Banyak orang menganggap PSK adalah sampah masyarakat, aib dan juga harus di hindari, stereo type dan juga stigma untuk para PSK sangatlah negatif, namun hati orang siapa yang tahu, penggambaran paling pas tentang PSK adalah lagu Kupu Kupu Malam karya Titiek Puspa, namun penulis tak ingin membahas tentang sepak terjang kupu kupu malam di tempat prostitusi ya, namun ada hal lain yang bisa di kupas tentang PSK. Adalah Anik Sriwatiah yang dengan gigih melakukan upaya agar para mantan PSK di berdayakan sebagai manusia seutuhnya, di cintai dan di hargai.
Halaman 37 dalam buku Hidup yang Lebih Berarti menampilkan kisah inspiratif dari penulis Kompasiana Hadi Susanto dengan judul Anik Sriwatiah Gigih Berdayakan Mantan’Pekerja’ Lokalisasi Dupak Bangunsari. Tinggal di sebuah tempat dekat lokalisasi dan mempunyai usaha warung dengan omzet puluhan ribu rupiah, namun hati nurani tak bisa di bohongi bahwa dirinya sebenarnya tidak menginginkan berada di sebuah tempat prostitusi ,masa depan anaknya yang perempuan dalam bahaya besar jika tumbuh di lingkungan yang kurang baik, banyak faktor negatif yang bisa jadi dilihat dan didengar akan melekat dalam ingatan.
Hingga akhirnya pemkot Surabaya menutup lokalisasi pada tanggal 21 Desember 2012, inilah yang menjadi titik balik Anik, usai lokalisasi di tutup Anik makin rajin mengiuti berbagai keterampilan mulai dari memasak, menjahit, membuat bakso sampai belajar membuat hadycraft pun d jabanin Anik, tak ingin sendirian berhasil maka Anik pun mengajak mantan mucikari dan PSK ikut dalam pelatihan, walau awalnya tak mudah namun berkat kegigihan Anik akhirnya para mantan mucikari dan PSK pun bergabung jua dan membentuk Rumah Kreatif Kembang Melati.
Keset menjadi produk andalan Rumah Kreatif Kembang Melati, pengakuan ini terbukti dalam ajang UKM Kreatif Award tahun 2012 yang menobatkan keset besutan Anik dan kawan kawan sebagai produk terbaik. Namun ada juga pengalaman Anik yang sangat mendebarkan saat ia ingin mengajak warga di lokalisasi Dolly menjahit, namun warga lainnya menganggap Anik sebagai provokator untuk penutupan Dolly, tak pelak lagi Anik di keroyok sehingga hampir binasa namun Tuhan masih melindunginya. Pengalaman membahayakan di lokalisasi Dolly tak lantas Anik patah arang , ia malah semakin termotivasi untuk memberdayakan potensi orang lain meski orang tersebut adalah mantan PSK sekalipun, luar biasa memang.
Rumah Kreatif Kembang Melati tak melulu memproduksi keset, kini bisnis katering pun di garap untuk para lansia yang tinggal di Liponsos Surabaya, supla katering mulai terlaksana pada Oktober 2014, tak kurang paket 162 makanan di siapkan setiap hari. Rumah Kreatif Kembang Melati yang di pimpin Anik juga mulai membuat aneka kue kering dan permen. Terbukti bila mantan PSK dan mucikari di bina dengan cinta dan kasih sayang, mereka tumbuh sebagai perempuan tangguh sebagai pelaku wira usaha, karena mereka pun hanya manusia biasa.
Tidak Lulus SD, Bisa Apa sih?
Banyak orang silau dengan gelar yang bererot alias berantai di depan dan belakang nama, mengagungkan gelar yang di dapat sampai sampai harus mencantumkan seluruh gelar yang ada dalam kartu undangan, tak salah sih namun penting banget ya? Namun bila ada orang yang tak lulus sekolah bahkan ‘cuma’ Sekolah Dasar maka tatapan sinis pun terpatri, masih ingat tentang pengangkatan Susi Pudjiastuti sebagai menteri Kelautan dan Perikanan, cibiran datang karena ibu Susi Pudjiastuti hanya mengenyam pendidikan SMP.
Namun kiprah menteri Susi banyak di apresiasi karena kinerjanya. Begitu pun kita ‘dipaksa’ belajar dari kenyataan bahwa di buku Hidup yang Lebih Berarti di halaman 117, kita menemukan kisah mutiara yang di tulis kompasianer Isroi dengan judul yang menghentak nalar dan mengagetkan kita semua, tulisan itu berjudul Dominggus Nones: Tidak Lulus SD Koordinasi 3.505 Petani dengan Omzet 31,5 M
Gile loe Ndroo! 31 miliar tuh uang semua, bukan daun khan? Lha iya lah duit bro duit, meski tak lulus SD namun Oom Dominggus dengan kegigihannya budi daya pala organik di desa Dokulamo, Kecamatan Galela Barat,Kabupaten Halmahera Utara telah meraup keuntungan yang fantastis bersama kelompok tani Tarakani, harga biji pala organik yang relatif stabil sehingga menguntungkan para petani pala dan nilai jualnya pun sangat kompetitif sehingga banyak petani merasa di untungkan.
Oom Mingguss biasa Dominggus Nones di sebut, menanam pala secar organik tanpa menggunakan pupuk kimia, pala di tanam dan di biarkan tumbuh dengan sendirinya, datang ke kebun di saat panen dengan memetik pala yang matang pohon atau biji pala berjatuhan dan setelah itu di jemur, Om Dominggus mengambil bijinya dan buah palanya membusuk dan menjadi kompos alami yang menyuburkan tanaman. Dari usaha pala organik inilah Oom Minggus dan kelompok tani Tarakani mampu meraih omzet dengan angka miliaran, jadi siapa bilang bahwa seseorang yang tak lulus SD tak bisa apa apa, angkat top untuk Oom Minggus nih.
BTPN Mempersiapkan Generasi Emas Wira Usaha Nusantara