah sudahlah kuakhiri saja puisi ini
Biar hati terasa letih sungguh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H