Mohon tunggu...
Topaz Aditia
Topaz Aditia Mohon Tunggu... Musisi - Bohemian Thinker

Pemetik Dawai Dawai Lucu | Petualang Roda Dua | Peselancar Literatur | Arsenal FC

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kecup Sayang Untuk Medalimu

24 Oktober 2022   15:56 Diperbarui: 24 Oktober 2022   20:57 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber foto: Tokopedia)

Sabtu siang itu di sebuah rumah minimalis di kawasan Karawaci.

"Ayah, besok aku ikut event lari marathon di Senayan" ucap sang anak kepada ayahnya yang sedang duduk di sofa memangku laptopnya.

"Oh ya? Kondisi cuaca sedang tak menentu belakangan hari ini. Kamu yakin fisikmu kuat?" tanya sang ayah.

"Kuat dong. Aku kan masih muda... hehehe" ucap sang anak sambil tertawa kecil.

"Kalau gitu hari ini istirahat. Supaya besok fisikmu lebih prima" kata sang ayah.

"Iya. Aku hari ini di rumah saja kok." jawab sang anak.

"Berusahalah keras untuk jadi pemenang. Jangan cepat menyerah" ucap sang ayah.

"Sulit ayah. Pesertanya ribuan. Pastinya di antara mereka ada atlet-atlet berpengalaman" kata sang anak.

"Kalo gitu kenapa kamu ikut bila sudah tahu batas kemampuanmu sendiri?" tanya sang ayah.

"....yaaa, karena aku pengen ikut aja ayah" jawab sang anak.

"I see..." ujar sang ayah.

"Berjanjilah satu hal untuk ayah" kata sang ayah.

"Apa itu?" tanya sang anak.

"Jangan kamu bawa pulang medalimu ketika kamu kalah" ucap sang ayah.

"Lho kenapa, ayah?... itu kan tanda keikutsertaanku?" kata sang anak.

"Karena yang akan kamu bawa pulang adalah simbol kekalahan" ujar sang ayah

"Hah?"
Sang anak terkejut dengan jawaban sang ayah.

"Begitupula dengan semua medali yang kamu pajang di dinding kamar. Ayah tak habis pikir, bagaimana bisa kamu begitu bangga dengan simbol kekalahan dirimu sendiri?" ucap sang ayah.

"Jaman ayah dulu yang ikutan kompetisi adalah para pejuang. Di ujung garis finish hanya ada pemenang dan pecundang. Bukan kolektor medali" ujarnya lagi.

"Ta-tapi yah......"
Sang anak kehabisan kata-kata.

"Tak semua hal di hidupmu harus menjadi bahan konten" lanjutnya sambil tersenyum. 


"Sudah sana, masuk kamar. Istirahat yang cukup. Supaya besok fisikmu lebih prima. Kan kamu masih muda... kata sang ayah sambil menutup laptopnya.

* * * 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun