Mohon tunggu...
Muhammad Taufan
Muhammad Taufan Mohon Tunggu... Penulis - -

-

Selanjutnya

Tutup

Money

Strategi Efisiensi Maskapai Berbiaya Rendah dalam Meningkatkan Margin untuk Bertahan

29 Februari 2024   23:29 Diperbarui: 4 Maret 2024   21:18 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Bendera_Indonesia

Kedua yaitu dalam bidang marketing menggunakan media sosial akan akun pribadi maskapai penerbangan. Pemanfaatan media sosial dilakukan untuk memasarkan dalam meningkatkan visibilitas dan keterlibatan pelanggan. Selain itu dilakukan pengganti model tradisional yang biasanya menggunakan selebritis nasional sebagai duta merek kini lebih menggunakan influencer yang memiliki basis pengikut yang kuat dan kredibilitas di bidang tertentu seperti traveling. Dimana peran dari influencer tersebut untuk memberikan ulasan yang jujur dan transparan sebagai pengguna akan layanan yang diterima sehingga akan membangun kepercayaan dan keterhubungan dengan pengguna. Dengan pendekatan tersebut membuat pengelola maskapai penerbangan dapat memanfaatkan potensi media sosial untuk mencapai target pasar mereka dengan cara yang lebih otentik dan efektif.

Sumber: https://pixabay.com/id/photos/pesawat-terbang-landasan-pacu-4974678/
Sumber: https://pixabay.com/id/photos/pesawat-terbang-landasan-pacu-4974678/

Ketiga berupa pengembangkan program promosi yang menarik ditampilkan pada layar monitor pesawat. Apalagi pengguna dengan waktu perjalanan yang cukup lama dapat dimanfaatkan sebagai layanan promosi akan sebuah produk. Dimana program promosi dapat menyajikan infomrasi yang relevan dan menarik bagi pengguna seperti penyewaan mobil, hotel, tempat wisata, restoran, dan masih banyak lagi. Tentunya tampilan promosi haruslah menarik dan interaktif sehingga penumpang dapat diberi informasi tentang penawaran khusus, diskon, atau paket promo yang tersedia. Sehingga akan dapat meningkatkan kesadaran dan minat untuk menggunakan layanan atau produk yang dipromosikan. Adanya promosi yang dilakukan akan menjadi masukan baru bagi pengelola maskapai penerbangan dalam menerima tambahan.

Keempat yaitu memaksimalkan jarak antar tempat duduk menjadi lebih rapat. Secara umum biasanya jarak antar tempat duduk (pitch) biasanya berada diangka 28-32 inchi untuk kelas ekonomi padahal secara standar jaraknya berad diantara 30-34 inchi. Dengan mengurangi jarak antar jarak tersebut akan dapat mampu meningkatkan kapasitas pesawat kurang lebih 10-15% yang tergandung dari kabin dan jenis pesawat yang digunakan. Contohnya pesawat narrow-body seperti Boeing 737 atau Airbus A320 yang biasanya dapat mengangkut sekitar 150-200 penumpang dalam konfigurasi standar akan dapat meningkatkan kapasitasnya menjadi 170-230 penumpang dengan penyesuaian jarak antar tempat duduk yang lebih rapat. Meskipun peningkatan kapasitas tersebut dapat membantu meningkatkan pendapatan bagi maskapai namun hal ini juga dapat berdampak pada kenyamanan penumpang. Maka dari itu penerapan point ketiga ini untuk jarak penerbangan yang relatif pendek agar tetap nyaman bagi penumpang.

Kelima yaitu untuk menekan biaya pembelian pesawat bagi pengelola maskapai dengan menerapkan strategi berupa pembelian pesawat bekas yang masih dalam kondisi baik. Secara contoh jenis pewasawat bekas dari Boeing 737-800 pasti akan miring dibandingkan dalam kondisi baru. Apalagi umur layan pada pesawat berada di angka 20-30 tahun. Maka pembelian pesawat bekas dengan jenjang tahun 15 tahun keatas agar dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam operasional sebelum akhirnya dinyatakan berbahaya untuk digunakan.

Keenam berupa selektif dalam pemilihan jenis pesawat yang konsumsi bahan bakar rendah. Contoh jenis pesawat Airbus Airbus A320neo dan Boeing 737 MAX yang merupakan pesawat populer dengan kinerja baik. Nyatanya dari dua jenis pesawat tersebut untuk jenis pesawat Airbus A320neo dikenal memiliki konsumsi bahan bakar yang lebih rendah daripada Boeing 737 MAX. Hal ini disebabkan oleh desain aerodinamis yang lebih modern, mesin yang lebih efisien, dan teknologi winglet yang disematkan pada Airbus A320neo. Dengan meninjau segi efesiensi akan bahan bakar maka pengelola pesawat akan memilih Airbus A320neo untuk maskapai penerbangan jangka panjang.

Sumber: https://pixabay.com/id/photos/bandara-pesawat-terbang-1105980/
Sumber: https://pixabay.com/id/photos/bandara-pesawat-terbang-1105980/

Ketujuh yaitu dalam menekan biaya pemeliharaan dan perawatan pada komponen dapat mengadopsi strategi efisien. Sebagai contoh pada pesawat Boeing 737 yang merupakan pesawat banyak digunakan dalam industri penerbangan maka strategi efisien yang dilakukan memprioritaskan pemiliharaan preventif secara terjadwal. Hal tersebut dilakukan pula monitor kondisi pesawat secara teratur agar dapat mengidentifikasi masalah kecil sebelum berkembang menjadi serius dan besar. Selain itu dilakukan juga pembelian komponen atas pemeliharaan dan perawatan kepada pihak yang memberikan jaminan garansi yang panjang agar dapat diklaim ketika terjadi kerusakan.

Kedelapan yaitu penggunaan hanggar yang dibagi kedalam beberapa maskapai penerbangan. Biaya hangar memang tergantung dengan lokasi hanggar, ukuran pesawat, dan layanan yang disediakan oleh hanggar. Dengan faktor tersebut dapat menyebabkan biaya hanggar menjadi lebih tinggi lagi bagi dompet pengelola maskapai. Menggunakan satu hanggar yang digunakan berbagai maskapai akan menekan biaya menjadi lebih rendah. Dengan demikian penggunaan hanggar yang dibagi dapat menghasilkan penghematan yang signifikan bagi maskapai penerbangan dalam jangka panjang.

Pada dasarnya ada banyak sekali cara yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola maskapai untuk meningkatkan keuntungan di kondisi biaya rendah salah satunya dipaparkan diatas. Dengan pertumbuhan dan pengembangan yang berkelanjutan maka maskapai berbiaya rendah di pasar aviasi Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain kunci dalam menyediakan layanan udara untuk transportasi antar pulau di Indonesia. Dengan memanfaatkan model bisnis yang efisien dan biaya operasional yang rendah maka maskapai penerbangan akan dapat menawarkan lebih banyak rute dan frekuensi penerbangan antar pulau yang mungkin sebelumnya tidak terjangkau oleh jalur laut dan udara. Hal ini tidak hanya akan memperluas aksesibilitas bagi masyarakat Indonesia tetapi juga akan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan pariwisata di berbagai wilayah di seluruh kepulauan. Dengan demikian maka maskapai berbiaya rendah dapat menjadi motor penggerak untuk meningkatkan konektivitas antar pulau di Indonesia yang akan membuka lebih banyak peluang bagi pengembangan regional dan meningkatkan mobilitas penduduk serta pariwisata di negara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun