Dalam banyak kasus kekerasan seksual yang terjadi pada perempuan, si korban di hadapkan pada kenyataan pahit sebuah pilihan ia akhirnya di nikahkan dengan pelaku. Ada juga korban memilih untuk tidak melaporkan kejadian kekerasan dengan beragam alasan dan memilih berdiam diri dan meratap sebagai takdir hidup yang harus di jalani. Faktor kekerasan yang mendera kaum perempuan dan anak memiliki banyak macam sepereti kekerasan Psikis, Seksual ataupun Phisik, namun dari beragam kekerasan tersebut di butuhkan nyali untuk melaporkan kejadian, namun sayang banyak dari mereka akhinya memilih bungkam.
Masih ingat tentang film Titanic? Sebuah kapal pesiar mewah yang megah namun akhirnya karsam justru pada pelayaran perdananya di samudera Atlantik, apa pasal Titanic karam? Ternyata kapal tersebut menabrak gunung es, di permukaan gunung es tampak kecil dan tak menimbulkan efek mengejutkan, padahal di bawah gunung es ada bongkahan besar yang meluluh lantakan.
Begitu pula fenomena kekerasan pada perempuan dan anak, data data yang muncul memang sepertinya relatif kecil namun di balik itu semua,pada kenyataannya kasus yang di laporkan dengan kasus yang tidak di laporkan jauh lebih banyak. Jangan dulu bersenang hati bila melihat data data tentang  kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, bisa saja itu hanya fenomena gunung es semata maka waspadalah!
Rusun Marunda Di Antara Penanganan Dan Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak
Rumah susun Marunda yang terletak di Jakarta Utara yang dekat dengan situs bersejarah Rumah Pitung yang memiliki cluster A, B dan C, dalam satu cluster memiliki 10 Rukun Tetangga dengan jumlah 100 pintu, dengan adanya blok atau cluster berjumlah tiga, dengan estimasi rata rata  satu pintu terdiri dari ayah dan ibu serta dua anak, Rusun Marunda menampung dua belas ribu jiwa.
Permasalahan yang menonjol di rusun Marunda adalah kekerasan seksual, ini tidak saja terjadi pada laki laki namun perempuan pun mengalaminya,menurut Dr. Sri Astuti bahwa dalam kasus Marunda bahwa pelaku kekerasan seksual sangat beragam mulai dari anak anak, dewasa hingga manula dan korbannya lebih cenderung kepada anak anak baik laki laki dan perempuan.
Ada satu hal yang jadi perhatian di rusun Marunda yakni perlunya pengawasan terhadap warnet yang sering kali di salah gunakan, perlu kontrol agar warnet beroperasi bukan di jam jam tertentu. Penanganan kekerasan seksual di rusun Marunda di lakukan pencegahan melalui edukasi dan pendampingan langsung dengan cara sebagai agen perubahan kepada warga agar lebih aware lagi, semua harus lebih peduli dengan lingkungan sekitar agar kekerasan seksual dapat di hindari. Semoga apa yang di upayakan oleh Dr Sri Astuti dengan membangun kebersamaan dan kekompakan potensi warga rusun Marunda mengenali kekerasan seksual dan mencegahnya secara kolektif.
Menguak Sisi Psikologis Korban Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak, Saatnya Kita Peduli Mereka
Kekerasan terhadap perempuan dan anak dapat terjadi kapan pun tanpa melihat ruang dan waktu, siapapun bisa menjadi korban, siapapun bisa menjadi pelaku dari kekerasan, untuk korban di perlukan pemulihan trauma. Adalah layanan konseling merupakan keniscayaan agar korban kekerasan tak semakin terpuruk, saat ini kebanyakan hanya fokus pada aspek legal di mana si pelaku kekerasan selayaknya di hukum kemudian di tangkap dan di penjarakan karena melakukan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Namun sering kali melupakan kebutuhan psikologis si korban,bagaimana ia nantinya menata kembali hidupnya setelah mengalami goncangan, acapkali kita memperhatikan dampak yang segera dirasakan korban, namun melupakan dampak jangka panjang yang bisa jadi akan terus membayangi si korban. Dan jangan di lupakan juga bahwa keluarga korban kekerasan terutama kekerasan seksual pada anak perempuan akan menumbuhkan luka kepada keluarga terutama ibu dari si anak yang mengalami kekerasan tersebut.
Vitria Lazarini seorang psikolog dari Yayasan Pulih yang selama ini fokus dalam bidang konseling untuk pemulihan kekerasan pada perempuan dan anak mengajak agar masyarakat memikirkan dampak dari aspek korban dan keluarganya, ada dampak phisik, perasaan, pola pikir,perilaku, sosial serta moral spiritual. Semoga sinergi masyarakat untuk menyelamatkan korban kekerasan pada perempuan dan anak akan terus tumbuh apalagi saat ini penggunaan media sosial semakin marak sehingga pemberitaan anti kekerasan bisa di lakukan para blogger khususnya dan masyarakat pada umumnya.