Dikarenakan Aji masih kecil dan masih belum bisa memikirkan hal tersebut membuat dengan mudah sanak-saudaranya menguasi hal tersebut. Ketika sudah dikuasai nyatanya Aji langsung ditendang dari harga yang dimiliki oleh sang ayah dan ibunya. Sehingga mau tidak mau Aji harus luntang-lantung saat menjadi kehidupan sehari-hari.
Walaupun kondisi Aji demikian tetapi ia anak yang penuh semangat dan selalu memaparkan akan mimpi besarnya kelak. Dimana mimpi tersebut tidak untuk menguasai kembali tetapi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari pada sebelumnya.Â
Semangat dan mimpi besarnya tersebut ia dapatkan dari gemar membaca berbagai macam buku seperti buku inspiratif. Buku-buku tersebut memberikan sebuah pesona yang indah atas berbagai cerita orang-orang sukses dengan rintangan yang begitu besar saat menjalaninya. Kondisi tersebut menjadi bahan bakar bagi Aji untuk bangkit dan menjadi sukses seperti cerita di dalam buku yang dibaca.
Untuk mendapatkan buku-buku tersebut biasanya meminjam kepada seseorang penjaga perpustakaan pada sebuah pesantren. Sedangkan untuk kebutuhan biasanya ia melakukan pekerjaan di pasar. Saat pagi hari biasanya Aji akan berada pesantren tersebut untuk membaca berbagai macma buku. Sedangkan ketika sudah mulai siang hari ia akan berada di pasar untuk mendapatkan uang.Â
Uang yang di dapatkan tidaklah begituh banyak tetapi cukup untuk membeli nasi dengan kecap dibarengi oleh air minum. Tetapi terkadang uang yang di didapatkan diambil oleh orang dewasa dengan cara memaksa. Jika hal tersebut terjadi maka Aji akan tidak makan di hari itu sampai mendapatkan uang barulah ia makan.
Hampir datang ke pesantren tersebut setiap hari untuk membaca berbagai macam buku dengan berbagai macam tema. Suatu hari pesantren tersebut kedatangan pemiliknya yang baru pulang dari menempuh pendidikan di luar negeri. Ia melihat Aji yang sedang membaca dengan fokus tanpa melihat kepada hal lainnya. Tentunya dengan apa yang dilihat membuat pemilik pesantren mengajak Aji untuk berbincang-bincang pada hari itu.Â
Pemaparan yang diberikan oleh Aji tersebut membuat pemilik pesantren memberikan sebuah kesempatan kepada Aji untuk menjadi salah satu santrinya tetapi dengan perlakukan khusus. Dimana maksud khusus tersebut ia akan melakukan dua hal yaitu menjadi santri dan bekerja di pesantren tersebut. Tanpa basa-basi Aji langsung menerima kesempatan tersebut dengan semangat.
Setelah hari itu Aji selalu giat belajar dan melakukan pekerjaan yang diberikan. Dengan melihat hal tersebut membuat pemilik pesantren memberikan kesempatan kembali kepada Aji untuk mengelola bisnis makanan yang mau dijalnakan oleh pemilik. Akhirnya Aji kembali setuju untuk menjadi pengelola bisnis tersebut. Bisnis yang dikelola tersebut hanya dengan membutuhkan waktu sekitar 2 tahun sudah mengalami perubahan yang sangat signifikan dalam hal laba. Dimana laba yang dimiliki hampir sudah menginjak dua digit hampir mendekati tiga digit.
Tidak hanya mahir dalam mengelola bisnis yang dijalankan Aji juga mampu mendapatkan nilai yang bagus dalam bidang ilmu pengetahuan. Jika dilihat dari nilai ia hampir selalu mendapatkan nilai memuasakan mencapai 100, tidak pernah menyentuh di angka dibawah 90.Â
Kondisi tersebut membuat ia memiliki kesempatan untuk membuat bisnisnya secara mandiri serta mendapatkan beasiswa untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi (mahasiswa) di kota besar. Antara dua pilihan tersebut Aji memilih beasiswa sehingga ia harus pergi ke kota demi mendapatkan pendidikan lebih baik.