Meja makan jadul berbentuk segi empat, kaki kaki meja di hiasi ukiran sederhana, entah jenis kayu apa meja makan yang konon peninggalan keluarga buyut kami, namun di sinilah kehangatan keluarga di mulai, di sebuah meja makan. Selepas Isya biasanya kami berkumpul, menikmati santapan Emak yang selalu saja istimewa meski sering kali menu yang di sajikan Emak biasa biasa saja, berlauk tempe atau tahu namun bagi lidah kami, olahan Emak selalu luar biasa.
Namun sebenarnya yang di tunggu tunggu saat makan bersama adalah kehadiran Bapak, kenapa harus Bapak? Jawabannya sederhana saja, jika Bapak pulang di pastikan membawa oleh oleh dan salah satu yang pasti Bapak akan membawa aneka hasil laut entah itu rajungan, tongkol, cumi. Maka keseruan akan terjadi di meja makan. Dengan mantab Emak mengolah oleh oleh Bapak yang berupa hasil laut dan mengolahnya menjadi santapan lezat yang kami tunggu.
Berebut Menuturkan Bahasa Sunda Halus
Meja makan menjadi tempat seru untuk berkompetisi, Bapak yang menempati posisi sentral di depan meja, dengan piring besar yang konon di bawa Bapak saat bertugas di Rusia tahun 60an akan tersaji lengkap dengan sendok dan garpu yang juga dari Rusia. Makan malam terasa istimewa karena kami berpeluang mendapatkan sajian istimewa dengan syarat yaitu berbicara dengan bahasa Sunda dengan tuturan halus.
Biasanya bahasa Sunda mempunyai tingkat bahasa, untuk di ucapkan kepada siapa lawan bicara kita, ada bahasa Sunda halus yang di gunakan kalau berbicara dengan orang tua atau orang yang di hormati, karena kami lebih serong berbahasa Sunda kasar atau bahasa pasaran, bertutur dengan bahasa Sunda halus merupakan kesulitan sendiri.
Sebelum makan malam kami berempat di persilahkan untuk berbicara bahasa Sunda halus dan nantinya pas makan malam akan di umumkan siapa pemenang yang berhak mendapatkan lauk terenak, maka kami pun mencoba bertutur kata sehalus mungkin, apa lagi jika ngobrol dengan Bapak agar bisa menjadi juara dan berhak untuk menikmati lauk yang di sediakan Emak.
Dengan kompetisi ala Bapak, akhirnya bertutur bahasa Sunda halus bisa di kuasai, dan kami pun lama lama piawai berbahasa Sunda halus dan bisa di praktekan bila berbicara dengan orang yang usianya jauh lebih tua.
Belajar “Table Manner” Ala Orang Eropa
Tak pernah menyangka apa yang di ajarkan Bapak di meja makan saat dahulu dan kini berguna, Bapak yang selama 24 bulan pernah berada di Rusia dalam tugas negara sebagai prajurit Angkatan Laut, mengajarkan kami untuk belajar cara makan ala negara negara di Eropa, maka tak pelak lagi kami pun di beri tahu tentang bagai mana cara makan dan etiket makan orang orang Barat pada umumnya.
Tadinya penulis menganggap apa yang di ajarkan Bapak tentang etiket makan tak akan berguna, tho terbiasa makan dengan tangan ala orang orang kampung, kenapa sih harus ribet dengan sendok, garpu dan juga pisau, ada makanan, ada lauk ya tinggal makan saja. Namun menurut Bapak bahwa tak tertutup kemungkinan nantinya akan bertemu dengan suasana makan ala orang orang Barat, dan bila kita mengetahui tentang cara makan mereka tentu saja nantinya kita tahu apa yang harus di lakukan.
Ternyata baru beberapa puluh tahun kemudian, penulis merasa beruntung dengan apa yang di ajarkan Bapak tentang etiket makan, dalam beberapa hal ilmu yang di ajarkan Bapak dulu berguna juga sekarang, saat bertemu beberapa bule dan berkesempatan makan bersama, apa yang di ajarkan Bapak tentang “Table Manner” tak meleset sedikit pun, untuk itu saya berterima kasih yang sebesar besarnya untuk Bapak yang mengajarkan cara makan ala internasional.