Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seni Menyembunyikan Kefakiran

24 November 2024   06:50 Diperbarui: 24 November 2024   06:54 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kajian Shubuh masjid Nurul Huda(sumber poro :dokpri)

Kajian pekanan Masjid Nurul Huda Blok   Perum Sukaraya Indah, masih membahas bab demi bab dari kitab Tanqihul Qoul karya ulama karismatik Syekh Nawawi Al Bantani.

"Bab ini sepertinya orang enggan membicarakan, apalagi orang kebanyakan tidak menginginkannya, pembahasan tentang kefakiran, karena pada dasarnya orang menginginkan kehidupan ya berkecukupan," ungkap Ustad Nurjali S.Pd.I saat membuka kajian Shubuh.

 Menyimak kajian di masjid Nurul Huda, saat Ustadz yang berasal dari Sukatani,Kabupaten Bekasi, bertausiah tentang begitu banyak orang berburu untuk hidup berkecukupan, apa pun di tempuh agar  menikmati kemapanan dan kenyamanan, bahkan saking inginnya hidup berkecukupan, apapun cara ditempuh untuk meraihnya.

Nabi Muhammad sebagai panutan ummat, role mode bagi kita semua dan kita wajib meneladani kehidupan beliau, sebagai pedoman mengarungi kehidupan. Beliau  memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala supaya hidupnya dalam keadaan "miskin".

" Ya Allah hidupkan saya dalam miskin, kumpulkan saya dengan orang-orang miskin pada hari kiamat."

Jika menilik tentang doa Rasulullah, banyak dari kita sepertinya   enggak ada yang berani,malah sebaliknya pengennya  kita kaya raya dan hidup berkecukupan. Sekuat mungkin terhindar dari namanya kefakiran.

 Justru di surga nanti, orang orang yang ketika hidupnya fakir, berpeluang masuk surga dengan mudah dibanding mereka yang memiliki kekayaan saat di dunia. Kaum Fuqoro hisabnya lebih cepat karena harta benda yang sedikit, sehingga pertanggung jawabnya terhadap harta yang melekat saat di dunia, hisabnya tidak sebanyak kaum. aghniya atau orang orang kaya.

Jika saat ini Allah menetapkan kita dalam kefakiran, jangan bersedih, tetap berikhtiar sebagai manusia, tetap berusaha dan selalu optimis. Yakin bahwa ketetapan Allah adalah yang terbaik.Meski kekurangan namun kita jangan terlalu menunjukan kemiskinan, apalagi menjual kemiskinan agar orang orang bersimpati.

Seorang muslim meski hidup kekurangan, pantang meminta minta, mengemis untuk mendapatkan harta, jauhkan mental pengemis dari kaum muslimin, jika kita di mampukan berusaha tempuhlah kehidupan dengan bekerja tanpa harus mengemis.

Dalam kitab Tanqihul Qoul disebutkan,ada dua hal kenapa kefakiran itu terjadi, yang pertama fakir merupakan ketetapan dari Allah subhanahu wa ta'ala, artinya meski sudah berusaha, berdoa,bisnis. Tetap saja keadaan tidak ada perubahan, itu namanya fakir ditetapkan oleh Allah. Yang kedua yakni fakir karena hukuman, kemiskinan yang dialami merupakan hukuman baginya. Musibah kemiskinan yang dialami karena perbuatan buruk yang ia kerjakan.

Adapun ciri fakir merupakan ketetapan dari Allah, meski dalam kefakiran tetap  memperbaiki akhlaknya, kefakiran tidak  menyebabkan dia  merasa terhina dihadapan orang lain, sehingga walaupun hidupnya miskin dia tetap menjaga diri jangan sampai meminta minta. Mereka yang teruji dengan kefakiran hanya meminta kepada Allah SWT

Jamaah menyimak penjelasan dari Ustad Nurjali. S.Pd.I(sumber gambar:dokpri)
Jamaah menyimak penjelasan dari Ustad Nurjali. S.Pd.I(sumber gambar:dokpri)

 

Jalan kehidupan memang tak selamanya indah, ada di satu fase kefakiran menyapa, namun bukan untuk merutuki, tetap optimis bahwa ketentuan Allah selalu baik bagi manusia.Jangan ceritakan kesusahan hidup berulang ulang kepada manusia. Kaum muslimin akan senantiasa menjaga harga diri meski hidupnya serba kekurangan, tanpa menghinakan dengan mengemis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun