Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Di Sudut Rak Paling Sudut PDS HB Jassin, Bangga Novel Kelir dan Prasa Berada di Sini

14 November 2023   23:31 Diperbarui: 15 November 2023   08:22 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Papanda TD bertanya kepada pemateri(dokpri)

Seniman berjiwa sahaja, meski mempunyai karya yang mumpuni, begitulah yang saya rasakan ketika menghadiri peluncuran dan bedah  novel karya Yon Bayu Wahyono. Judul yang saya pilih di artikel ini, adalah selarik kata penutup Yon Bayu Wahyono, ketika secara resmi Prasa dan Kelir diluncurkan.Namun sebenarnya dari awal hingga akhir  acara, momen keseruannya tak bisa terlupakan.

Beruntung bisa hadir di Taman Ismail Marzuki(TIM), tepatnya di Gedung Ali Sadikin lantai 4, PDS HB Jassin, uniknya peluncuran dua novel, dihadiri setidaknya empat komunitas di Kompasiana, kolaborasi keren bagi pecinta literasi, event ini juga di ikuti komunitas lainnya, ruangan PDS HB Jassin terasa guyub dan hangat.Cekidot ikuti tulisan ini sampai tuntas ya.

Menapaki lantai tangga Gedung Ali Sadikin, menuju ke lantai empat ruangan PDS HB Jasin, tampaknya penerbit Teras Budaya dan Yon Bayu Wahyono, mempersiapkan. acara dengan detail, banner terpasang di depan ruangan, jeprat jepret dulu dong, sebagai penanda hadir, ruangan pun telah rapi dengan susunan kursi untuk yang hadir.

Kenapa akhirnya memutuskan ikut dalam event peluncuran dan bedah novel karya Yon Bayu Wahyono? Pertama adalah menuntaskan penasaran tentang novel Prasa, dalam postingan Facebook penulisnya,  disebutkan bahwa novel Prasa ditolak penerbit Gramedia.

 Kemudian kalah saat mengikuti lomba penulisan novel, yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta,selain itu uniknya dalam hal marketing, novel bisa dibeli namun jika pembacanya tidak berkenan dengan novelnya, dapat dikembalikan, serta mendapat pengembalian uang, sebuah marketing gokil memang.

Yeaay akhirnya menikmati acara peluncuran novel Prasa dan Kelir, apalagi berada di tempat bersejarah, yang menyimpan dokumen penting, perjalanan sastra tanah air koleksi HB Jassin. Bersiap dengan gelas kosong pemikiran, dapat ilmu baru yang banyak manfaatnya, terutama meningkatkan skill menulis, jujurly nulis novel itu butuh energi yang mumpuni lho.

Wow Ekpresifnya Penukil Novel Kelir dan Prasa

Penukil novel Kelir(dokpri)
Penukil novel Kelir(dokpri)

Serasa terlontar ke era kejayaan sandiwara radio di dekade 80 dan 90an, ketika mendengar suara Retno Budiningsih dan Devie Matahari, emak emak berhijab ini dengan intonasi pas, mimik muka meyakinkan, serta merunut nukilan novel dengan tuturan penuh makna.

Akhirnya meski belum membaca novel, dengan nukilan yang dipaparkan, mulai "ngeh" apa isi novel besutan peraih The Best Opinion Kompasiana tahun 2017. Retno Budiningsih tampil pertama membacakan nukilan Kelir, dibuka dengan menembangkan lagu berbahasa Jawa,kemudian dialog Paksi dan Diyah tentang nasi bungkus daun jati yang di ikat tali bambu menjadi pengantar nukilan.

Novel Kelir mengupas tentang Kejawen yang merupakan pandangan, amalan, perilaku dan adat istiadat Jawa, gaya Retno Budiningsih, membaca nukilan Kelir terasa pas. Tunggu dulu karena nukilan novel  Prasa nggak kalah ciamik lho, adalah Devie Matahari membawakan nukilan novel Prasa.

