Mohon tunggu...
Muhammad Taufan
Muhammad Taufan Mohon Tunggu... Penulis - -

-

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Solusi Transportasi Ekonomi dan Berkelanjutan di Tengah Tantangan Ekonomi untuk KRL

30 September 2024   16:45 Diperbarui: 30 September 2024   16:52 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk dapat menjalani kehidupan sehari-hari yang lebih nyaman maka seseorang perlu memenuhi berbagai macam kebutuhan yang telah dikelompokan berdasarkan tingkat kepentingannya. Kebutuhan primer mencakup akan hal-hal dasar dalam memenuhi kebutuhan hidup seperti makanan, air, tempat tinggal, sampai pakaian. Kebutuhan primer tersebut sangat penting dan tidak bisa ditunda-tunda bagi seseorang untuk bertahan hidup dan nyaman menjalani kehidupan sehari-hari. Ketika sudah terpenuhi akan kebutuhan primer maka harus mulai memenuhi kebutuhan lainnya seperti kebutuhan sekunder.

Secara arti dapat dikatakan bahwa kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan yang berkontribusi kepada peningkatan kualitas hidup seseorang menjadi lebih baik. Dengan telah terpenuhi kedua kebutuhan tersebut maka selanjutnya akan menginginkan kebutuhan tersier. Secara arti menurut penulis kebutuhan tersier merupakan hal-hal yang bersifat luxuries seperti perjalanan, barang mewah, sampai hobi tertentu. 

Contoh jelasnya dapat dikatakan akan kepemilikan mobil pribadi atau gadget terbaru. Melalui contoh tersebut tentunya seseorang tidak hanya akan memberikan kenyamanan saja tetapi juga mampu meningkatkan status sosial seseorang.

Dalam memenuhi kebutuhan baik itu primer, sekunder, sampai tersier sering kali masyarakat yang ada hanya bergantung pada satu sumber dari active income. Hanya dengan mengandalkan satu aliran pendapatan membuat resiko ketidakstabilan finansial menjadi semakin tinggi apalagi saat terjadi situasi yang tidak terduga seperti pemutusan hubungan kerja atau krisis ekonomi. Adanya keterbatasan yang sangat sulit untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan sehari-hari dengan keinginan untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier dalam meningkatkan kualitas hidup dan status sosial.

Selain terdapat resiko ketidakstabilan finansial yang dikarenakan satu sumber penghasilan juga menghadapi tantangan lain berupa inflasi. Di Indonesia sendiri data inflasi pada tahun 2023 tercatat cukup stabil dan terkendali pada rentang 3%±1. Secara spesifik angkanya mencapai 2,61% yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya tetapi dampaknya sangat signifikan terhadap daya beli masyarakat. Angka inflasi tersebut mampu menaikan harga barang dan jasa yang secara perlahan-lahan sampai menggerogoti penghasilan yang terbatas dari masyarakat Indonesia.


Tidak hanya inflasi tantangan lain yang menggerogoti satu sumber penghasilan masyarakat berupa Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PPN merupakan pajak yang dikenakan pada setiap transaksi jual beli barang dan jasa yang dari waktu ke waktu mengalami kenaikan. Diawal-awal PPN berada di angka 10% berubah menjadi 11% sejak 1 April 2022. 

Namun kini PPN kembali direncanakan mengalami kenaikan mencapai 12% pada tahun 2025. Kenaikan PPN ini tentunya membuat masyarakat mengalami beban yang cukup berat menjadi makin berat. Belum lagi dibeberapa tahun kebelakang masyarakat masih melakukan pemulihan ekonomi pascapandemik Covid-19 yang cukup mengemparkan.

Maka dari kondisi masyarakat tersebut untuk dapat menjalani kehidupan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan di tengah tekanan dari satu sumber penghasilan dibutuhkan cara untuk menghembat pengeluaran. Dari sekian banyak solusi yang dapat digunakan salah satunya berupa menggunakan transportasi massal seperti KRL sebagai moda transportasi alternatif untuk mobilitas sehari-hari. Penggunaan transportasi massal tidak hanya lebih ekonomis dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi tetapi juga mengurangi kemacetan dan dampak lingkungan. Harga yang ditawarkan oleh moda transportasi KRL juga cukup terjangkau sehingga masyarakat dapat mengalihkan dana ke kebutuhan hidup yang lebih penting seperti kebutuhan primer.

Berdasarkan pengguna setia moda transportasi KRL hal pertama yang ditawarkan berupa kepraktisan dan efesiensi dalam menunjang mobilitas sehari-hari. Setiap kali para pengguna melangkah ke stasiun maka hal pertama yang dirasakan berupa rasa nyaman karena mengetahui KRL dapat mendekatkan diri kepada lokasi tujuan dengan sangat mudah. 

Belum lagi kereta yang digunakan juga cukup bersih dan terawat dengan frekuensi keberangkatan yang tinggi membuat perjalanan menjadi lebih menyenangkan. Para pengguna KRL juga akan dapat menikmati suasana di dalam kereta dengan nyaman karena bertemu beragam orang. Hal tersebut mampu menciptakan momen sosial yang menarik walaupun setiap orang fokus kepada aktivitas masing-masing.

Saat menggunakan KRL juga secara tidak langsung seseorang akan diberikan kesempatan untuk lebih memahami akan betapa pentingnya penggunaan transpormasi massal yang dapat berkontribusi dalam menjaga lingkungan sampai mengurangi polusi udara. Bahkan dari sisi finansial para pengguna KRL juga akan mampu mengehembat pengeluaran sampai waktu maupun energi terhemat. 

Para pengguna juga tidak perlu lagi merasakan pusing tujuh keliling atas kemacetan di sepanjang perjalanan. Saat berada di dalam kereta juga para pengguna dapat memanfaatkan waktu perjalanan untuk melakukan kegiatan yang produktif. Salah satu contohnya seperti merencanakan aktivitas harian atau sekedar menikmati musik. Pada akhirnya membuat KRL menjadi sebuah pilihan yang sangat relevan untuk mobilitas kehidupan sehari-hari di tengah tantangan ekonomi yang dihadapi masyarakat.

Dari semua yang telah dipaparkan menurut penulis salah satu keuntungan signifikan saat menggunakan KRL berupa biaya tiket yang ekonomis bagi masyarakat. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 354 tahun 2020 yang memaparkan bahwa tarif KRL yaitu Rp 3.000 untuk 25 kilometer pertama dan penambahan Rp 1.000 untuk setiap 10 kilometer berikutnya. Sehingga secara contoh untuk perjalanan dari Bekasi ke Tanah Abang dikenai biaya Rp 3.000 atau dari Bekasi ke Bogor hanya dikenai Rp 7.000. 

Untuk dapat menggunakan layanan KRL para penumpang dapt menggunakan Kartu Multi Trip (KMT) yang dijual seharga Rp 30.000 didalamnya terdapat saldo awal Rp 10.000. Harga yang nyaman bagi dompet tersebut menjadikannya sebagai pilihan transporatasi yang nyaman ditengah himpitan ekonomi yang semakin menyiksa.

Harga tiket yang terjangkau tidak terlepas dari dukungan pemerintah bagi masyarakat melalui subsidi dalam bentuk Public Service Obligation (PSO). Subsidi yang diberikan untuk memastikan tarif KRL tetap terjangkau oleh semua kalangan tanpa memandang latar belakang ekonomi. Subsidi tersebut selaras akan komitmen pemerintah untuk meningkatkan aksesibilitas transportasi massal bagi masyarkat. 

Pada akhirnya akan mampu mengurangi kemacetan yang terjadi karena setiap orang dalam mobilitas menggunakan moda transportasi pribadi. Namun kini kenyamanan dari tiket KRL mulai bagi dompet masyarakat mulai ada sebuah wacana untuk pengubahan skema subsidi tiket KRL menjadi berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK). Alasan perubahan skema subsidi tersebut supaya lebih tepat sasaran kepada golongan masyarakat yang membutuhkan.

Menurut penulis adanya wacana tersebut tidak selaras dengan nilai Pancasila tepatnya pada sila ke-5 yang menekankan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Padahal subsidi yang diberikan secara mereta merupakan cerminan dari semangat gotorng royong dan pemerataan bagi masyarakat. Mengubah skema subsidi menggunakan basisi NIK berpotensi menciptakan ketidakadilan karena hanya kelompok tertentu akan dapat terpinggirkan dari akses transportasi terjangkau yang sangat dibutuhkan. Dengan tetap mempertahankan subsidi yang merata secara tidak langsung juga mendorong seluruh masyarakat untuk menggunakan moda transportasi massal demi menekan kemacetan, kecelakaan lalu lintas, sampai pengurangi polusi udara.

