[caption id="attachment_377592" align="aligncenter" width="540" caption="Saliman, teman saya yang banyak menginspirasi kehidupan(dok pribadi)"][/caption]
Ada banyak inspirasi dan salah satunya adalah rekan kerja saya di sebuah gudang retail, orangnya biasa saja, dengan postur kecil, namun jangan menganggap remeh posturnya, dari banyak buruh yang saya kenal, dia adalah orang yang paling berani menerima tantangan, apapun itu pasti ia akan menjajalnya, pernah berjualan balon, mainan anak hingga menjajakan tas kresek di pasar, kuli panggul serta kerja serabutan di proyek pembangunan gedung pencakar langit, semua di lakukan dan peluang menghasilkan uang dengan hasil halal, walau mungkin gengsi sepertinya akan menjadi taruhannya.
Gerak cepatnya terkadang membuat orang orang yang mengenalnya akan geleng geleng kepala, kegigihannya untuk terus bertahan dalam sengitnya persaingan hidup, membuat saya terkadang malu pada diri sendiri, disaat saya mungkin terlelap dalam pelukan bantal, ia masih berada di rumah orang yang meminta jasanya untuk dipijit, maklum Saliman adalah terapis, ahli pijat yang uniknya ia tak mematok harga. Baginya bahwa rezeki memang ALLAH yang mengatur, seberapa pun tarif yang diberikan, ia tak pernah mengeluh.
Saliman menurut saya adalah manusia pembelajar yang keras kepala, sebelum apa yang dia inginkan belum tercapai maka ia akan dengan sangat gigih untuk belajar dan apapun hasilnya ia tak merasa kapok, proses adalah guru yang terbaik menurutnya, sehingga gagal pun adalah kesempatan yang tertunda untuk meraih sisi lainnya yang bernama keberhasilan.
Dengan upah buruh yang tak bisa dibilang besar, namanya juga upah minimal, dan Saliman menyiasatinya dengan genial, kebetulan di komplek rumahnya yang berada di daerah Setu, peluang bisnis bergerak dengan cepat ia tangkap, dengan percaya diri ia membuka usaha jamu dengan bekal cincin yang merupakan mas kawin untu kistrinya, pertaruhan pun dimulai, akhirnya kedai jamu berdiri di depan rumah kecilnya yang tipe 21 itu.
Selain memijat ia pun dengan dibantu istrinya mengelola kedai jamu, dan sampai saat ini pun kedai jamu masih setia melayani warga disekitar rumahnya, dan dengan kesadaran untuk terus belajar, Saliman pun mulai melirik pelajaran tentang hijamah atau bekam, pengobatan tibbun nabawi, atau pengobatan ala Rasullulah, teknik mengeluarkan darah kotor atau bekam ia pelajari dengan sungguh sungguh. Akhirnya usaha keras berbuah manis, selain sebagai seorang terapis pijat, bro Saliman ini kini mempunyai keahlian untuk melakukan bekam.
Inilah peluang yang cepat ia tangkap, selain melestarikan pengobatan nabi dan bagaimanapun harus tetap di jaga, sisi finansial pun mampu didapatkan, untuk terapi bekam yang memang memerlukan peralatan, bro Saliman lagi lagi tak mematok harga, karena menurutnya pengobatan ala nabi ini tak semestinya di komersilkan secara berlebih, namun dengan hal itu malah pasien banyak berobat kepadanya, justru ia mendapatkan hasil yang memuaskan dengan pengobatan bekamnya.
Walau sering berada di luar rumah karena pekerjaannya sebagai buruh, ahli terapi pijat serta kemampuan untuk membekam, Saliman terkadang sering pulang larut malam, namun bukan berarti kegiatan sosial di tempat tinggalnya luput, di sela waktu liburannya ia masih tetap berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Saat saya bertandang ke rumahnya di satu kesempatan di hari libur, ia dengan wajah sumringah masih memimpin tetangga tetangga untuk mengangkat tumpukan lumpur di selokan dan mengangkutnya ke dalam karung, untuk antisipasi musim penghujan katanya.
Buruh yang dikenal bagian dari kaum marjinal, dengan upah yang tidaklah tinggi, membuat Saliman bergerak cepat mengetuk pintu rezeki, dan kini usahanya mulai terlihat ke arah grafik membaik, Saliman kini sering dipanggil untuk menterapi pasiennya, beberapa diantara yang pernah diterapi pijat adalah Ir H Said Iqbal, ya beliau adalah presiden dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia atau KSPI, ada juga Sekjend KSPI yaitu Muhammad Rusdi yang pernah mendapatkan service terapi pijat dari teman saya Saliman.
Pengalaman masa kecilnya yang tidaklah terlalu manis, membuat Saliman tumbuh menjadi sosok yang tangguh, ia merelakan tidak melanjutkan pendidikan SMP ke jenjang SMA hanya karena ia tak ingin melihat kakaknya putus sekolah, dan sebuah keputusan ia ambil, mimpi bersekolah SMA ia kubur dalam dalam, dan dengan kesadaran sendiri ia memutuskan bekerja untuk membiayai sekolah kakaknya, itulah yang dilakukan Saliman kecil saat itu, keputusan yang berani dan mengorbankan kesempatan dirinya untuk bersekolah setingkat SMA.
Kesederhanaan dalam bersikap, namun mempunyai kekuatan terukur untuk mencapai mimpi mimpinya, itulah yang ada dalam diri Saliman, kegigihannya mungkin biasa biasa saja, bukan tindakan heroik untuk pencitraan, buruh memang harus terus berjuang, dan buruh pun inginkan sejahteranya hidup, berbagai hal di coba Saliman dan itu menurut saya luar biasa, kalau saya mungkin akan merasa menangis saat harus menjajakan balon dengan mengayuh sepeda onthel berkeliling, menawarkan barang dagangan di gang gang sempit, namun itu dilakukan biasa saja oleh Saliman, luar biasa.
Inspirasi tidak harus muncul dari orang orang yang dianggap hebat oleh orang orang lain, pada kenyataannya orang orang hebat itu sejatinya sama saja sama dengan kita, mereka mempunyai jatah waktu yang sama dengan kita, punya 24 jam dalam sehari, punya 60 menit dalam satu jam, punya hari yang sama dengan kita kita, yang membedakannya dengan kita adalah, mereka bekerja dengan sangat keras meluangkan waktu yang mempunyai jatah yang sama di setiap insan yang hidup di dunia.
Seorang pahlawan yang dihargai oleh seluruh negeri, berawal dari insan yang mampu memanfaatkan waktu dengan seoptimal mungkin. Tak mungkin Indonesia merdeka jika para bapak pendahulu bangsa atau founding father kita seperti Soekarno, Hatta, Syahrir adalah pemuda yang bermalas malasan berpikir, tidak memainkan strategi brilian, mungkin sampai tahun jebot pun Indonesia tak akan merdeka. Mereka adalah sosok pendobrak yang revolusioner yang gerak lebih cepat sehingga Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.
Di kontek kekinian saya cenderung melihat sosok yang gerak lebih cepat ada di diri teman saya yaitu Saliman, seorang yang biasa biasa saja, tak ada titel yang mentereng dan bahkan pendidikannya pun hanya SMP namun semangatnya untuk bergerak lebih cepat telah membuat saya terinspirasi untuk menuliskan ini, tak mudah memang untuk seperti itu, karena sejuurnya disana ada kerja keras dan kerja cerdas.
Beruntung saya bisa mengenal Saliman, kerja kerasnya dan menangkap apapun peluang yang bisa untuk mempertahankan hidup, walau tak harus dengan menyikut rezeki orang lain, telah membuat saya tersadar, saya harus berbuat sesuatu agar bisa minimal bertahan ditengah pergulatan hidup yang terus menghimpit, inspirasi memang datang dimana saja kapan saja, dan tak jauh orang itu yang menjadi sumber inspirasi saya, ya dialah Saliman yang telah banyak memberi pelajaran yang begitu sangat berharga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H