Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menemukan Toleransi Ketika Aktif di Serikat Pekerja

17 April 2022   23:02 Diperbarui: 17 April 2022   23:20 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika penulis bersua dengan Menteri Tenaga Kerja di event Kompasianival 2018(dokpri)

          

"Tuh Pak orangnya yang tukang demo, sini Mas Topik ada Pak Menaker lho," ungkap Mbak Tamita Wibisona ketika gelaran Kompasianival tahun 2018.

Sebagian Kompasianer lawas memang tahu bahwa penulis kerap mengikuti aksi berkaitan dengan ketenagakerjaan. Menjadi aktifis buruh bukan melulu tentang demo di jalanan dan menyuarakan aspirasi, ternyata bertemu dengan sesama aktifis buruh pun memberikan pencerahan yakni pentingnya toleransi beragama,lho kok?

Memasuki dunia kerja seraya aktif di serikat pekerja menjadi hal yang menyenangkan, bertemu banyak orang dan dengan latar belakang, ras berbeda dan juga keyakinan yang dianut. Namun bukan untuk menjadikan ini sebuah pertentangan, plis deh bila ada orang yang ingin berantem karena perbedaan keyakinan lebih baik angkat kaki dari tanah air tercinta.

Tanah air tercinta memang dari dahulu kala memiliki keragaman budaya dan juga ada agama yang diakui negara, dengan tipikal negara plural dan heterogen, menjadi penting bila saling menjaga toleransi, Beruntung bahwa dunia kerja semacam miniatur Indonesia, senang bisa kenal seorang dari suku Batak dan beragama Kristen Protestan, atau juga orang Maluku dan suku lainnya dan keyakinan berbeda beda

Kita juga saling menghormati dengan sesama pekerja walau berbeda keyakinan, tetap menaruh respek kepada pimpinan kerja. Satu sama lain saling menjaga dan tak saling mengusik, indahnya kehidupan bisa jadi berawal dari perbedaan yang ada, saatnya bagi kita semua lebih arif  memaknai perbedaan.

Mentor Itu bernama Putu Raka Pendit

Sosok Putu Raka Pendit seorang yang rendah hati dan mentor yang jempolan(dok FB Putu Raka Pendit)
Sosok Putu Raka Pendit seorang yang rendah hati dan mentor yang jempolan(dok FB Putu Raka Pendit)
                                         

Tahun 2009 awal penulis menggeluti organisasi Serikat Pekerja, bukan untuk sok sokan dan petantang petenteng namun lebih ingin belajar. Selama bekerja ya sudah bekerja, waktunya pulang dan kembali lagi ke esokan harinya. Ternyata setelah memasuki Serikat Pekerja ada nuansa lain, belajar tentang hak pekerja dan juga jaminan untuk memilih atau tidak memilih menjadi anggota Serikat Pekerja.

Salah satu orang yang menjadi mentor penulis adalah Putu Raka Pendit, saat itu beliau merupakan ketua umum Serikat Pekerja sebuah bank nasional ternama. Sejujurnya penulis belajar banyak dari Pak Putu ini ketika awal awal aktif menjadi anggota serikat pekerja, beliau tak segan segan membagi ilmunya.

Yang tak pernah lupa ketika penulis kehabisan ongkos dari Tanah Abang untuk menuju Cikarang, dengan sukarela Pak Putu memberikan sejumlah uang agar penulis bisa melanjutkan perjalanan, apalagi saat itu waktu hampir tengah malam, beruntung juga deh akhirnya bisa pulang ke rumah dengan uang pemberian Pak Putu.

Dari namanya kita tahu bahwa Pak Putu berasal dari Pulau Dewata Bali, meski berbeda keyakinan namun untuk persaudaran  di serikat pekerja memberikan warna tersendiri tentang arti bertoleransi beragama.   

 

Kisah Rapat di Rumah Marcianus

Marcianus alias Anung, tetap menonjolkan toleransi dengan hal yang baik(dokpri)
Marcianus alias Anung, tetap menonjolkan toleransi dengan hal yang baik(dokpri)

                                                                     

Kami kebingungan untuk mengadakan pertemuan karena akan dihadiri oleh Presiden ASPEK Indonesia, untuk menyewa tempat tak cukup budgetnya, maka jalan tengah yang diambil adalah mengadakan pertemuan di rumah salah satu anggota yang kebetulan tidak terlalu jauh dari tempat kerja dan bisa dijangkau karena akses jalan menuju rumahnya relatif bisa di jangkau. Dia adalah Marcianus yang berasal dari Kalimantan Barat dan penganut agama Kristen yang taat.

Kami kerap memanggil Marcianus sebagai Anung dan rasanya lega ia bersedia untuk rumahnya digunakan untuk pertemuan tersebut, yang bikin kami haru ketika Anung memastikan untuk hidangan, wadah dan juga tempat masaknya terpisah dengan biasa yang ia gunakan.

Anung tampak berbesar hati, mengingat sebagian besar dari kami adalah memeluk Islam yang tidak mengkonsumsi daging dari hewan tertentu. Isterinya Anung menyajikan Ikan Tongkol Sambal Roa, maka tak tertolaklah hidangan istimewa khas Indonesia Timur dengan cita rasa berbumbu pedas.

Mungkin inilah toleransi yang penuh makna, Anung mau merepotkan dirinya untuk menyiapkan alat masak tersendiri agar teman muslimnya lebih mantap untuk mengkonsumsi dan tidak perlu was was. Bersyukur punya teman non muslim yang pengertian ini sih dan persahabatan kami tetap cerah ceria.

Jefri Parlin Si Batak Protestan yang Pemberani

Penulis bersama orang Batak yang pemberani(dokpri)
Penulis bersama orang Batak yang pemberani(dokpri)
                                                                            

Pertemanan seru antara penulis dan juga Jepri Parlian menjadi satu kisah yang patut dituliskan. Awal melihat orang yang satu ini adalah, ngeselin karena gayanya yang pecicilan.Namun seiring berjalannya waktu, orang Batak ini ternyata memiliki jiwa setia kawan dan juga pemberani.

Yup Jepri Parlin tipikal orang yang berterus terang dan blak blakan serta apa adanya, sebagai penganut Kristen Protestan taat ia kerap ke gereja untuk beribadah. Untuk urusan mengadvokasi teman teman bila mengalami permasalahan seputar ketenagakerjaan, Jefri Parlin memang bisa diandalkan.

Memang seharusnya kita terus memupuk toleransi antar umat beragama. Sudah saatnya kita saling menguatkan walau berbeda keyakinan, sudahi saja pertentangan untuk hal hal yang sepele. Kita rajut Indonesia dengan bahasa damai, kita jaga negeri tercinta ini meski memang berbeda keyakinan, setuju?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun