Harus diakui ketika sudah mulai beranjak dewasa hidup di desa merupakan sebuah anugerah yang tiada dara. Hampir setiap harinya kegiatan yang dilakukan penuh dengan petualangan. Saat pagi hari kegiatan yang dilakukan dengan berlarian di lapangan terbuka sambil mengejar kupu-kupu atau hanya sebatas menikmati keindahan alam.Â
Saat mulai siang kegiatan yang dilakukan bermain air di sungai dengan cara membangun rakit sederhana dari bambu. Sedangkan ketika petang tiba kegiatan dimulai dengan berkumpul di bawah pohon besar untuk bermain layangan atau permainan tradisional.
Ketika sudah cape maka akan beristirahat sambil memperebutkan akan siapa power ranger merah sebagai power ranger terkuat diantara teman-teman sebaya. Kegiatan yang dilakukan tidak hanya selalu monoton itu-itu saja tetapi terkadang melakukan kegiatan lainnya seperti menangkap belut, memancing di sungai, menanam padi, sampai kegiatan lainnya.Â
Namun jika harus kembali ke masa lalu untuk melakukan kegiatan tersebut rasanya cape sampai ke sendi-sendiri pada saat itu. Tetapi dengan adanya kegiatan tersebutlah kini ketika dewasa memberikan kenangan indah untuk dikenang sepanjang masa.
Tetapi jika melihat saat ini dengan perkembangan teknologi ke arah yang lebih canggih lagi pada anak-anak zaman sekarang rasanya melihat perubahan besar. Perubahan tersebut dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan. Zaman penulis saat dahulu kegiatan begituh banyak, beragam, dan sangat berkesan sedangkan kini kegiatan anak kecil memiliki ketergantungan kepada alat-alat teknologi. Dimana anak-anak kini lebih cenderung akan menghabiskan waktunya di depan layar seperti gadget. Sehingga banyak sekali peluang aktifitas dunia nyata yang menuntut untuk berinteraksi dengan alam atau teman sebaya menjadi tidak bisa dilakukan.
Harus diakui bahwa penulis sangat beruntung dengan masa kecil hidup di desa yang memberikan keindahan dunia tanpa kehadiran teknologi yang canggih seperti saat ini sehingga ikatan sosial yang terjalin sangat kuat baik itu terhadap lingkungan ataupun teman sebaya. Salah satu contoh kegiatan yang cukup memberikan dampak besar pada ikatan sosial ketika mengikuti berbagai macam kegiatan lomba untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Di setiap tahunnya bangsa Indonesia selalu memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus dengan penuh semangat salah satunya seperti yang dirayakan di desa tempat tinggal penulis. Pada hari tersebut akan diselenggarakan berbagai macam lomba tradisional yang akan memuncukan berbagai macam prestasi dan semangat kerbersamaan antar anak kecil di desa tersebut. Apalagi dengan diselenggarakannya berbagai macam lomba tradisional tersebut akan dapat memunculkan berbagai macam sosok anak-anak yang memberikan kilauan kemenangan yang istimewa dirasakan oleh penulis.
Dalam tempat tinggal penulis desanya cukup sunyi dan jauh dari suasana keramaian perkotaan. Bisa dikatakan desa tersebut tidaklah besar tetapi di desa tersebut masih memiliki semangat dan tekad yang kuat untuk memberikan momen indah kepada berbagai macam pihak seperti anak-anak yang tinggal di desa tersebut saat peringatan Hari Kemerdekaan. Tidak hanya itu banyak juga anak-anak di desa tempat tinggal penulis juga turut memeriahkan akan perayaan tersebut dengan mengikuti berbagai macam lomba yang disediakan.
Sehari sebelum momen perayaan akan hari kemerdekaan dengan berbagai macam lomba tersebut penulis tidak sabar untuk menunggu waktu pelaksanaan. Hal tersebut dapat terlihat dari penulis yang tidak bisa tidur di malam hari sehingga pada saat itu berhadap bahwa waktu dapat dipercepat ke pagi hari. Sehingga ketika sudah mendekati waktu pagi tersebut penulis secara cepat bergegas mempersiapakan diri seperti mandi, makan, dan menggunakan pakian terbaik untuk meraih kemenangan dari lomba yang diselenggarakan.
Lomba pertama yang diraih kemenangan oleh penulis yaitu makan kerupuk. Saat sedang di perlombaan tersebut cukup banyak sekali sorak sorai sehingga adrenalin berdegup lebih cepat khususnya saat dengan melihat kerupuk. Kerupuk-kerupuk tersebut melayang-layang di udara dengan sangat lincah sehingga sulit ditangkap melalui mulut penulis .Â
Disini untuk memenangkan perlombaan tersebut tidak hanya difokuskan kepada kecepatan tetapi ketepatan. Sehingga penulis selalu berkolaborasi dua hal tersebut khususnya saat sudah menangkap kerupuk yang melayang tersebut. Bahkan terkadang ketika sudah dapat kerupuk langsung dihempaskan agar kerupuk di peserta lain menjauh.Â
Tawa riang yang diberikan penonton akan usaha yang terkadang konyol saat kerupuk seperti menari untuk mengelak akan setiap tangkapan mulut penulis. Tetapi ketika mulut penulis berhasil menangkap kerupuk tersebut para penonton merayakan dengan rasa gembira dibarengi akan tawa. Walaupun demikian diakhirnya penulislah yang merupakan juara diantara peserta yang lain hal tersebut karena kecepatan dan ketepatan mulut penulis untuk menakap kerupuk yang sedang menari-nari sampai habis.
Lomba kedua balap kelerang. Tentunya lomba kedua ini sangat berdebar-debar seperti ingin melompak dari dana penulis. Di tangan kini sudah berada kelereng yang siap meluncur ke garis finish letaknya cukup jauh. Pada saat itu seperti dunia hanya berfokus kepada diri penulis dan kelereng saja yang menemani.Â
Suara para penonton begituh memenuhi telinga penulis sehingga membuat semangat membara yang bertransformasi menjadi energi untuk memenangkan lomba tersebut. Ketika peluit panjang berbunyi secara itu pula penulis merasakan dorongan yang kuat di telapak tangan yang tanpa ragu untuk melepaskan kelereng tersebut.Â
Melihat kelereng tersebut meluncur dengan cepat di atas tanah hati penulis berbunga-bunga. Setiap putara kelereng terasa seperti petualangan yang tidak terlupakan. Kini akhirnya kelereng penulis sudah melintasi garis finish yang menandakan kemenangan yang gemilang dan kebanggan tak terkira.
Lomba kegita yaitu memasukan paku. Tugas yang dilakukan cukup memasukan paku ke dalam botol yang sudah diisi oleh air tetapi dengan mata tertutup. Tantangan mata tertutup terdengar berbahaya tetapi hal tersebut sudah diatasi oleh pihak panitia.Â
Bahkan ketika dilakukan hal tersebut sangatlah menarik untuk diikuti. Hati penulis tentulah sangat berdebar-debar tetapi di dominasi akan semangat yang sangat besar. Saat sudah meraih paku tersebut ketegangan mulai meningkat karena tidak dapat melihat dengan jelas sehingga hanya mengandalkan perasaan saja.Â
Ketika peluit penjang yang menandakan perlombaan dimulai seketika penulis berusaha ketika melempar paku tersebut dengan berharap agar mengarahkan dengan benar kedalam target. Untuk tahu sudah benar mengenai target dapat terdengar dari sorak-sorai penonton.Â
Ketika suara tersebut secara tiba-tiba keluar ketika penulis melempar menandakan bahwa target sudah mengenai. Paku yang dipegang sudah habis dan panitia sudah membunyikan peluti panjang yang memandakan akhir. Akhirnya waktu membuka mata dari penutup penulis sangat kaget ternyata paku yang dilemparkan secara dominasi berada di target. Hal tersebut menandakan bahwa penulis memenangkan perlombaan ketiga tersebut.
Kemenangan lomba ketiga tersebut membuat penulis begituh bersemangat dalam memenangkan lomba lainnya seperti menghias telur. Saat itu penulis diberikan satu telur dan diberikan beberapa kuas cat yang digenggam oleh kuat cat oleh tangan yang mungil. Disitulah penulis mulai bermain-main dengan warna-warna cerah dan beberapa pernak-pernik cantik.Â
Hal pertama terbanyangkan untuk mengambar sebuah wajah yang senyum dengan mata lebar pada telur yang diberikan. Dikarenakan masih kecil maka untuk mengendalukan kuas cat yang diberikan sangat sulit sehingga garis yang dihasilkan sangat mudah goyah tetapi diakhirnya berhasil mengambar sebuah senyuman indah di telur tersebut.Â
Perasaan tegang pun muncul ketika para juru melihat, mengamati, sampai menilai telur yang dibuat penulis. Walaupun jika dilihat cukup sederhana tetapi saat pengumuman tiba nyatanya penulis memenangkan lomba keempat tersebut. Seketika perasaan gembira atas kememangan tersebut sangat mengalir di darah penulis.
Pada dasarnya masih banyak sekali kemenangan dari lomba 17-an yang dilalui penulis saat itu tetapi salah satunya telah dipaparkan diatas. Saat perayaan tersebut hadiah dari beberapa lomba diberikan saat malam hari tiba. Dimana pada saat malam hari tersebut seluruh masyarakat desa akan berkumpul di kantor desa.Â
Selain memberikan hadiah oleh kelapa desa juga dilakukan acara makan bersama. Tentunya pada saat pemberian hadiah penulis cukup banyak dipanggil sehingga bulak balik ke atas panggung. Ketika sudah hadiah didapatknya karena banyak dan tidak kuat akhirnya hadiah tersebut dibantu dibawakan oleh kedua orang tua penulis. Seketika sampai di rumah dan melihat banyak hadiah dari kemenangan lomba membuat momen yang tidak akan penah terlupakan sampai kapan pun dan selalu diingat sampai saat dewasa seperti ini.
Maka dari itu disini penulis yang sudah dewasa ini mau berterima kasih kepada masyarakat tempat tinggal penulis dahulu saat masih kecil di desa. Dengan adanya momen kemenangan dari perlombaan 17-an membuat penulis memiliki banyak sekali cerita yang akan dipaparkan kepada anak cucu nanti. Belum lagi dengan adanya kemenangan tersebut membuat penulis dapat merasakan secara sebentar perasaan akan seseorang yang memenangkan sebuah perlombaan yang mengalahkan peserta lain yang hebat-hebat. Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih atas kegiatan dan momen indah atas kemenangan lomba 17-an. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H