Namun terlalu lama menerapkan subsidi PSO pada moda transportasi seperti KRL rasanya cukup memberatkan pemerintah. Contohnya saja jika biaya satu penumpang dengan jarak 25 kilometer sebesar Rp 20.000 dengan adanya subsidi maka pengguna hanya mengeluarkan Rp 3.000. Artinya pemerintah menanggung Rp 17.000 per penumpang. Sehingga sedikit saja nilai PSO yang dikucurkan mengalami perubahan maka pihak pengelola KRL akan menaikan harga tiket sebagai salau satu cara untuk menutupi operasional. Maka dari itu untuk dapat tidak tergantung pada subsidi PSO serta tidak ada kenaikan harga tiket maka pihak pengelola KRL harus mencari sumber pendapatan tambahan seperti:

Pertama yang dapat dilakukan memodifikasi desain gerbong seperti melebarkan ukuran gerbong atau nenambah jumlah gerbong dalam satu rangkain. Penambahan yang dilakukan secara tidak langsung menambah kapasitas penumpang dalam satu kali perjalanan. Peneparan tersebut secara tidak langsung mampu mendongkrak pejualan tiket dan menekan biaya operasional dalam satu kali perjalanan yang dilakukan.

Sumber: wikipedia.org
Sumber: wikipedia.org

Kedua menambah fungsi stasiun yang tidak hanya melayani keberangkatan dan kedatangan penumpang tetapi juga beragam fasilitas seperti are kuliner, ruang pameran, hingga zona hiburan. Secara nyata dengan ditambahi restoran, kafe, sampai UMKM lokal yang menambah aktivitas di area stasiun. Adanya penambahan tersebut pihak pengelola akan mendapatkan sumber pendapatan baru dari penyewaan lahan atau hal lainnya.

Ketiga berupa menambah ruang iklan baik di dalam gerbong maupun di area stasiun. Iklan yang dipasang haruslah ditempat strategos yang dapat dilihat oleh banyak penumpang setiap harinya. Dengan demikian iklan tersebut tidak hanya menjadi promosi yang efektif tetapi sumber pendapatan yang signifikan bagi pengola. Selain itu penempatan iklan yang kreatif dan menarik akan menambah penglaman perjalanan penumpang.

Keempat berupa melakukan kerja sama dengan pihak swasta untuk meluncurkan KMT dengan desain khusus. Dimana kartu tersebut tidak hanya sebagai alat pembayaran untuk KRL tetapi media promosi. Pihak swasata dapat memasukkan branding dan promosi produk ke dalam KMT yang mampu memberikan nilai tambah. Dari hasil desain tersebut pengelola akan mendapatkan pendapatan dari perjualan KMT dengan khusus tersebut.

Sedangkan langkah tambahan yang dapat dilakukan oleh pengelola KRL berupa pengembangan aplikasi mobile. Adanya aplikasi tersebut akan mampu memudahkan pengguna dalam memantau jadwal sampai pembelian tiket. Kemudahan tersebut harus mampu disisipkan iklan didalamnya tanpa menganggu tampilan aplikasi. Supaya pihak pengguna tidak merasa risih atas iklan yang dihasilkan tentunya setiap tampilan iklan yang diliat akan dapat dikonversikan menjadi diskon untuk pembelian tiket KRL.

Dengan mendapatkan sumber pendapatan tambahan yang beragam akan dapat mampu menekan biaya subsidi PSO dari pemerintah. Selain itu juga akan dapat mampu menghilangkan akan kemungkinan kenaikan harga tiket yang selalu menghantui masyarakat. Pendapatan tambahan yang didapatkan juga jika berlebih akan dapat mampu menutupi biaya operasional sampai perbaikan dari KRL. Sehingga pihak pengelola tidak perlu harus membebani penumpang akan kenaikan tiket untuk menutupi biaya tersebut. Jika hasil hitungan akutansi pendapatan lainnya dalam kondisi bagus maka dapat pula dilakukan subsidi penjualan tiket KRL agar lebih nyaman bagi dompet masyarakat. Ketika sudah murah maka secar tidak langsung masyarakat akan berbondong-bondong menggunakan KRL sebagai alat transportasi mobilitasnya sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun