Hati Sarwadi semakin kelam saat ia mendengar Kartini akan di pinang oleh bupati Rembang yang telah beristri tiga, Sarwadi yakin sebenarnya Kartini pun tak menginginkan perjodohan yang telah di tentukan orang tuanya, menjelang hari pernikahan Kartini, Sarwadi berterus terang bahwa ia mencintai puteri ningrat anak dari bupati Jepara.
Namun Kartini memilih untuk di peristeri oleh bupati Rembang meski ia merelakan dirinya di poligami, hati Sarwadi semakin hancur dan ia pun memutuskan berhenti jadi tukang pos dan juga pergi ke luar Jepara bersama Ningrum dan memilih menjadi nelayan. Setelah menenangkan diri, Sarwadi menjalani hidup barunya yang jauh dari mimpi untuk memiliki hati Kartini. Setelah beberapa lama kemudian terbersit keinginan Sarwadi untuk bertemu Kartini di Rembang, namun saat ia tiba di Rembang, lelayon duka yang ia dapatkan, Kartini meninggal dunia setelah melahirkan anak pertamanya, di desa Bulu, Rembang akhirnya Kartini menghadap Illahi, Sarwadi pun menangis tergugu di pusara orang yang di cintainya.
Skenario Ciamik, Saat Kartini Berwajah Humanis Nan Lentur
[caption caption="Donny Damara dan Christabelle si pemeran Nigrum, usai nobar Surat Cinta Untuk Kartini (dokpri)"]
Film Surat Cinta Untuk Kartini, menggambarkan sisi humanisme Kartini, tukang pos bisa berinteraksi secara intens, dan Kartini mampu melahirkan wajah yang lebih membumi di film ini, seolah garis feodalisme ternafikan, untuk sebuah film yang berlatar sejarah, skenario filmnya cukup ciamik, karakter Kartini seolah hidup dan ini menjadi kekuatan film yang berdurasi hampir dua jam.
Skenario yang di tulis Vera Varidia, menggambarkan Kartini meski dengan kegundahannya terus mencoba mendobrak pakem adat yang berlaku, sesekali dialog dialog di film ini mengandung pesan moral. Selain kekuatan skenario film, peran sutradara yang mengarahkan pemainnya begitu pas, Chicco bermain lugas sebagai Sarwadi yang’mabuk kepayang’ kepada Kartini, pemain debutan yang menjadi bintang utama yakni Rania Putri Sari yang bermain natural sebagai Kartini, salut untuk sutradara Azhar’Kinoi’Lubis.
Siapkan Sapu Tangan Untuk Tanggal 21 April 2016
[caption caption="Penulis dan juga kompasianer lainnya siap nonton dong (dokpri)"]
Menurut penulis, adegan yang mengharukan adalah saat Kartini meminta membatalkan perkawinan, dengan berlinang air mata Kartini berucap” Batalkan perkawinan ini, karena perkawinan ini akan membawa penderitaan!”
Dialognya epik banget, di antara kepasrahan dan ketidakberdayaan, namun pada akhirnya Kartini menerima perkawinan dengan bupati Rembang dengan beberapa syarat, tidak ada mempelai wanita mencium kaki suami, Kartini boleh mendirikan tempat mengajar bagi kalangan pribumi khususnya kaum wanita.
Event yang juga mengharukan saat Kartini menyuruh ibunya yakni Ngasirah(Ayu Dyah Pasha)untuk duduk sejajar dengan dirinya dan juga ibu tiri kartini yang menjadi istri utama bupati Jepara, dan Kartini menginginkan panggilan Ibu untuk wanita yang melahirkannya, bukan sebutan lain meski Ngasirah bukanlah istri utama bupati, tapi ia adalah ibu bagi Kartini, dan permintaan Kartini kepada romonya adalah ibu Ngasirah berhak mendapatkan kamar yang lebih layak.
Dan satu hal yang keren menurut penulis saat Kartini berbicara dengan Sarwadi di sebuah tepi sungai di mana ia dan kedua adiknya melakukan pengajaran kepada anak anak pribumi, kalimat ikonik yang masih teringat adalah kutipan pembicaraan yang berbunyi “ Kita tidak bisa mengubah asal kita. Tapi kita bisa mengubah cara berpikir kita.”
Adegan adegan dari film Surat Cinta Untuk Kartini terlihat natural dan ini menjadi kekuatan film besutan Azhar Lubis. Bagi perempuan yang nanti nonton tanggal 21 April 2016, siap siap saja dengan sapu tangan atau tissue karena ada beberapa bagian film ini mengharukan. Meski ada balutan kegundahan, film ini tidaklah muram, kita bisa menikmati pemandangan pantai dan juga sungai yang mengalirkan air jernih, di tepian sungai itulah Kartini, Roekmini dan Kardinah melakukan upaya mulia mencerdaskan perempuan Jawa, belajar agar menjadi pandai.
Untuk para perempuan, penulis sarankan untuk menonton film Surat Cinta Untuk Kartini, sebuah film yang membuat kita tercerahkan, emansipasi wanita yang di pelopori oleh Kartini merupakan angin segar bagi perempuan untuk hidup setara dengan kaum pria, terima kasih MNC Picture, nuhun pisan untuk Kompasiana yang telah memberikan kesempatan untuk menonton film Surat Cinta Untuk Kartini. Maju terus film Indonesia, jadikan tuan rumah di negeri sendiri!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H