Dalam pelukan gulita yang melarikan sejumput sinar
Terdengar lamat lamat suara orang mengaji
Kokok ayam pun menemani pagi hari yang akan menyapa
Dingin dalam diam si embun pagi
Setetes air dalam bintik bening rerumputan
Tak kuasa ia berpaling dalam tugas harian
Embun setia menemani pagi dalam kumparan waktu
Cahaya dari pantulan mentari akan terjejak
Lalu menguap dan embun pagi pun hilang
Masih terasa dinginnya embun pagi
Namun ia menghilang entah kemana
Berganti kembali nanti pagi di hari yang lain
Seperti itu pula perjalanan manusia
Dari tiada lalu ada dan kembali tiada
Tanpa harus bertanya kenapa
Siklus embun pagi akan terus berotasi
Dalam diam dan dinginnya embun pagi
Ada pelajaran berharga tentang sebuah kehidupan
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H