Gaya teatrikal, kekuatan vokal nan luwes menjadi magnet bagi Devie menukil Prosa, seolah olah melihat Shama memetik batang ilalang,seakan melihat langsung Shama merajuk tak ingin bermain boneka kayu,Shama ingin ikut berburu babi.Atau Shama berwajah cemas saat Trom menyebut Mambang,Hantu penghuni hutan.

Devie  Matahari brilian membawakan nukilan Prasa(dokpri)
Devie  Matahari brilian membawakan nukilan Prasa(dokpri)

Olah vokal yang terjaga hingga selesai membawakan nukilan, Devie membawakan secara pas suasana hutan,pendalaman karakter yang bikin greget dan memantik rasa penasaran untuk membaca novelnya. Tak heran ketika Devie turun podium, tepuk tangan membahana, good job Bu Devie Matahari, sip pisan euy membaca nukilan Prasanya.

Sayatan Ngeri Ngeri Sedap Pemateri

Pemateri, moderator dan narasumber dalam peluncuran novel Kelir dan Prasa(dokpri)
Pemateri, moderator dan narasumber dalam peluncuran novel Kelir dan Prasa(dokpri)

Mengenakan kemeja denim warna biru, berblangkon khas Jawa, beliau adalah Sunu Wasono, mantan dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, hadir sebagai pemateri, mantan dosen  dengan penampilan trendi ini mengupas Kelir. Dari kacamata akademisi, novel Kelir terasa seksi, kisah di desa Wangkal, yang warganya lolos dari pembunuhan gara gara lupa.

Menurut Sunu Warsono ketika Yoon Bayu menulis novel Kelir ulasannya kurang tajam,seharusnya Yon  Bayu lebih berani menjelaskan apa itu ajaran Sabdo Sejati. Ajaran-ajaran Ki Lanang Alas itu seperti apa, belum ada pengupasan lebih detail dari ajaran Sabda sejati di novel ini, tidak dijelaskan apapun, sayang sekali Menurut Warsono.

Papanda TD bertanya kepada pemateri(dokpri)
Papanda TD bertanya kepada pemateri(dokpri)

Sedangkan Isson Khairul pemateri novel Prasa, menyebutkan bahwa penulis novel ini cukup runut dalam penceritaan karakter di dalam novel.  Namun kurang memberi ruang kepada tokoh yang ada di novel untuk merenung, mencermati, gejolak dalam diri. Sisi phsikis karakter yang ada di novel, seharusnya perlu digali lebih dalam, sehingga karakternya terasa hidup.  tokoh Prasa adalah tokoh perempuan, namun justru dialognya, terasa rasa lebih ke laki-laki, terlalu menonjol rasa maskulinitasnya.

Belajar Dari Proses Kreatif Yon Bayu Wahyono

Yon Bayu Wahyono bersama dua puteri tercinta(dokpri)
Yon Bayu Wahyono bersama dua puteri tercinta(dokpri)

Jika membaca opini  Yon Bayu Wahyono yang lugas di Kompasiana, itu mah sudah sering kita baca di blog keroyokan group Kompas. Perlu  kepoin  juga euy bagaimana ketika Yon Bayu menulis novel Kelir, yang alur ceritanya tentang klenik, Kejawen dan juga sejarah serta intrik   politik tokoh novelnya,bagaimana proses kreatif Yon Bayu menulis Klenik juga Prasa, yuk kita simak bersama.

Kritik bagi Yon Bayu merupakan vitamin, agar karya mendatang bisa lebih baik lagi, semakin bermutu, disertai harapan menambah khazanah dan warna-warni kesusatraan di Indonesia. Novel Prasa ditulis  karena adanya keresahan penanganan Hak Asasi manusia di negeri tercinta Indonesia, kekecewaan penulis karena isu pelanggaran HAM dalam konteks politik, hanya sebatas buih hilang begitu saja.

Seranai pelanggaran HAM mulai G30S PKI,Malari, Tanjung Priok, Talangsari, Penculikan Aktivis Pro Demokrasi sebelum 1998, Tragedi Semanggi 1 dan 2. Agar hal itu tak terulang kembali, pelanggaran HAM masa lalu dibuka dan dituntaskan secara hukum, sehingga tak Ada Beban sejarah bagi bangsa Indonesia jika masalah HAM di tuntaskan dengan mengedepankan keadilan.

Cukup mendalam ya proses kreatif yang dilakukan oleh Yon Bayu Wahyono, apalagi,kekayaan diksi novel Kelir dan Prasa, berasal dari pengamatan langsung di lapangan, sebagai seorang wartawan sangat mungkin Yon Bayu melakukan investigasi langsung, sehingga novelnya terasa dekat dengan keseharian yang kita rasakan.

Melalui Prasa Operasi Tanpa Nama, penulis mengajak pembaca untuk merenungkan atas pilihan-pilihan yang tersedia.Tanpa mengesampingkan kemungkinan tafsir berbeda, melalui karya fiksi ingat loh bahwa Prasa itu dongeng ya, dengan segudang pengalamannya Sebagai wartawan, angkat topi bagi kreatifitas Yon Bayu Wahyono mengolah kata-kata, mengingat tak banyak wartawan menulis novel.

After Show yang Tak Terlupakan

Usai acara,jajan dulu di warung sambil ngemil gorengan(dok Muthiah)
Usai acara,jajan dulu di warung sambil ngemil gorengan(dok Muthiah)

Sekitar jam lima sore, tuntas juga gelaran peluncuran dan bedah novel, mengutip pernyataan Yon Bayu Wahyono.

Serah terima novel karya Yon Bayu untuk PDS HB Jassin(dokpri)
Serah terima novel karya Yon Bayu untuk PDS HB Jassin(dokpri)

" Tak ada pesta yang tidak usai, tidak ada perjalanan tanpa ujung,selalu ada titik akhir ketika lampu-lampu dipadamkan. Dan kita kembali ke realita berikutnya."

Beberapa jenak kemudian terdengar lengkingan lagu Gemu Fa Mire, iramanya riang menghentak, enak buat berjoged, dengan komando Emak Elisa Koraag yang memakai hiasan bulu warna warni di kepala, maka tak tertolaklah putar ke kiri dan ke kanan, khas Maumere.

Di sebelah orang berjoged, ada yang ramai poto bareng, ya sudahlah poto dulu rame rame, sempet "nodong"Mbak Sukma Tom, untuk mendapatkan novel Prasa, karena lima penanya mendapat hadiah novel. Setengah enam sore meninggalkan PDS HB Jassin, rencana langsung pulang, tapi ketemu rombongan Bu Muthiah, ngajak ngumpul dulu bersama.Bersama para kompasianer, bicara tentang TIM yang saat ini telah berbeda setelah revitalisasi.

 Di sudut warung yang bersisian dengan grafiti bertuliskan "Save TIM". Bu Muthiah mempersilahkan kami mencicipi penganan, maka tak tertolaklah bala bala, alias gorengan ukuran jumbo, plus bumbu kacang. Belum kelar menghabiskam bala bala jumbo, Bu Muthiah menyuruh kami bergegas.

Setelah mondar mandir di areal TIM, rombongan yang di pimpin Bu Muthiah bertemu juga dengan rombongan Bang Yon di sebuah kantin. Ternyata ditraktir makan malam, maka tak tertolaklah nasi rames di waktu magrib, ngobrol akrab seraya menikmati hidangan yang disajikan.

Ngobrol ngalor ngidul,membincang tentang banyak hal seputar literasi,bertemu dengan orang orang melek aksara, mencintai dunia tulis menulis,sumpah vibesnya beda banget. Terima kasih Pak Thamrin Dahlan,Mbak Sukma Tom, Bu Muthiah, Emak Elisa,Mbak Dewi Puspa,Mas Agung Han, teman deadline garis keras,Kakak Efa Butar Butar,Pak Sutiono,Mas Agung Han, serta Bang Rushan Novaly, kayaknya asyik ketemuan lagi,setuju?

Baca dulu novel Prasa(dokpri)
Baca dulu novel Prasa(dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun