Entah apa yang dikerjakan Popi hari-hari belakangan ini,setiap bel pulang sekolah berbunyi ia pasti telah bergegas pergi,kalau pun Sandi menghampiri kerumahnya pasti ia tidak ada.Dan Ibunya pun terkadang tidak tahu kemana perginya Popi dan hal ini yang membuat Sandi penasaran,adakah Popi tak ingin berteman lagi dengannya karena ia kemarin menghilangkan buku kesayangan Popi,mungkin saja Popi benar-benar membencinya kini.
Saat makan siang pun Sandi masih memikirkan itu,bahkan hidangan tempe bacem kesukaannya pun kini seperti tak nikmat membuat Ibu bertanya kepada Sandi.
"Akhir-akhir ini kamu kok kelihatan tidak begitu suka dengan hidangan makan siang Ibu,kenapa nak?"tanya Ibu sambil membelai Sandi lembut.
"Nggak kenapa-napa sih Bu,"elak Sandi tertunduk.
"Ibu tahu kamu pasti punya masalah,ayolah ceritakan kepada Ibu,mungkin Ibu bisa membantu,"sahut Ibu seraya menatap Sandi.
Maka Sandi pun bercerita tentang kegundahan hatinya,masalah Popi yang seolah menghindar darinya karena ia telah menghilangkan buku kesayangan Popi,mungkin Popi sangat membencinya kini,terlihat Ibu tersenyum tipis saat mendengar penuturan Sandi.
"Kok Ibu malah senyum --senyum sih?"Tanya Sandi.
"Tidak juga deh,mungkin Sandi terlalu cepat menyimpulkan tuh,"ujar Ibu dengan tenang.
Sandi menyudahi makan siangnya sambil tak lupa membantu Ibu membereskan piring dan gelas.Siang semakin panas saat Sandi meminta izin Ibu untuk menuju rumah Popi,tujuannya pasti yaitu menuju rumah Popi.Bergegas Sandi berjalan ia ingin persahabatannya dengan Popi tak harus berakhir gara-gara buku belaka,dan semoga Popi bisa memaafkannya.
Namun saat Sandi tiba di rumah Popi ternyata yang dicari malah tidak ada,bahkan Ibu Popi tak tahu kemana Popi pergi.Dengan kecewa akhirnya Sandi berbalik arah untuk pulang,hatinya semakin bertanya-tanya ada apa gerangan dengan sahabatnya itu.hal ini membuat hati Sandi semakin penasaran,mungkin Popi benar-benar ingin menjauhinya.
Dengan langkah gontai Sandi berjalan pulang,hatinya terus berkata apakah Popi sekarang benar-benar melupakannya,