Untuk meyakinkan masyarakat maka kepala desa berkata "Lagipun saya rada kasihan kepada Tarmin". Lanjut kepada desa "Apalagi ia sudah gagal beberapa kali mengikuti seleksi PNS sedangkan teman sebanyanya sudah lulus dan diangkat".
Kepada desa juga memaparkan bahwa Tarmin seperti satu-satunya orang yang tidak pernah merasakan kebahagiaan karena selalu mengurung diri didalam rumah semenjak gagal dalam seleksi PNS. Hasilnya membuat masyarakat desa memberikan waktu kepada Tarmin atas bujukan kepala desa.
***
Dikarenakan dirumah tidak ada siapa-siapa kecuali dirinya dan kebutuhan pokok sedang menipis membuat Tarmin harus pergi ke warung desanya. Saat berada di warung desa yang dipenuhi oleh warga desa Tarmin mendengar pembicaraan yang mengejutkan. Beberapa orang dewasa berpendapat bahwa Tarmin menggunakan cara "babi ngepet" untuk mendapatkan uang. Hal tersebut muncul karena Tarmin tidak pernah terlihat keluar rumah seperti kebanyakan masyarakat tetapi masih bisa membeli kebutuhan yang berlebih.
Mendengar tersebut Tarmin merasa terpukul dan ingin memberikan penjelasan kepada mereka. Tetapi ia menyadari bahwa semua masyarakat desa belum bisa menerima dan gagasa baru dengan mudah. Ia memilih untuk tetap fokus pada pekerjaan dan berusaha untuk membuktikan bahwa ia bisa mencapai kesuksesan dengan cara yang berbeda.
***
Setelah selesai menyelesaikan proyeknya Tarmin keluar rumah untuk menghirup udara segar di sekitar desa. Namun saat melewati gang kecil ia merasa sedang diawasi oleh mata-mata yang memandanginya. Tidak hanya itu ia juga mendengar beberapa kali bisikan dan gelak tawa dari sekelompok orang di warung kopi desa. Mereka mengejek Tarmin karena dianggap "aneh" dan "tidak sesuai normal desa". Pada saat itu pula Tarmin mencoba menjelaskan pekerjaan sebagai freelance merupakan cara halal untuk mencari nafkah walaupun tanpa adanya label PNS.
Tetapi pada akhirnya Tarmin merasa terpinggirkan dan kesepian di tengah-tengah masyarakat yang seharusnya menjadi tempat aman bagi dirinya. Ditengah perasaan kecewa tersebut membuat Tarmin tidak melihat sekeliling. Setiap langkah menghandarkan Tarmin ke tepi sungai yang curam. Dalam ketidakstabilan emosionalnya Tarmin tidak menyadari betapa dekatnya dengan tepi sungai. Tanpa sengaja Tarmin terpeleset dan terjatuh ke dalam air yang deras. Sungai yang tenang tersebut kini menjadi saksi bisu akan kejadian tragis yang dialami oleh Tarmin tanpa masyarakat desa mengetahuinya.
Keesokan harinya ada salah satu warga desa yang melihat kondisi Tarmin yang menyebar kabar tersebut di antara masyarakat desa. Masyarakat desa yang sebelumnya terlibat dalam ejekan sadar bahwa kegiatan yang dilakukan berdampak tragis. Dalam perasaan menyesal warga desa berkumpul di tepi sungai melihat kondisi Tarmin lemah di tepi air. Sungguh pemandangan yang mengenaskan. Warga pun langsung memberikan pertolongan pertama untuk menyelamatkan Tarmin dari sungai.
Ibu Tarmin di seberang pulau mendengar kabar tersebut langsung ke desa Tarmin tinggal. Saat sampai dilokasi ia langsung menjelaskan kepada masyarakat pekerjaan Tarmin sebagai freelance dengan mudah dipahami oleh masyarakat. Ibu Tarmin juga berbicara dengan tulus sambil berbagi keberhasilan dan perjuangan anaknya di dunia maya yang belum dipahami oleh masyarakat desa.
Setelah Tarmin mendapatkan pertolongan maka ia berusaha untuk duduk dengan tegak. Meskipun tubuhnya lemas tetapi ia semangat untuk berbicara kepada masyarakat desa. Sambil terbata-bata Tarmin memberikan resolusi untuk mengubah pandangan bahwa sukses tidak hanya melalui jalur PNS. Dengan dunia yang terus berkembang maka kesempatan untuk meraih kesuksesan melalui berbagai cara salah satunya freelance seperti ia. Meskipun terluka tetapi Tarmin berjanji akan untuk terus berjuang dan membuktikan bahwa menjadi sukses tidak selalu harus mengikuti arus konvensional.