Dua pria saling berhadapan
Mereka saling bertatapan
Panggung megah di isi si pemuka terkenal
Konon katanya mempunyai cara untuk berdakwah
Melintas si penjual teh
Diatas kepala tertata sajian minuman teh
Entah akhirnya terolok olok
Dengan kata kata gob**k
Tertawa berderai mendengar candaan unfaedah
Melihat aku wajah masam dan sedih penjual teh
Disamping si pemuka yang sedang mengolok
Pria berpeci hitam tertawa terpingkal
Entah segembira itukah kehidupannya
Menertawakan kelucuan yang nggak lucu
Tertawa dengan nasib nahas pedagang kecil
Inikah dunia yang berbeda menurut tuan?
Karena kalian berpakaian rapi dan dianggap alim
Si penjual teh hanyalah mencari nafkah
Bukan berdasi sambil korupsi
Bukan juga meminta minta
Serentak netizen menjadi murka
Kemudian si pemuka meminta maaf
Pola yang sama kejadian dahulu
Minta maaf kemudian
Tahu kau Gus bahwa sekeping rupiah
Sangat berharga untuk menyambunh rupiah
Ikhtiar telah dilakukan kau tertawakan juga
Dibalik kata kata yang kau dengungkan
Ada hati yang terluka
Tak bisa ditawarkan dengan sebatang tawa
Kusudahi puisi pagi ini
Sambil berdoaÂ
Agar kemiskinan minggat jauh pergi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H