Pria asal Qorni kelahiran 594 Masehi itu pun mendoakan Umar bin Khathtab dan juga Ali bin Abi Thalib, apa yang diprediksi Nabi akhirnya terbukti. Setelah bertemu dengan kedua sahabat utama Nabi, Uwais kembali ke kampungnya dan tetap menjadi pribadi yang sahaja tanpa perlu menyombongkan diri karena mendoakan dua sahabat utama Nabi.
Penghuni Langit yang Dirindukan Para Malaikat
Pertemuan dengan dua sahabat utama Nabi memberikan kesan mendalam bagi Uwais, beliau benar benar tak terpikirkan mengumpulkan harta. Padahal Sang Khalifah menawarkan harta Baitul Maal yang siap di distribusikan kepada Uwais sebaga jaminan kehidupan.
Namun semua fasilitas tawaran Khalifah ditampik Uwais, ingin ingin hidup biasa biasa di kampung Qarn, menggembala hewan ternak dan menjauhi kepopuleran dunia, dan benar saja Uwais Al Qorni menjadi hamba fakir yang tak dikenal siapa siapa.
Tahun 657 Masehi atau 37 Hijriyah, Tabi'in yang disebut Nabi ini di jemput malaikat maut, namun yang membuat penduduk kampung terheran heran adalah Uwais wafat namun yang mengurus pemulasarannya berduyun duyun, yang memandikannya, mengkafani, menyolatkan, mengantarkan ke kubur hingga ia di kebumikan.
Orang orang kampung Uwais tak mengenal mereka, namun mereka takjub dengan apa yang dialami oleh jenazah Uwais. Perkiraan Sang Rasul sangat tepat, konon yang memulasara Uwais adalah para malaikat yang sedang menjemput penduduk langit yang menetap di muka bumi, tabi'in sederhana ini begitu dirindukan warga langit meski penduduk bumi tak begitu mengetahui keberadaan Uwais Al Qorni. Akhir hidup yang luar biasa.
Belajar Dari Kisah Uwais yang Mengurus Ibunya
Acap kali ada kebosanan yang melanda hati saat harus mengurus orang tua, mereka yang telah sepuh cenderung kembali ke masa kanak kanak, rewel, egois dan juga nyebelin.Kalau diturutin emosi mah pengen pergi saja deh, kelar ngurusin orang tua.
Begitulah yang dirasakan penulis yang saat ini memiliki Emak yang memasuki usia senja plus sakit sakitan, selepas keluar kerja, lebih banyak waktu untuk mengurus Emak.Namun jika dibandingkan dengan Uwais Al Qorni, rasanya penulis nggak ada apa apanya.
Teladan Uwais begitu jos gandos, kesabarannya paripurna tanpa adanya gerutuan.Duh kok ya masih saja setengah hati mengurus Emak, padahal ini semua adalah proses yang semestinya dinikmati. Maafkan Emak jika saat ini belum sempurna mengurus keperluan beliau.
Semoga Emak tetap sehat dan saatnya berbakti dengan sepenuh hati.Salam dari blogger rusuh Cikarang yang sekarang berada di desa Rajawetan, untuk Emak love foreverlah!