"Neng Dewi bawa bolu marmer coklat henteu?" Bagas melirik ke arah Neng Dewi.
"Ada dong, aku yang bikinnya dibantu Mamah," tukas Neng Dewi cepat.
Bagas mengangkat dua jempol dengan bawaan para teman teman ceweknya. Gopar melongo melihat bawaan mereka, bisa kenyang ini mah. Setelah semua lengkap berkumpul, ketujuh anak kampung ini berjalan beriringan menuju Pangaduan di mana mereka nantinya akan memancing ikan.
Lokasi Pangaduan beberapa meter dari jembatan, disebut Pangaduan karena ditempat ini bertemunya dua aliran sungai. Pangaduan ada  juga yang menyebutnya sebagai dua arus sungai yang beradu, tempatnya lebih landai dibandingkan di bawah jembatan.
Ada empat Desa yang berbatasan di sekitar Pangaduan, Desa Rajawetan,Desa Mekarjaya,Desa Mandirancan dan Desa Nanggela.Â
Tepian Pangaduan berpasir sehingga lebih enak untuk memancing atau pun berenang di tepian sungai, di pinggirannya ada beberapa pohon mangga serta petak sawah. Ada beberapa orang yang lebih dahulu memancing, mereka menempati posisi masing masing untuk mendapatkan ikan.
"Kita mancingnya di dekat pohon mangga saja ya, itu tuh yang ada saung di dekat sawah sebelah barat," ajak Radit kepada teman temannya.
"Ini bekalnya ditaruh di mana?" tanya Titin.
"Dahlah kita simpan di saung saja, lagi pula kalau di bawa bawa terus juga berat," jawab Bagas.
Saung kecil yang berada disawah, akhirnya menjadi tempat bekal mereka. Radit,Bagas, Gopar dan Tolib menyebar, sedangkan Neng Dewi,Titin dan Maya bermain di tepian sungai sambil memperhatikan orang orang yang memancing.
"Kalau mau mandi di tepian saja ya, kalau ke tengah, takut arus sungainya deras,"nasehat Radit kepada ketiga teman ceweknya.
Sungai Cipager tidak terlalu dalam, ditengah sungai banyak bebatuan, airnya jernih karena Cipager bermuara ke Gunung Ciremai. Ternyata menyenangkan juga bermain di sungai. Mereka tak menyangka ada tempat seru di dekat tempat tinggal, kalau tahu dari dahulu, bisa sering sering nih ikutan main dengan rombongan Radit.