Semangat para Kartini masa kini tetap membara, walaupun ditengah pandemi, jiwa sosialnya tetap membara. Untuk lepas dari pandemi Covid-19 butuh kerjasama dan sama-sama bekerja dari semua lapisan masyarakat. Sejak negeri ini dilanda virus yang pertama kali ditemukan di Kota Wuhan China, masyarakat bahu membahu memutus mata rantai penyebarannya.Â
Dari sosialisasi, pembuatan posko, penyemprotan ketempat ibadah, tempat umum, jalan, gang dan rumah warga, pendataan Orang Dalam Pemantauan (ODP), pengadaan Alat Pelindung Diri (APD), dan pembuatan masker. Semua itu tak lepas juga dari peran para Kartini Desa.
Mereka menyuarakan agar masyarakat melakukan Social/Physical Distancing, membatasi diri dalam bergaul, jaga jarak aman, pakai masker dan cuci tangan pakai sabun.Â
Para Kartini tidak mau ketinggalan dengan kaum Adam dalam berpartisipasi di masyarakat. Di desa kami memang para Kartini tidak dilibatkan di posko-posko penjagaan tapi para Kartini jalan lebih dulu mendata ke masyarakat bagi ODP sebelum posko didirikan. Mereka seakan tak kenal lelah dalam memberikan rasa nyaman bagi warga lainnya, walaupun dia sendiri dalam kegalauan.
Terus menyuarakan baik di media sosial seperti Facebook, WAG dan sebagainya, selain di medsos mereka juga sosialisasi di kelompok masyarakat lainnya.Â
Perjuangan para Kartini tidak kenal lelah, walaupun kadang tidak terlihat oleh masyarakat tapi mereka tak peduli. Pembuatan posko-posko penjagaan juga tak lepas dari peran mereka, mereka membantu dengan mensuplai makanan untuk para pria yang bekerja membuat posko.
Tidak berhenti sampai disitu para Kartini Desa terus bergerak dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19, seperti ikut menyiapkan perlengkapan saat akan diadakan penyemprotan di tempat ibadah dan umum, mereka ikut meracik takaran disinfektan yang dibuat sendiri. Benar-benar jasa para Kartini tidak bisa digambarkan, saking banyaknya.
Sampai pada waktunya pemerintah mengumumkan pemakaian masker untuk semua, baik yang sakit maupun yang sehat saat keluar rumah. Mereka siap menjadi pembuat masker untuk masyarakat, walaupun dengan pengetahuan menjahit yang tidak jauh dari kata ahli.Â
Tapi semangat mengalahkan segalanya, dengan pengalaman seadanya yang hanya berbekal pelatihan 2 hari diwaktu yang lalu, membuat para Kartini memberanikan diri untuk membuat masker.
Alhamdulillah desa kami ada peralatan menjahit bantuan dari pemerintah dulu, para Kartini dengan telatennya memotong, membuat sketsa dan menjahit.Â
Yang bisa motong ya tugasnya memotong, yang bisa membuat sketsa tugasnya bikin sketsa, begitu juga yang bisa menjahit, dan yang tidak bisa apa-apa juga tetap berpartisipasi. Yang awan menjahit dan memotong tugasnya mengumpulkan hasil jahitan dan membantu memberikan bahan untuk dijahit.
Para Kartini itu saling bantu membantu demi terciptanya masker untuk semua warga. Kira-kira sampai 10 hari mereka tak kenal lelahdemi sebuah masker. Setelah masker selesai dibikin, masker pun disetrika atau dihaluskan serta dirapikan, agar saat dibagi masker sudah siap pakai. Sampai akhirnya 6000 masker tercipta untuk warga.
Tiba saatnya waktu pembagian masker kepada masyarakat, momen sangat pas sekali yaitu di Hari Kartini, tanggal 21 April 2020. Dari tangan para Kartini Desa terciptalah sebuah karya untuk sesama, karya yang diciptakan dengan cucuran keringat dan keikhlasan. Semoga dengan keikhlasan dari para Kartini, masyarakat terhindar dari virus Corona.Â
Tetap semangat demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Terimakasih para Kartini, keikhlasan mu membuat nyaman kami semua. Tetaplah berkarya untuk negeri dan sesama, jasamu akan ku kenang.
KBC-04
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H